Share

Ibu Mertua Menuruti kemauan Julia

"Loh mana Julia tau, HP kan punya Ibu. Kok tanya Julia sih Bu!" bentak Julia, sambil merampas ponsel milik ibu.

"Ya makanya Ibu tanya, biar kamu lihat dulu Nak," sahut ibu mertuaku, sambil mengikuti Julia yang berjalan.

Julia mengutak-atik ponsel ibu sambil berjalan menuju ruang tamu, tadinya Julia sedang membersihkan diri. Tak biasanya, Julia kelihatan sudah mandi sebelum pulang.

Ah, mungkin mandi di rumah Bu ustadzah.

Aku pun tak bisa lagi memejamkan mata, dan menyusul mereka di ruang tamu. Aku menanyakan perihal yang terjadi, tapi Julia masih bisa menjawab dengan sempurna.

"Ada apa sih Julia, kok malam gini ada yang telepon Ibu?" tanyaku, sambil duduk di samping ibu mertuaku.

"Ini nih Mas, mungkin penipuan yang minta-minta uang. Untung Ibu langsung kasih tau, kalau gak Ibu pasti terhipnotis," jawab Julia, masih dengan mengutak-atik ponsel ibu mertuaku.

"Ya Alloh, kemarin itu memang di kampung Ibu juga ada kejadian kayak gitu. Tapi udah sempat ngirim uang, semua keluarganya dibentak sama yang kena hipnotis," ucap ibu mertuaku, tampak lugu.

"Ini Bu, hp nya Ibu. Julia mau tidur, udah malam," celoteh Julia, sambil memberikan ponselnya.

Kami pun tidur, begitu juga dengan ibu mertuaku dan anakku Deta. Ibu mertuaku memang sangat lugu, tidak pernah mau menyinggung perasaan siapapun.

Setelah Julia terlihat lelap, aku pun diam-diam mulai mengutak-atik ponsel miliknya. Tak ada yang janggal, baik di aplikasi w******p ataupun panggilan keluar atau masuk. Aku pun meletakkan ponsel Julia di atas meja riasnya, kemudian melanjutkan tidurku.

Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, setelah sholat subuh aku segera mandi. Seperti biasa, Julia sudah selesai menyiapkan sarapan dan juga bekal makan untuk siang. Yang jarang dia lakukan hanya sholat berjamaah, lain halnya dengan ibu mertuaku. Ibu selalu rajin melaksanakan kewajiban untuk sholat, ibu memang adalah hamba yang taat beribadah. Terlihat juga dari sikapnya sehari-hari, sangat penurut.

"Dek, Ibu di sini sudah tiga hari. Tapi Mbak Neti belum juga mengantarkan anaknya untuk dijagain Ibu, coba deh telpon dulu. Siapa tau ada apa-apa," ucapku penasaran, sambil menyuap nasi.

"Iya ya Mas, kok aku juga lupa kalo Mbak Neti belum mengantarkan anaknya ke sini," sahutnya, sambil berfikir.

"Iya tuh, nanti coba tanyain. Kasihan anaknya kalo sampe dijagain orang," lanjutku lagi.

Aku pun segera menyudahi sarapanku, karena waktu yang mendesak. Aku harus lebih awal sampai di tempatku bekerja, karena pimpinan produksi akan turun ke lapangan hari ini.

Tak lama, Julia pun menghubungi mbak Neti. Dan ternyata Indra demam. Sehingga mbak Neti libur kerja untuk beberapa hari.

"Julia, ayo kita ke rumah Mbakmu dulu. Kita liatin Indra, kasihan Mbakmu," ajak ibu mertuaku, dengan memelas.

"Iya Bu. Tapi kita pulang sorenya ya Bu," usul Julia, agar ibu mertuaku ikut pulang lagi ke rumah kami.

"Iya, kita lihat aja nanti. Kalo Neti membutuhkan Ibu, pastinya Ibu akan tinggal di sana dulu," kata ibu mertuaku.

"Lah, tapi Ibu belum ada seminggu di rumah Julia. Kan, Ibu janji seminggu," desak Julia, tanpa memikirkan perasaan ibu dan mbak Neti nantinya.

"Ya udah, sekarang kita berangkat aja kesana. Kali aja Indra rindu sama Ibu," ajak ibu mertuaku lagi, sambil membereskan rumah.

Kemudian Julia, Deta dan ibu mertuaku berangkat ke rumah mbak Neti, dengan menggunakan taksi.

"Ini nih Bu, Indra tiba-tiba panas tinggi. Jadi terpaksa Neti cuti kerja tiga hari. Tapi udah agak mendingan kok, besok udah bisa kerja," mbak Neti menceritakan keadaan Indra.

Sambil membuatkan teh manis dan mengambil roti untuk di santap, mbak Neti kembali ke ruang depan.

Tampak ibu mertuaku sedang memangku cucunya Indra yang masih terlihat lemas. Setelahnya ibu menidurkan Indra yang sudah mengantuk, setelah minum obat.

Setelah sekian lama, Julia permisi untuk pulang sekalian mengajak ibu pulang. Yang mestinya ibu masih ingin tinggal di rumah mbak Neti. Karena sikap Julia yang uring-uringan, ibu mengalah.

Ya, mbak Neti mengerti perasaan ibu. Tapi di lain sisi, mbak Neti sadar jika adiknya adalah tipe keras kepala dan mau menang sendiri. Memang mbak Neti selama ini terlalu banyak mengalah, demi hubungan baik. Dia tidak mempermasalahkan perasaannya, yang penting tidak terjadi masalah dalam keluarga. Setelah pulang, ibu mertuaku masih terlihat murung.

Julia yang melihat ibu murung tampak kesal, dan tiba-tiba marah ke ibu mertuaku.

"Ibu dari tadi kok murung aja sih!" gerutu Julia, saat akan membukakan pintu masuk.

"Bukan gitu Nak, Ibu rasa Mbakmu akan kerepotan kalau pagi-pagi harus ngantarin Indra kesini. Ibu besok aja pulangnya ya?" ucap ibu mertuaku, sambil sedikit mengiba.

"Ibu gak konsekuen, janji Ibu kan seminggu. Lah ini baru tiga hari loh Bu, pokoknya Ibu di rumah Julia harus seminggu full," sahut Julia dengan sedikit ketus.

"Ya ampun Julia, gak bisa apa kasihan sedikit sama Mbakmu. Lusa Ibu kan bisa datang lagi," sambut ibu dengan suara lirihnya.

"Julia bilang, gak ya nggak Bu!" bentak Julia dengan nada tinggi.

Keesokan harinya, ketika aku pulang dari bekerja, aku tak mendapati Julia di rumah. Kata ibu mertuaku, Julia pergi lagi dari pagi setelah mengantarkan Deta sekolah.

"Emangnya tadi Julia gak bilang mau kemana Bu?" tanyaku pada ibu yang sedang duduk di teras.

"Katanya ada keperluan sedikit, gak tau mau kemana Nak. Cuma bilang gitu aja," jawab ibu.

Aku pun beranjak ke dapur untuk membersihkan diri, ku lihat Deta sedang menonton film kesukaannya di channel favoritnya. Ya, Deta tidak pernah jadi beban buat kami. Dia terlihat lebih dewasa dari umurnya, terkadang karena Detalah yang membuat emosi kadang reda terhadap Julia.

"Deta, Ibu tadi bilang gak kalau Ibu mau pergi?" tanyaku pada Deta.

"Gak, yah. Ibu cuma bilang pergi sebentar, tapi dari tadi belum pulang Yah," jawab anak semata wayang ku.

"Oh, sudah deh. Deta nonton lagi ya?" sahutku, sambil mengusap rambutnya.

Hari sudah mendekati maghrib, baru Julia pulang. Dengan menenteng belanjaan yang lumayan banyak, dan tas branded yang baru ia pakai. Ia melenggang seolah dia adalah istri direktur. Aku penasaran, acara apa hingga larut begini baru pulang.

"Julia, dari mana aja kok baru pulang?" ucapku setelah Julia sampai di teras rumah.

"Eh, Mas udah pulang. Ini, Julia baru pulang belanja. Ada temen lama ngajakin jalan, sekalian dibeliin belanjaan Mas. Namanya Vani," jawab Julia, dengan sedikit kaku dan tegang.

"Teman lama gimana Julia, kok kamu gak pernah cerita," tanyaku balik, sambil memindai sosok istriku yang terlihat kaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status