Melihat keterkejutan di wajah Valency dan Jayden, Rosa pun mengulas senyum dan berkata, “Jangan terkejut. Bukankah di tengah situasi seperti sekarang sudah sepantasnya aku menghilang untuk sementara waktu?”
Valency menggigit bibir. Dengan ragu-ragu dia bertanya, “Apa Nyonya Spencer memutuskan pergi karena … aku?”
Dalam hati Valency merasa bersalah. Hubungan Jayden dengan ibunya baru beberapa waktu ini membaik, tapi sekarang Rosa malah mau pergi?
Mungkinkah hal itu karena Rosa masih belum menerima Valency sepenuhnya sebagai menantu? Atau mungkin … ada sesuatu dari kehamilan Valency yang membuat Rosa merasa trauma dengan pengkhianatan sang suami?
Rosa maju beberapa langkah m
Matahari mulai merangkak naik. Dari luar, cuaca tampak cerah dengan bunga-bunga yang bermekaran. Akan tetapi, cerahnya cuaca siang itu berbanding terbalik dengan suasana di kediaman Spencer.Hawa sendu menyelimuti seisi rumah ini, terutama karena sejumlah masalah yang datang silih berganti, sampai kepergian Felix dan Rosa, membuat kediaman yang biasa ramai itu sepi.Di salah satu ruangan di rumah itu, Albert duduk di ruang kerjanya tampak sedang melamun sambil bertopang dagu.“Permisi, Tuan Albert ….” Kepala pelayan kediaman Spencer mengetuk pintu ruang kerja Albert yang tidak tertutup sempurna.Tidak ada sahutan dari dalam, kepala pelayan itu berpikir Albert tidak mendenga
Mendengar ucapan itu, wajah Albert kembali memiliki warna. Ada sinar harapan di matanya seiring dia menatap kertas di depan mata.Benar juga, Rosa hanya menyerahkan surat permohonan cerai itu kepadanya, tapi tidak menyerahkan benda tersebut langsung ke kantor catatan sipil. Itu berarti, Rosa masih memberinya kesempatan untuk memperbaiki segalanya!Menyadari hal tersebut, Albert lantas berdiri, meraih jas yang tersampir di kursi serta lembaran kertas pemberian Jayden. Dia berlari menuju pintu keluar, tapi mendadak langkahnya terhenti.Jayden menautkan alis. Apa lagi yang ayahnya ragukan!?Dengan tidak sabar, Jayden angkat bicara seiring dirinya menghampiri sang ayah. “Apa lagi yang Ayah–”BRUK!Belum sempat Jayden menyelesaikan ucapannya, kehangatan menyelimuti dirinya.Albert memeluknya. “Terima kasih, Jayden.” Ucapan itu terdengar di telinga Jayden, membuat mata pria tersebut membesar. “Memiliki putra sepertimu … adalah berkah terbesar dalam hidupku.”Usai mengatakan itu, Albert pu
Valency terduduk di kursi kantornya sembari melihat layar ponsel. Sebuah foto berisikan Rosa dan Albert yang duduk bersebelahan di pesawat terpampang jelas di sana, membuat wanita itu menghela napas tak berdaya.“Bisa kulihat kamu dan suamimu telah berhasil mendorong Nyonya dan Tuan Besar Spencer untuk memperbaiki hubungan mereka,” celetuk Verena yang tanpa sengaja melihat layar ponsel Valency.Valency tersenyum dan menutup ponselnya. “Ini semua berkat Jayden, aku tidak melakukan apa pun.” Dia menghela napas. “Sebaliknya, aku hampir menghancurkan hubungan mereka.”Mendengar hal itu, Verena langsung menoleh ke arah Valency. “Hancur atau tidak hubungan mereka bukan tanggung jawabmu, Valency. Kamu hanya mengungkapkan kebenaran untuk melindungi suamimu, dan kuyakin mereka juga menyadari niatmu tidak buruk. Itulah kenapa Nyonya Besar Spencer bahkan meminta maaf padamu, bukan?” ujarnya, membuat Valency tersenyum tak berdaya.“Aku hanya berharap mereka akan mendapatkan akhir yang baik,” guma
Valency menggigit bibirnya. Bibinya ini sama keras kepalanya dengan sang ibu, apa ini memang sifat dasar para wanita keluarga Jones?Dalam hati, Valency berpikir, menjual aset sang ibu sama saja dengan tidak menghormati peninggalannya. Perjuangan dan hasil keras Victoria terkandung dalam setiap lembaran saham yang diberikan oleh sang bibi. Demikian … Valency tidak punya pilihan.Dengan helaan napas, Valency pun berkata sembari tersenyum tak berdaya, “Sepertinya, aku tidak punya pilihan.”Viona berdiri dari kursinya dan menghampiri Valency. Dia menepuk pundak keponakannya itu berkata, “Keputusan bijak, keponakanku. Mulai hari ini, kita akan bekerja sama dengan lebih baik, bukan begitu?”
Memasuki waktu makan siang, Jayden sengaja mendatangi Valency ke kantornya agar mereka bisa makan siang bersama.Baru saja dia memarkir kendaraannya dan berjalan menuju pintu lobi utama, Jayden malah menangkap keberadaan Eric Grey yang sedang berdiri dengan satu tangan di saku celana. Mata pria itu terlihat sibuk memeriksa lift sambil sesekali melirik arloji di lengan kiri.Alis Jayden bertaut dengan wajah curiga. Eric seperti sedang menunggu seseorang.‘Apa dia masih mengganggu Valency?’ batin Jayden dengan ekspresi menggelap, merasa risih setelah semua yang lawan bisnisnya itu rencanakan dahulu terhadap sang istri.Awalnya, Jayden hendak menghampiri Eric dan mempertanyakan niatnya, tetapi d
"Ahh … kau nikmat sekali, ...." Baru saja Valency melangkah masuk ke dalam apartemen sang kekasih untuk merayakan hari jadi ketiganya, tapi dirinya malah dikejutkan dengan lenguhan dua orang yang bersahutan. "Jangan meninggalkan jejak di sana, Lency bisa curiga nanti ...." Valency menautkan alisnya. Itu … suara desahan seorang perempuan! Dengan tubuh kaku, gadis berambut hitam panjang bergelombang itu berjalan perlahan, menghampiri sumber suara yang dia yakini berasal dari kamar sang kekasih. Di waktu yang bersamaan, sebuah suara pria terdengar berkata, “Kamu kira aku takut padanya?” Itu adalah suara kekasih Valency, Felix! Dengan jantung berdebar kencang, Valency mengintip celah pintu kamar yang tak tertutup rapat. Seketika, gadis itu pun terbelalak melihat pemandangan di dalam. Tampak sang kekasih dan sahabat dekatnya, Felix dan Cecilia, sedang berbaring mesra di atas tempat tidur dengan posisi intim! “Bukankah hari ini hari jadi tiga tahun hubungan kalian?” tanya Cecilia se
Jayden Spencer, seorang desainer perhiasan ternama yang dihormati semua orang! Di usia lima belas tahun, Jayden Spencer sudah berhasil menghasilkan desain perhiasan legendaris yang dikagumi semua orang. Saat dia dua puluh lima tahun, pria itu mendirikan Diamant Corp, perusahaan yang hanya dalam kurun waktu tiga tahun menjadi perusahaan perhiasan terbesar negara Eden. Sekarang, di usianya yang ketiga puluh sembilan, pria tersebut telah menjadi salah satu tokoh terpenting dalam dunia perhiasan! Mata Valency membulat sempurna. Bagaimana bisa satu email sederhananya malah membuatnya dipertemukan langsung dengan orang penting seperti Jayden? “Langsung ke intinya,” ucap Jayden memecah lamunan Valency. “Desain yang dirimu kirimkan, itu adalah desain yang telah diikutkan dalam lomba Komunitas Desainer Perhiasan Negara.” Valency menelan ludah. Lomba Komunitas Desainer Perhiasan Negara adalah lomba yang diikuti oleh Felix dan Cecilia. Kebetulan Valency tahu Diamant Corp adalah salah satu p
Jayden menganggukkan kepala mendengar jawaban Valency. Dia mengambil sebuah map coklat dan meletakkannya di hadapan gadis itu. “Apa ini?” tanya Valency kepada Jayden. “Kontrak pernikahan, tanda tangani,” titah pria itu. Valency mengambil dokumen yang diberikan Jayden dan membaca isi dari kontrak yang tertera. Sulit untuk dipercaya, semua persyaratan tertuang dengan sangat detail di dalam sana, seolah Jayden telah menyiapkan semuanya dari jauh hari! Menepiskan keterkejutan itu, Valency tetap menandatangani kontrak tersebut dan memberikannya pada Jayden. Pria itu melakukan hal yang sama dan memberikan salinannya kepada Valency. “Ayo,” ucap Jayden seraya melangkah meninggalkan ruang kantornya. Valency bergegas mengejar Jayden. “Ke mana?” tanyanya dengan sedikit berlari. Di dalam lift bersama dengan Jayden dan seorang pria yang Valency duga adalah asisten pribadi pria tersebut, Valency mendengar presdir Diamant Corp itu menjawab, “Kantor catatan sipil. Kita menikah hari ini.” Va