Chandra yang mendengar suara ponselnya berdering pun tampak tidak bersemangat untuk menjawabnya.Tapi tetap saja tangannya mengambil ponselnya yang sebelumnya dia letakkan asal.Tanpa melihat nama Chandra pun menjawab dan mendengar suara Kiara dari seberang sana.Suaranya tampak bergetar dan ada juga suara lainnya yang terdengar.Tampaknya ada perdebatan membuat Chandra pun penasaran."Kiara, kamu kenapa?" tanya Chandra sedikit panik.Namun, tidak ada jawaban sama sekali.Hingga Chandra pun mendengar suara pecahan.Karena, rasa penasaran Chandra pun memutuskan untuk kembali ke rumah Kiara.Melihat ada sebuah sepeda motor yang terparkir di sana.Pintu yang tertutup rapat.Seketika itu Chandra pun segera mengetuk pintu rumah."Kiara," panggil Chandra.Tapi tak ada sambutan suara, saat memutar gagang pintu tapi tidak juga pintu bisa terbuka karena terkunci rapat.Tok tok tok!Chandra pun kembali mencoba untuk membuka pintu.***Kiara yang gemetaran saat melihat pemilik kontrakan terkapar
"Dia masih hidup, sekarang sudah sadarkan diri," terang Chandra.Agar Kiara tidak terus merasa takut akibat pikiran sendiri.Kiara pun mendongkak menatap wajah Chandra.Tampaknya Kiara ragu dengan ucapan Chandra karena terlalu was-was akan apa yang terjadi."Kamu bohongkan?" tanya Kiara penuh selidik."Aku serius, apa untungnya berbohong?" "Mana aku tahu, kamu sangat suka berbohong demi keuntungan mu!" pekik Kiara.Chandra pun mengangguk lemah kemudian memilih untuk segera pergi.Merasa apa yang dikatakan oleh Kiara memang benar adanya.Tidak pula menyalahkan Kiara.Meskipun untuk kali ini ada rasa kecewa mendengar ucapan Kiara.Karena, Chandra menolong dengan sangat tulus.Tapi Kiara yang kini menatap punggung Chandra.Sejenak berpikir dengan kata yang baru saja dia ucapkan.Kiara baru menyadari bahwa ucapannya barusan sangat tajam dan melukai hati Chandra.Membuat Kiara merasa bersalah."Om Chandra, tunggu dulu," seru Kiara dengan cepat.Menurutnya hanya Chandra yang bisa menolongn
"Kalau pun kamu tidak makan dan hanya menangis sepanjang hari masalah tidak akan selesai," ujar Chandra.Kiara pun menatap wajah Chandra dengan mata yang berkaca-kaca."Om, makan aja. Kiara nggak papa kok," jawab Kiara sambil mengusap wajahnya yang lagi-lagi basah karena tetesan air matanya.Kemudian Chandra pun meraih tangan Kiara untuk ikut dengannya kembali ke meja makan."Ayo makan, jangan banyak membantah."Akhirnya Kiara pun menurut dan kembali duduk di kursinya.Namun, tidak nafsu makan.Meskipun makanan yang tersaji di atas meja tampak sangat lezat."Kiara, ayolah makan dengan benar. Atau, aku tidak akan perduli lagi pada mu, selesaikan masalah mu sendiri!" gertak Chandra.Kiara pun mengangguk kemudian segera menyendok makanannya karena takut pada ucapan Chandra.Bagaimana caranya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri?Memaksakan diri untuk mengunyah makanannya yang sebenarnya tidak ingin dia lakukan."Jangan takut, ada aku!" tegas Chandra meyakinkan Kiara lagi.Akhirnya Kiara
"Tidak masalah," jawab Chandra."Sebagai ucapan terima kasih, Kiara mau masak dulu.""Nanti, kalau udah selesai. Kiara kasih tau ya, Om?" Setelah itu Kiara pun segera pergi menuju dapur.Mencari bahan makanan yang dia butuhkan untuk memasak.Bahan makanan tidak terlalu banyak yang tersedia di dalam kulkas.Tidak mengapa.Kiara bisa memasak seadanya saja asalkan dari hati tentunya itupun akan terasa sangat lezat.Sudahlah, Kiara sudah memutuskan untuk berdamai dengan keadaan ini.Menerima kenyataan menjadi istri Chandra yang masih gagah dari pada menjadi istri bandot tua yang sudah berulang kali menikah.Bahkan anaknya lebih dari satu lusin dari istri-istri yang berbeda pula, juga sudah memiliki cicit.Sungguh mencengangkan.Ditambah lagi Chandra sudah membiayai pengobatan Ibunya.Menyelesaikan masalahnya.Kiara yakin jika tidak dengan campur tangan Chandra hari ini dirinya sudah merasakan dinginnya penjara.Padahal dirinya tak bersalah atas semuanya yang terjadi.Karena yang dia laku
"Sekali lagi maaf ya, Mas," Kiara pun tersenyum sambil melihat dahi Chandra yang membiru dengan jarak yang lebih dekat.Ah ternyata Kiara sejahat itu pada Chandra.Membuat rasa bersalah Kiara semakin besar mengingat saat dirinya jahat pun masih saja Chandra bersikap baik padanya.Mau menolongnya.Coba saja kalau tidak ada bantuan dari Chandra, pasti saat ini hanya bisa menangis dibalik penjara karena tidak ada yang bisa dia lakukan.Bahkan apa yang dikatakan olehnya pun tak mungkin ada yang percaya.Itu sudah pasti.Dan mulai saat ini Kiara pun sudah bertekad menerima kenyataan bahwa dirinya adalah istri dari Chandra."Iya, tidak apa."Chandra yang kebingungan dengan perubahan sikap Kiara tentunya bertanya-tanya apakah yang terjadi pada wanita itu.Depresi?Mungkinkah Kiara depresi berat akibat masalah yang dihadapi?Tapi masalah itu sudah selesai.Membingungkan.Tapi sudahlah, Chandra pun memilih untuk segera tidur dari pada pusing memikirkan sikap Kiara.Hingga tiba-tiba saja Kiara
Pagi harinya Kiara pun segera bangun pagi dia melihat Chandra masih terlelap di sampingnya.Kemudian Kiara pun melihat dirinya dan ternyata masih dengan pakaian lengkap tanpa ada yang terbuka.Awalnya Kiara pikir Chandra akan melakukannya."Kok aku nggak diapa-apain ya?" gumam Kiara sambil berpikir keras.Karena setahunya jika orang yang sudah menikah itu seharusnya melakukannya.Bahkan hal yang ditakutkan oleh Kiara adalah Chandra melakukan hal itu padanya.Itu dulu.Sekarang tidak, Kiara tampak suka rela memberikan dirinya.Bahkan sampai menawarkan langsung pada Chandra."Hanya dua kemungkinan, tidak normal atau tidak menarik," tebak Kiara.Kemudian kembali lagi melihat Chandra yang begitu lelap.Bagaimana tidak lelap, semalaman penuh dirinya menahan diri untuk tidak menyentuh Kiara.Hingga tidak bisa tidur.Tapi saat ini Chandra tidak tahu jika Kiara yang bingung akan dirinya."Sepertinya aku butuh pakaian sexi," Kiara pun mendapat ide yang cukup bagus.Inilah jalan satu-satunya un
"Jadi, penasaran," kata Kiara lagi.Tapi Chandra yang ingin pingsan."Mas, kok ngeliatin Kia gitu banget sih?" Kiara bingung karena Chandra menatapnya dengan tatapan aneh.Entah apa yang dipikirkan oleh Chandra tentang dirinya."Cepat siap-siap untuk ke rumah sakit!" perintah Chandra.Chandra semakin pusing karena merasa kecurigaannya benar.Kiara depresi."Nggak ah," tolak Kiara.Kiara tidak mau menemui dokter jiwa sebab dirinya sadar masih waras."Kia, masih waras! Kiara cuman mencoba untuk jadi istri yang baik. Tapi, kalau nggak suka ya udah," gerutunya.Kiara pun segera pergi membereskan dapur dan tidak lagi perduli pada Chandra.Hanya belajar menjadi istri yang baik saja dirinya malah dianggap gila.Chandra pun terdiam di duduknya sambil memperhatikan Kiara yang terus bergerak membereskan dapur.Pikiran bertanya-tanya apakah mungkin benar Kiara masih waras.Benarkah hanya ingin menjadi istri yang baik?"Sial!" umpat Chandra karena terlalu fokus pada bentuk tubuh Kiara.Ah, sudahl
"Mas, kata Dinda ada banyak gaya. Gaya kupu-kupu terbang, gaya cicak di dinding, gaya nungging, banyak lagi. Nanti Kita praktek juga. Jadi, Mas santai aja."Kiara tidak tahu apa maksud dari ucapannya sendiri.Karena itu yang dikatakan oleh Dinda saat dia pagi tadi bertanya tentang malam pertama pada sahabatnya itu.Kiara tidak malu untuk bertanya kepada Dinda karena sahabat terbaiknya.Bahkan dengan senang hati Dinda menjelaskan banyak hal.Jadi membuatnya mendapat ilmu tentang hubungan suami istri.Itu bagus bukan?Dan untuk Chandra dia pun hanya berusaha untuk membuat Chandra semangatku dalam menunggu waktu selesai datang bulan.Tidak lagi tegang seperti ini.Mungkin Kiara pikir ini seperti anak kecil yang bisa di iming-iming hadiah.Tidak mengerti rasanya sangat menyiksa."Apa lagi ini?" gumam Chandra."Eh, tapi tunggu dulu," Kiara pun mulai berpikir keras sambil melihat wajah Chandra.Membuat Chandra pun yakin jika akan ada lagi perkataan aneh yang akan dia dengar nantinya.Tunggu