Share

Bab 2 —Tawaran Jayden Spencer

Jayden Spencer, seorang desainer perhiasan ternama yang dihormati semua orang!

Di usia lima belas tahun, Jayden Spencer sudah berhasil menghasilkan desain perhiasan legendaris yang dikagumi semua orang. Saat dia dua puluh lima tahun, pria itu mendirikan Diamant Corp, perusahaan yang hanya dalam kurun waktu tiga tahun menjadi perusahaan perhiasan terbesar negara Eden. Sekarang, di usianya yang ketiga puluh sembilan, pria tersebut telah menjadi salah satu tokoh terpenting dalam dunia perhiasan!

Mata Valency membulat sempurna. Bagaimana bisa satu email sederhananya malah membuatnya dipertemukan langsung dengan orang penting seperti Jayden? 

“Langsung ke intinya,” ucap Jayden memecah lamunan Valency. “Desain yang dirimu kirimkan, itu adalah desain yang telah diikutkan dalam lomba Komunitas Desainer Perhiasan Negara.” 

Valency menelan ludah. Lomba Komunitas Desainer Perhiasan Negara adalah lomba yang diikuti oleh Felix dan Cecilia. Kebetulan Valency tahu Diamant Corp adalah salah satu pendukung acara tersebut, dan Jayden … merupakan salah satu juri di sana.

“Bagaimana bisa kamu berani mengirim desain orang lain untuk bekerja sama dengan perusahaanku?” 

Mata tajam Jayden menatap Valency serius, membuat gadis itu merasa seperti sedang diinterogasi. 

“Desain itu milikku,” jawab Valency dengan tegas. “Jika ada yang menggunakan desain tersebut selain diriku, maka orang itulah yang telah mencuri desainku.”

Jayden menatap Valency lurus. Manik hitamnya seperti sedang menggali kebenaran dari diri Valency.

“Kamu bermaksud untuk mengatakan Felix Smith dan Cecilia Owen yang telah mencuri karyamu?” 

Valency menganggukkan kepala.

“Bukti,” tuntut Jayden.

Walau tidak mengira akan berhadapan dengan Jayden Spencer terkait masalah ini, tapi Valency sudah mempersiapkan semuanya. Gadis itu mengeluarkan dua lembar kertas dan menyodorkannya ke hadapan Jayden.

Manik hitam pria itu menatap lembaran kertas tersebut dan kembali pada Valency. “Kenapa menunjukkan dua desain ini kepadaku?”

“Ini draft awal dan ini draft akhir. Yang diajukan ke lomba adalah draft awal saya,” jelas Valency seraya menunjuk ke satu titik. “Perubahan bagian ini di draft akhir, seharusnya Tuan Spencer tahu apa artinya.”

Netra Jayden menggerayangi dua desain tersebut secara bergantian. Kemudian, dia memicingkan matanya, langsung paham maksud Valency.

Jayden pun mengangkat pandangannya untuk menatap Valency kembali. Dia sudah  yakin akan kebenarannya. Namun ….

“Kenapa tidak melaporkan mereka?” 

Ekspresi Valency berubah pahit saat mendengar pertanyaan Jayden.

“Tidak semua orang sejeli dirimu dalam menilai sebuah desain, Tuan Spencer.” Valency menambahkan, “Selain itu, latar belakang Felix Smith dan Cecilia Owen tidaklah sederhana, jadi akan percuma melaporkan hal seperti ini.”

Ucapan Valency membuat Jayden terdiam. “Jadi, itu alasanmu mengajukan kerja sama dengan Diamant Corp. Agar kami menerbitkan desain tersebut lebih dulu dan dua orang yang mencuri karyamu itu tersangkut masalah hak cipta?”

“Itu benar, Tuan Spencer. Kalaupun saya tidak mampu menang melawan mereka, tapi Diamant Corp jelas bisa.”

Jayden terdiam. Matanya menerawang ke depan, sedang mempertimbangkan apa yang diucapkan oleh Valency. 

Diamnya Jayden membuat jantung Valency berdebar keras. Lagi pula, ini bukanlah masalah kecil. 

Masalah hak cipta dalam dunia desain, maupun sektor kreatif mana pun, adalah suatu hal yang sensitif. Satu langkah yang salah dan karir seseorang bisa berakhir!

“Apa keuntungannya?” tanya Jayden kepada Valency.

“Tuan Spencer adalah salah satu petinggi dunia desain perhiasan, mata Anda tidak bisa ditipu. Saya yakin Anda bisa melihat bahwa desain saya akan mendatangkan keuntungan besar bagi Diamant Corp setelah dirilis,” ucap Valency. “Selain itu ... saya juga akan menyerahkan hak cipta perhiasan ini sepenuhnya pada Diamant Corp.”

Kalimat terakhir yang diucapkan Valency berhasil mengejutkan Jayden. Alis pria itu sedikit tertaut. 

Bagi seorang desainer, menyerahkan hak cipta sebuah desain sama dengan seorang ibu yang menyerahkan anaknya kepada orang lain. Layakkah Valency bertindak sejauh ini?

“Kamu yakin?”

“Dibanding membiarkan karya yang telah saya buat dengan susah payah jatuh ke tangan pengkhianat dan diklaim sebagai milik mereka, saya lebih ikhlas jika karya saya dapat berada di perusahaan yang berintegritas seperti Diamant Corp,” jawab Valency mantap.

Jayden menyandarkan tubuh ke kursi kebesarannya. “Penyerahan hak cipta tidak sebanding dengan efek yang akan ditimbulkan desain itu,” tutur pria itu. “Aku tidak ingin mempertaruhkan hidup ribuan karyawan hanya untuk satu desain.”

Ucapan Jayden berhasil menghancurkan harapan Valency, senyum gadis itu seketika luntur. 

Apa ini adalah penolakan secara tak langsung dari Jayden? 

Jantung Valency berdetak keras. Tidak! Dia tidak boleh kalah seperti ini!

Valency memutar otak, berusaha mencari kata-kata yang dapat meyakinkan Jayden. 

‘Haruskah … aku menggunakan hal ‘itu’? Tapi ... Ibu melarangku memberi tahu siapa pun.”

Batin Valency berperang, antara ingin mengungkapkan rahasia terbesarnya demi mendapat persetujuan Jayden atau diam dan membiarkan dirinya kalah. 

Mata Valency memejam erat seiring dirinya berseru dalam hati, ‘Maaf Ibu, aku harus mengingkari janjiku.’ Valency membuka mata dan bibirnya pun terpisah. “Aku–”

“Aku setuju.”

Valency membelalak. Dirinya baru saja berniat mengungkap kartu As-nya, tapi Jayden mendadak berubah pikiran?

“Perihal hak cipta desain, aku tidak membutuhkannya.” Jayden menatap Valency yang tampak terkejut. “Aku menginginkan hal lain.”

Ucapan Jayden membuat Valency kembali bersemangat. “Apa pun itu, Tuan Spencer, saya akan berusaha memenuhinya!” 

“Dirimu.”

Sontak, Valency mematung. Manik cokelat manisnya terpaku pada sosok Jayden.

Dengan kening mengernyit, Valency berujar, “Tuan Spencer, kita sedang berbicara tentang bisnis. Tolong jangan bercanda.”

Jayden beranjak dari kursinya, berjalan mengitari meja dan bersandar di pinggirnya. Dengan lengan kemeja hitamnya yang tergulung sebatas siku, pria itu mengizinkan Valency untuk melihat otot tangannya yang menegang selagi menopang tubuhnya yang kekar.

Valency meneguk ludah. Sungguh pria itu sangat menawan!

Valency! Fokus!’ pekik Valency dalam hati.

“Kita memang membicarakan bisnis Nona Lambert. Kamu mengajukan penawaranmu dan aku juga mengajukan syaratku.” Jayden membalas dengan tenang. “Sebuah kerja sama dengan risiko yang besar tentunya harus memberikan keuntungan yang besar juga, bukan?” Salah satu alis Jayden dinaikkan. 

“Pernikahan denganku membawa keuntungan besar untukmu?” Valency sangat kebingungan dibuatnya. “Aku tidak mengerti.”

Senyum tipis tersungging di bibir Jayden, membuat ekspresi datar yang sedari tadi terpasang di wajah pria itu tergantikan oleh ekspresi terhibur.

“Alasanku, kamu tidak perlu tahu. Yang jelas, dalam pernikahan ini, kamu tidak akan dirugikan.” Jayden menatap Valency dengan saksama. “Bagaimana, Nona Lambert?”

Valency bisa melihat pancaran mata Jayden yang diselimuti keyakinan. Menikah dengan Jayden Spencer … atau kehilangan hak cipta karyanya kepada dua pengkhianat.

Jawabannya sangat jelas.

“Saya terima.”

Creative Words

Waw! Diterima loh. Kalau kalian Valency, apakah akan terima juga? Ditawarin nikah sama pria kaya, berkedudukan, hmm apa niat di balik semua itu ya?? Terima kasih sudah baca sampai akhir! Semoga suka dengan karya ini! Kalau kalian suka, jangan lupa untuk berikan like, vote, dan comment yaa! Biar author tahu tanggapan kalian terhadap karya ini, terima kasih!

| 7
Comments (2)
goodnovel comment avatar
TunFatimah Adza
kalau diriku valency aku pun terima dari terus dikhianati oleh teman lelaki dan kawan baik
goodnovel comment avatar
Hajjah Zuraida
sangat meng inspirasi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status