"Te- Temen lamaku Mas, waktu masih gadis dulu. Orangnya baik, ramah, dan pekerja keras. Ini ada juga baju baru untuk Mas dan Deta, Ibu juga. Sekali-sekali kok Mas, lagian Julia kan gak ngeluarin uang. Itu aja kok sewot sih Mas," celetuk Julia, tanpa merasa bersalah. "Tapi Julia, Mas perlu tau kalo kamu itu mau kemana. Acara apa, kan bisa kamu kasih tau lewat hp. Biasanya juga gitu kan," sergahku, sambil berdiri di depan Julia. "Apaan sih Mas, itu aja jadi masalah buat Mas. Aku juga gak pake uang yang Mas kasih tempo hari, ini tuh semua pemberian teman lamaku. Ngerti!" gertak nya, sambil menerobos masuk ke dalam kamar. "Julia, buat Mas gak masalah kalau kamu pake uang asal untuk keperluan yang penting dan sesuai waktu dong Julia. Ini, kamu sampai malam baru pulang. Ngapain aja?" protesku, sambil berdiri di depan pintu kamar. "Ah, terserah. Susah ngomong sama Mas, hidup itu perlu refresing. Bukan di rumah aja, ngabisin waktu!" suara Julia mulai meninggi. Ku lihat ibu sedang berdiri
"A- Apa ini Julia! Ternyata selama ini kamu membohongi ku? Ternyata kamu sering pergi keluar untuk menemui lelaki biadab ini!" amarahku tak bisa ku bendung lagi. Aku pun menarik Julia ke kamar kami, aku tak menyangka Julia tega mengkhianati pernikahan kami. Aku melihat aplikasi hijau yang memperlihatkan chat percakapan mereka berdua. Sapaan mesra dan emoji yang luar biasa tanda merah berbentuk animasi hati. "Mas, itu bukan selingkuhanku. Kamu salah sangka Mas, gak mungkin aku macam-macam di belakang kamu Mas," rengek Julia, dengan begitu banyak keringat dingin yang bercucuran. "Apalagi yang mau kamu tutupi Julia, ini juga banyak pesan yang sudah kamu hapus!" sergahku, sambil menunjukkan beberapa pesan dengan tanda hapus. "Nak, tolong jangan kelewat emosi Nak. Ingat Ibu sama Deta Nak, Ibu mau lakukan apa aja asal kamu gak marah lagi Nak," ibu berjongkok sambil memohon-mohon di kakiku. "Ibu, ini bukan salah Ibu. Jangan melibatkan diri Bu, tolong bawa Deta ke kamarnya Bu. Cepat," uc
Pov Julia"Ah, Mas Riyadi pake acara ngusir segala lagi. Dasar suami gak becus, gak bisa nyenengin istri. Barang mahal di bakar!" batinku. Aku pun beranjak dari teras rumahku. Aku bingung, belum tau akan kemana. Setelah mas Riyadi mengusirku tadi, aku sedikit lunglai. Ku akui, aku memang sengaja menjalin hubungan dengan seorang pria beristri. Namanya mas Fajar. Karena, aku butuh seseorang untuk memanjakanku. Aku butuh seseorang yang mau memberikan aku barang-barang mewah. "Aku harus menghubungi Mas Fajar. Aku harus minta rumah kontrakan," batinku, sambil merogoh ponselku dari tas. Aku pun segera mencari nomor mas Fajar di layar ponselku. Tak lama, aku menemukannya. Kemudian menghubungi nomornya, tak menunggu lama panggilan ku mendapat respon. ["Halo sayang, ada apa malam gini hubungin Mas,"] sapa laki-laki itu. ["Mas, bantuin aku dong. Aku di usir suamiku, sekarang aku gak tau mau kemana lagi Mas,"] ucapku, dengan nada mengiba. ["Kok bisa gitu sayang? Pasti gak hati-hati lagi kan
Mas Fajar pun terperanjat. Kemudian terlihat gelisah, aku jadi heran. "Sayang, kamu pindah ke meja belakang dulu. Nanti, setelah temennya istri Mas pergi. Baru kamu ke sini lagi," saran mas Fajar. "Oh, oke Mas. Tunggu, aku pindahin sarapan ku dulu ya?" sahutku, sambil pindah duduk kemudian memindahkan piring dan gelasku. Akhirnya, aku pun duduk di meja belakang mas Fajar. "Assalamu'alaikum, Mas Fajar. Cek in di hotel ini juga ya?" sapa wanita sebaya istri mas Fajar. Namanya mbak Linda. "Waalaikumsalam Linda, kamu mau nginap di sini juga ya?" jawab mas Fajar, sambil menjabat tangan mbak Linda. "Iya Mas, kebetulan anak-anak pengen refresing. Ayahnya baru pulang dari dinas," ucapnya, sambil menenteng perlengkapan mereka."Bagus dong Lin, anak-anak memang butuh liburan," saran mas Fajar, asal. "Iya, betul Mas. Aku sengaja pilihin tempat ini,karena udah bosan ke pantai terus. Oh iya, kapan Mas Fajar liburan sa
Aku pun mengatur nafas dalam-dalam. Aku belum bisa menunjukkan keberadaanku saat ini. Intinya, aku masih punya rencana yang lain. Aku ingin mas Fajar tidak mengetahui tentang rumah baruku. "Gini Mas, gimana kalau nanti malam Julia aja yang nemui Mas ke hotel?" usulku. "Kenapa sayang?" tanyanya, dengan rasa penasaran. "Gini Mas, rumah ini masih berantakan banget. Kamar juga belum rapi, kan aku sendirian yang bersih-bersih," kataku berkilah. "Ya udah deh, nanti malam Mas tunggu di hotel biasa ya," ucapnya, menyerah. "Oke Mas, aku lanjut bersih-bersih dulu ya?" ucapku, dengan suara lembut. "Oke sayang, nanti malam yang wangi ya?" gombalnya lagi. "Gombal," seruku, sambil mematikan ponselku. Setelah pertemuan malam itu, aku berusaha membuat mas Fajar percaya bahwa aku masih sibuk membereskan rumah yang berantakan. Keesokan harinya, aku bergegas mencarikan kontrakan. Tujuanku, agar mas Fajar selalu
Aku tak mengenal siapa wanita cantik yang menemani ibuku, apa mungkin itu calon istri mas Riyadi? "Tunggu Mira, aku gak mau Ibuku melihatku sekarang. Yuk, kita tunggu di cafe sebelah," ajakku, sambil berjalan ke luar. Di ikuti Mira di belakangku.Dengan rasa penasaran, aku duduk sambil memperhatikan dari dalam cafe. Siapa yang menemani ibuku saat ini? Kemudian kami pun memesan minuman yang cocok untuk kami nikmati. Setelah menunggu selama satu jam lebih, mereka berdua pun keluar dari tempat salon. Ibuku terlihat sangat terawat penampilannya. Tanpa terasa air mataku berurai, ternyata sudah hampir setahun sudah aku berpisah dari mereka bertiga. Ibu terlihat berbeda sekali, dan saat ini aku sangat merindukan ibu dan anakku, Deta. "Mir, kira-kira perempuan itu siapa ya? Aku jadi penasaran," tanyaku, sembari memperhatikan ibuku dan wanita yang bersamanya. "Jangan bilang, kamu curiga suami kamu nikah lagi ya?" curiganya benar, tetapi aku bukannya cemburu. Hanya saja, merasa heran. Anda
Aku pun membuka pesan balasan, yang isinya sangat membuatku terkejut. Jantungku berdegup dengan kencang, seolah aku tak mampu untuk bernafas. Sebuah video perselingkuhanku dengan mas Fajar,berhasil masuk ke galeri ponselku melalui whatsapp. Aku tak tau dari mana mas Riyadi mendapatkan video panasku dengan mas Fajar. Di susul dengan pesan yang berisi, talak untukku. ["Aku Riyadi, hari ini juga aku talak kau Julia binti Mustofa. Mulai hari ini, kau bukanlah istriku lagi!"] isi pesan mas Riyadi, melalui ponsel ibuku. Kemudian aku pun membalas pesannya, dengan sedikit sindiran. Walau perasaanku seperti hancur berantakan, mengingat anak semata wayangku. ["Aku terima talakmu Mas, lebay amat sih. Paling juga, perempuan yang mau sama kamu orang kampungan. Yang mau hidup pas-pasan. Iya kan?"] balasku. ["Hubunganmu dengan Deta tidak akan putus, kau bisa menjenguknya bila mau. Masalah wanitaku siapa, bukan urusanmu!"] geramnya.Tak begitu lama, mas Fajar menghubungiku. Seperti biasanya, mas
"Kalau kamu mau, aku bisa comblangin kamu ke cowok tajir Jul. Rahasia aman seratus persen. Gimana?" tawarnya lagi, sambil sedikit berbisik. Ku akui, aku ingin sekali materi yang banyak. Tapi, di lain sisi aku takut untuk berpaling. Karena jika sampai ketahuan, aku bisa saja di campakkan begitu saja. Iya, kalau cowok barunya baik seperti mas Fajar. Gimana jika tidak? "Gak deh Mir, karena aku masih di tahap nyaman. Aku gak mau terulang kedua kalinya," elakku, dengan terus berfikir positif. "Ih, naif banget sih. Fajar itu suami orang Jul, gak mungkin istrinya mau di madu kalau kamu nikah," tuturnya. "Tapi, saat ini aku off dulu deh buat selingkuh. Apalagi aku baru aja dapat talak dari Mas Riyadi," ungkapku, sembari memberi kejelasan. "Apa! Kamu udah di talak?" tanyanya, dengan penuh selidik. "Iya Mir, jadi aku break dulu deh. Seandainya nikah juga, aku tunggu rumahku lunas," ujarku, seraya meneguk minuman bersoda. "Iya deh Jul, maaf jika aku tadi lancang. Aku gak tau kalau kamu di