Share

Bab 8

Hatiku mencelos mendengar penuturan Pak Lukman barusan. Setega itukah Nonik terhadapku hingga menguras semua yang aku miliki.

"Terima kasih banyak, Pak informasinya," ucapku mengakhiri pembicaraan. Telepon pun terputus.

Tidak mungkin aku izin dari pekerjaan hanya untuk mengurusi hal seperti ini. Alasan apa untuk keluar dan pulang? Yang ada penilaian kinerja nanti jadi buruk dan mengganggu kenaikan gaji tiap tahunnya.

Menghubungi Nonik pun tidak aktif nomor teleponnya. Rasanya ingin marah saja pada wanita yang sudah menguras semuanya.

Aku menutup tempat makan catering, lalu menghampiri Leman lagi yang sedang ngobrol bersama Santo.

"Man, gue mau ngobrol bentar," bisikku tepat di telinganya.

"Mau ngapain? Minjem duit lo ya?" celetuk Leman sengaja mempermalukan aku.

"Nggak lah, duit gue banyak. Nggak pernah gue minjem-minjem duit," timpalku agak keras. Leman memang terkenal sombong di pabrik. Mentang-mentang istrinya adalah seorang pengajar di sebuah sekolah dasar swasta. Namun, ia terken
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status