Share

5. Partner Pesta Teh

Sirena melihat Mr. Sand turun dari kereta kuda dan mendekat. Lelaki itu sedikit membungkuk untuk memberi salam.

"Selamat siang, Nona. Semoga Dewa El selalu memberkati Anda."

Dia kembali pada posisi tegap tanpa mengangkat kepala.

“Maaf atas keterlambatan kami, Nona. Namun Tuan Duke tidak bisa menepati janji karena ada pekerjaan mendesak.”

Lelaki itu berbicara dalam sikap hormat. Dia bahkan tidak berani melirik ke arah Sirena dan Sir. Einar yang terlihat geram.

“Jadi begitu.” Sirena membuang napas panjang dan melihat beberapa peti yang di turunkan oleh kusir.

Raut wajahnya yang terlihat tenang membuat Sir. Einar berperasangka jika Tuannya sudah tahu hal ini akan terjadi.

“Lalu apa yang datang bersamamu, Mr. Sand?”  tanya Sirena.

“Duke Arsenio merasa tidak enak hati karena tidak bisa menepati janji. Karena itu beliau mengirimkan beberapa hadiah dan sepucuk surat untuk Anda.”

“Dasar gila!” Sir. Einar memekik kesal. “Kau tahu berapa lama Nona menunggu kedatangan Tuan Duke?”

Mr. Sand sedikit mendongak. Dia melihat raut kemarahan Sir. Einar dengan tatapan bersalah.

“Maafkan saya, Sir. Saya—“

Sir. Einar bergerak cepat ke arah Mr. Sand. Dia mencengkeram kerah baju Mr. Sand—hendak melayangkan sebuah pukulan.

“Sir!” Sirena menggenggam pergelangan tangan Einar. “Lepaskan dia,” perintahnya dengan suara tegas.

“Tapi Nona—“

“Sir, tidakkah kamu harus mendengar perintahku tanpa membantah?” Sirena membuang napas lembut. Dia menatap kesatrianya dengan tajam. “Dan ia adalah ajudan Duke Arsenio, calon Tuanmu. Jangan membuat keributan karena hal kecil.”

Sir. Einar meremas kerah pakaian Mr. Sand sambil melayangkan tatapan tajam sebelum akhirnya dia melepaskan cengkeramannya—sesuai perintah Sirena.

“Karena Anda tidak mengizinkan saya marah padanya, saya akan minta dengan hormat agar Anda kembali beristirahat.”

Sir. Einar mengulurkan tangannya ke arah Sirena. “Tadi pagi Anda masih mimisan, dan sekarang menunggu terlalu lama di bawah sinar matahari bisa membuat tubuh Anda dalam keadaan kritis kembali.”

Sirena memberikan tangannya pada Sir. Einar dan mengikuti kesatrianya pergi.

“Saya akan meminta pelayan untuk mengambil hadiahnya, Mr. Sand. Terima kasih sudah datang dan memberikan banyak hadiah.”

Mr. Sand hanya mengulas senyum masam dan melihat kepergian Sirena dengan sedikit membungkuk hormat.

“Semoga lekas sembuh, Nona.”

 

Pintu di ketuk pelan dari luar ruangan. Arsenio yang sedang mengerjakan beberapa berkas sontak mendongak dan melihat ke arah pintu masuk yang letaknya berada lurus di depan meja kerja.

"Masuklah," pintanya.

Mr. Sand masuk ke dalam ruangan. Dia mendekati meja kerja Arsenio dan menunduk hormat beberapa saat sebelum kembali berdiri tegap.

“Saya sudah melaksanakan tugas dari Anda, Tuan.”

“Hem ... kerja bagus. Bagaimana keadaan wanita itu? Apa dia menungguku dengan menyeduh teh di bawah pohon rindang di taman rumahnya itu?” tanya Arsenio dengan acuh tak acuh.

“Maaf jika jawaban saya mengecewakan Anda, Tuan.” Mr. Sand memberi jeda. Dia membuat Arsenio menatapnya dengan tajam.

“Kenapa? Dia bahkan tidak menunggu kedatanganku?” tebak Arsenio sedikit emosi. Ia juga terlihat bingung saat melihat ekspresi dingin Mr. Sand saat menatapnya.

“Nona Sirena menunggu Anda di depan gerbang sampai tungkak kakinya merah. Bahkan wajahnya terlihat tidak baik karena terlalu lama berada di bawah sinar matahari.” Mr. Sand tampak geram. “Dan saya mendengar dari Sir. Einar jika Nona Sirena dalam kondisi tidak sehat pagi ini. Tapi beliau tetap menunggu Anda dalam waktu yang lama.”

Kedua mata Arsenio membulat. Dia terkejut jika tunangan yang dingin dan tidak menyukainya, hari ini mau menunggu kedatangannya sangat lama.

“Jangan bercanda Mr. Sand. Kamu baru saja mengatakan hal yang tidak mungkin di lakukan oleh Sirena Egberta! Aku tak akan percaya itu.”

“Terserah.”

Hah?

Sudut mata Arsenio berkerut seraya kedua alisnya terangkat dan hampir menyatu di tengah dahi. Dia terlalu terkejut dengan respons ajudan yang selama ini selalu menjaga sopan santun di depannya walau dia sedang marah.

“Ada apa denganmu, Sand? Kau tak pernah menyukai Sirena sebelumnya. Tapi kenapa sekarang kamu marah karena aku sedikit memberinya luka?”

“Apa sekarang kamu sudah lebih menyukainya?”

Mr. Sand menepuk kening. Dia mengusap wajahnya dengan kasar dan berakhir menutupnya sebagian. Dia hanya memperlihatkan kedua mata yang terlihat datar saat mengawasi Tuannya.

“Anda harus bertemu dengan Nona Sirena besok pagi.”

“Hah? Kenapa aku harus melakukan hal merepotkan itu?” jawab Arsenio secepat kilat.

Ekspresi wajah yang terlihat enggan menjawab semua pertanyaan di dalam kepala Mr. Sand tentang kenapa Tuannya ingkar janji pada Nona Sirena.

“Ternyata Anda memang berniat mempermainkan Nona Sirena.” Mr. Sand menatap benci. “Keterlaluan sekali. Saya tidak menyangka Anda akan memperlakukan seorang Nona yang lemah dengan buruk seperti Putra Mahkota. Ya, Anda memang sepupunya. Saya paham. Sifat kalian pasti tidak jauh—“

“Tutup mulutmu, Sand!” Arsenio berteriak lantang.

Dia terlihat marah saat Mr. Sand berusaha menyamakan dirinya dan Putra Mahkota Arion—anak pertama dari Pamannya—Raja Kerajaan Firaz, Kaisar Johan de Firaz.

Mr. Sand tidak terusik dengan tatapan dingin nan menusuk itu. Dia sudah cukup terbiasa melihat wajah dingin dan kasar Arsenio. Mereka tumbuh bersama sampai ketakutan di dalam diri Sand saat berhadapan dengan Arsenio banyak berkurang dari sebelumnya.

“Jika Anda tidak ingin di cap seperti itu, Anda harus bertemu dengan Nona Sirena besok pagi dan ajak dia pergi ke pesta teh Putri Elvira bersama-sama.”

Arsenio mengerutkan kening. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dan menarik punggungnya ke belakang untuk bersandar.

“Elvira mengadakan pesta teh saat dirinya akan Debutante? Dan kamu bilang, Elvira yang seperti itu mengundang Putri Count yang telah bersikap kurang ajar padanya beberapa hari yang lalu?”

Mr. Sand mengangguk dengan yakin. “Karena itulah, sebaiknya Anda bertemu dengan Nona Sirena dan menawarkan diri untuk mengantarnya pergi. Bagaimana pun juga, keadaan Nona Sirena tidak begitu baik karena kelakuan kekanak-kanakan Anda hari ini, Tuan.”

Menghela napas panjang nan dalam, Arsenio berpikir keras tentang usulan itu.

“Jika aku mengantar Sirena ke sana, itu akan membuatnya sedikit aman. Bagaimana pun juga tidak akan ada yang berani menyentuh tunangan seorang Duke,” pikir Arsenio sedikit percaya diri akan powernya.

“Tuan, bagaimana? Anda akan melakukannya?” tanya Mr. Sand.

Dengan sedikit terpaksa, Arsenio mengangguk dan melihat wajah cerah Mr. Sand setelah mendengar keputusan darinya.

“Kalau begitu saya akan mengosongkan jadwal pagi Anda. Tapi Anda harus begadang untuk menyelesaikan pekerjaan besok!”

Arsenio menganga. Dia terkejut mendengar kata “begadang” keluar dari mulut ajudan pribadinya itu.

“Bagaimana kamu bisa memintaku begadang sehari sebelum kepergianku ke Istana Kaisar? Kamu ingin membunuhku?"

Hahahaha ....

Mr. Sand tertawa begitu lantang. Raut wajahnya yang terlihat bahagia membuat Arsenio merasa tercekik dengan keadaan.  

“Saya akan meminta para pelayan untuk menutupi kantung mata Anda dengan riasan. Jadi Anda tak perlu mencemaskan cemoohan para bangsawan di pesta Tuan Putri Elvira nanti.”

Mr. Sand membungkuk sejenak sebelum melenggang pergi meninggalkan tempat Arsenio bekerja seharian.

“Kalau begitu selamat bekerja, Yang Mulia. Saya akan menyiapkan keperluan Anda untuk keberangkatan besok pagi.”

Arsenio mengembuskan napas kasar dan melihat Mr. Sand pergi dengan langkah ringan serta hati gembira dengan tatapan lelah.

“Sial.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
aq benci kau arsenio .. teganya mempermainkan Serena bgtu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status