Karena paksaan ibu angkatnya, Adinda terpaksa menjadi istri Dimas yang merupakan ayah dari sahabatnya. Parahnya, Dimas yang selama ini dipuja semua orang ... begitu angkuh luar biasa! Haruskah gadis itu memberikan "kejutan"?
View More"Tidak masalah," jawab Chandra."Sebagai ucapan terima kasih, Kiara mau masak dulu.""Nanti, kalau udah selesai. Kiara kasih tau ya, Om?" Setelah itu Kiara pun segera pergi menuju dapur.Mencari bahan makanan yang dia butuhkan untuk memasak.Bahan makanan tidak terlalu banyak yang tersedia di dalam kulkas.Tidak mengapa.Kiara bisa memasak seadanya saja asalkan dari hati tentunya itupun akan terasa sangat lezat.Sudahlah, Kiara sudah memutuskan untuk berdamai dengan keadaan ini.Menerima kenyataan menjadi istri Chandra yang masih gagah dari pada menjadi istri bandot tua yang sudah berulang kali menikah.Bahkan anaknya lebih dari satu lusin dari istri-istri yang berbeda pula, juga sudah memiliki cicit.Sungguh mencengangkan.Ditambah lagi Chandra sudah membiayai pengobatan Ibunya.Menyelesaikan masalahnya.Kiara yakin jika tidak dengan campur tangan Chandra hari ini dirinya sudah merasakan dinginnya penjara.Padahal dirinya tak bersalah atas semuanya yang terjadi.Karena yang dia laku
"Kalau pun kamu tidak makan dan hanya menangis sepanjang hari masalah tidak akan selesai," ujar Chandra.Kiara pun menatap wajah Chandra dengan mata yang berkaca-kaca."Om, makan aja. Kiara nggak papa kok," jawab Kiara sambil mengusap wajahnya yang lagi-lagi basah karena tetesan air matanya.Kemudian Chandra pun meraih tangan Kiara untuk ikut dengannya kembali ke meja makan."Ayo makan, jangan banyak membantah."Akhirnya Kiara pun menurut dan kembali duduk di kursinya.Namun, tidak nafsu makan.Meskipun makanan yang tersaji di atas meja tampak sangat lezat."Kiara, ayolah makan dengan benar. Atau, aku tidak akan perduli lagi pada mu, selesaikan masalah mu sendiri!" gertak Chandra.Kiara pun mengangguk kemudian segera menyendok makanannya karena takut pada ucapan Chandra.Bagaimana caranya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri?Memaksakan diri untuk mengunyah makanannya yang sebenarnya tidak ingin dia lakukan."Jangan takut, ada aku!" tegas Chandra meyakinkan Kiara lagi.Akhirnya Kiara
"Dia masih hidup, sekarang sudah sadarkan diri," terang Chandra.Agar Kiara tidak terus merasa takut akibat pikiran sendiri.Kiara pun mendongkak menatap wajah Chandra.Tampaknya Kiara ragu dengan ucapan Chandra karena terlalu was-was akan apa yang terjadi."Kamu bohongkan?" tanya Kiara penuh selidik."Aku serius, apa untungnya berbohong?" "Mana aku tahu, kamu sangat suka berbohong demi keuntungan mu!" pekik Kiara.Chandra pun mengangguk lemah kemudian memilih untuk segera pergi.Merasa apa yang dikatakan oleh Kiara memang benar adanya.Tidak pula menyalahkan Kiara.Meskipun untuk kali ini ada rasa kecewa mendengar ucapan Kiara.Karena, Chandra menolong dengan sangat tulus.Tapi Kiara yang kini menatap punggung Chandra.Sejenak berpikir dengan kata yang baru saja dia ucapkan.Kiara baru menyadari bahwa ucapannya barusan sangat tajam dan melukai hati Chandra.Membuat Kiara merasa bersalah."Om Chandra, tunggu dulu," seru Kiara dengan cepat.Menurutnya hanya Chandra yang bisa menolongn
Chandra yang mendengar suara ponselnya berdering pun tampak tidak bersemangat untuk menjawabnya.Tapi tetap saja tangannya mengambil ponselnya yang sebelumnya dia letakkan asal.Tanpa melihat nama Chandra pun menjawab dan mendengar suara Kiara dari seberang sana.Suaranya tampak bergetar dan ada juga suara lainnya yang terdengar.Tampaknya ada perdebatan membuat Chandra pun penasaran."Kiara, kamu kenapa?" tanya Chandra sedikit panik.Namun, tidak ada jawaban sama sekali.Hingga Chandra pun mendengar suara pecahan.Karena, rasa penasaran Chandra pun memutuskan untuk kembali ke rumah Kiara.Melihat ada sebuah sepeda motor yang terparkir di sana.Pintu yang tertutup rapat.Seketika itu Chandra pun segera mengetuk pintu rumah."Kiara," panggil Chandra.Tapi tak ada sambutan suara, saat memutar gagang pintu tapi tidak juga pintu bisa terbuka karena terkunci rapat.Tok tok tok!Chandra pun kembali mencoba untuk membuka pintu.***Kiara yang gemetaran saat melihat pemilik kontrakan terkapar
Tok tok tok.Huuuufff.Kiara pun menarik napas panjang dan menghembuskan dengan kasar.Baru saja dirinya masuk dan menutup pintu kini kembali ada yang mengetuk.Siapakah itu?Pasti Chandra!Jadi, tidak perlu repot-repot untuk membukanya karena itu sangat membuang-buang waktu.Lagi pula bukankah Kiara sudah mengusirnya?Kenapa masih kembali lagi?Tok tok tok!Lagi-lagi terdengar suara ketukan pintu padahal Kiara berharap Chandra segera pergi.Tok tok tok!Lagi dan lagi.Kiara pun akhirnya kembali membuka pintu dengan perasaan kesal bukan main."Mau apa lagi dia? Belum cukup undah diusir? Mau diusir lagi?" gerutu Kiara.Perlahan Kiara pun mulai membuka pintu, tapi apa yang dia lihat ternyata bukan orang yang dia pikirkan.Karena, ternyata bukan Chandra.Tapi seorang pria yang tak lain adalah pemilik dari rumah kontrakannya."Pak Amir," sapa Kiara."Saya datang ke sini untuk menagih uang kontrakan, sudah 6 bulan kalian menunggak," terang pria paruh baya itu.Kiara pun mengusap wajahnya d
Di tempat lain.Kiara duduk diam di kamar orang tuanya dengan perasaan sedih.Sejak pulang dari kampus Kiara memilih untuk tidak kembali ke rumah Chandra.Meskipun apartemen milik pria itu jauh lebih mewah dari pada rumah sederhana tempatnya dibesarkan.Namun, jika diberikan pilihan Kiara jauh lebih memilih untuk tinggal bersama ketua orang tuanya di rumah itu.Tapi, saat ini kedua orang tuanya sedang berada di luar negeri.Sebenarnya Kiara tidak yakin, tetapi juga tidak bisa untuk memastikan apakah benar atau tidak.Sebab, untuk berkomunikasi dengan orang tuanya tidak bisa."Kita pulang ya."Terdengar suara seseorang yang kini berdiri di ambang pintu yang terbuka lebar.Ternyata Chandra yang berdiri di sana dan entah sudah sejak kapan.Mungkin jika tidak bersuara sampai detik ini pun Kiara tak akan pernah sadar akan kehadirannya.Namun, Kiara tampak tidak bersemangat sama sekali untuk ajakan Chandra."Rumah ku di sini!" jawab Kiara dengan malas.Kiara berharap dengan menjawab dengan
Moza pun merasa kelelahan karena pergulatan panas mereka berdua.Tenggorokannya terasa kering dan ingin minum."Kak, tolong ambilkan mineral itu," pinta Moza sambil menunjuk arah meja nakas di dekat Hilman.Karena Moza sudah tak mampu untuk menggapainya sendiri.Tanpa bertanya lagi Hilman pun segera mengambilnya dan memberikan pada Moza.Benar saja langsung diteguk hingga tandas.Sesaat kemudian Moza pun merasa lebih baik hingga tanpa sengaja melihat wajah Hilman.Hilman tampak menahan senyum melihat dirinya."Kamu abis ngapain? Kok kayaknya capek banget?" goda Hilman.HwuusssWajah Moza pun memerah mendengar pertanyaan Hilman.Membuatnya pun segera kembali membaringkan tubuhnya tanpa perduli pada pertanyaan konyol Hilman."Abis maraton ya?" tanya Hilman lagi.Moza pun membuka matanya dengan refleks.Ternyata Hilman tersenyum sambil melihat dirinya.Moza semakin tidak kuat menahan rasa malunya.Saat itu Hilman pun segera kembali berbaring tapi Moza cepat-cepat mengubah posisi agar mem
"Diam lagi, apa lagi yang kamu pikirkan?" tanya Hilman.Moza masih diam dengan kebingungannya karena menyadari jika dirinya ternyata tidak mampu untuk berbagi suami."Jangan dipendam sendiri, Kakak tidak suka seperti ini. Bicara," desak Hilman.Masih menunggu jawaban Moza dengan serius.Tetapi, tiba-tiba Moza malah menangis karena bingung harus menjawab apa."Kenapa menangis lagi?" Hilman pun panik karena sepertinya perasaan wanita hamil itu tengah kacau.Hingga tak bisa mengendalikan dirinya sendiri."Kak Hilman, maunya apa sih?!" pekik Moza disela-sela tangisnya."Kenapa jadi marah sama Kakak?""Ish, udah sana pergi aja. Nikah beneran sama Kak Rena!" pekik Moza."Kamu serius?""Em!" Moza pun segera membaringkan tubuhnya dengan memunggungi Hilman.Tapi hati kecilmu bertanya-tanya apakah Hilman akan pergi dan benar menikah lagi dengan kekasihnya itu?Moza mendengar suara langkah kaki yang berjalan ke arah pintu.Hingga suara pintu yang terbuka dan saat itu Moza pun cepat-cepat mendudu
Tidak ada yang serius, hanya butuh observasi dan kini Moza sudah boleh dibawa pulang.Saat itu Hilman pun sampai dan melihat Moza yang sedang dibantu oleh Dimas untuk turun dari ranjang rumah sakit tersebut."Kak Hilman, kok ke sini?" tanya Moza tiba-tiba.Karena sebelumnya Hilman mengatakan bahwa dirinya tidak pulang karena bersama dengan Rena."Kok pertanyaannya begitu?" tanya Dinda kembali.Pertanyaan Moza sangat membingungkan semua orang.Moza pun bingung harus menjawab apa karena tak mungkin mengatakan bahwa Hilman memiliki dua orang istri.Akhirnya Moza pun hanya menggeleng pelan."Mas, kita balik duluan yuk. Ada Hilman," kata Dinda.Dimas pun mengangguk dan mengurungkan niatnya untuk membantu Moza.Karena ada Hilman.Hingga kini benar-benar hanya ada keduanya saja."Kamu kenapa?" tanya Hilman yang kini semakin berjalan mendekati Moza."Tiba-tiba aja perut Moza sakit," jawab Moza."Kita pulang?""Iya. Tapi, Kakak kok ke sini? Moza nyusahin lagi ya?" tanya Moza dengan perasaan ti
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.