Ardian terpaksa menikahi Natasya, bos cantik sekaligus putri dari tuan tanah yang kaya raya karena utang budi kepada keluarganya. Sementara Natasya sendiri juga terpaksa menerima Ardian sebagai suami karena tuntutan orang tua dan juga neneknya. _______ Kau bernama Natasya. Adila Sabrina Natasya. Perempuan cantik berkulit seputih pualam. Berdarah Kanada–Jakarta. Ayahmu bernama Steven Arnold, seorang yang sangat berjasa di dalam hidupku. Hidup keluargaku. Wanita bermata coklat bening berbingkai bulu lentik yang membuatku selalu bertanya-tanya pada diri. Sebegitu rendahkah aku? Sebegitu hinakah pekerjaan ayahku? "Dasar anak supir!" Kalimat penghinaan itu yang sering kau lontarkan, bahkan sejak kita masih berusia remaja. Ya, aku memang anak seorang supir. Supir keluargamu. Keluarga Arnold yang kaya raya. Akan tetapi, pantaskah kau menghinaku terus-menerus? Hhh! Lihat! Terkadang takdir seaneh itu. Takdir memang semenakjubkan itu. Aku yang selalu kau hina. Aku yang selalu kau anggap rendah. Bahkan kau memalingkan wajah apabila bertemu muka. Akan tetapi, justru kini akulah yang menjadi orang terdekatmu. Aku ... Suamimu. *** Bagaimana keseruan kisah dua orang yang saling terpaksa menjalani ikatan pernikahan ini? Kuuuyy dibaca. (Sekuel Wanita Dambaan Tuan Otoriter)
View More"Mama Nina," panggil Naura ketika ia melihat sang ibu mertua duduk di depan televisi di ruang tengah rumah itu."Eh, iya, Nak! Sini duduk dekat Mama," sahut Nina sembari menepuk permadani yang ia duduki di posisi tepat di sebelahnya, "Arga tidur?" lanjutnya bertanya."Arga dibawa Arya ke depan tadi. Lihat kakeknya nanam cabe," jawab Naura."Ooh," sahut Nina singkat. Ia kemudian lanjut menatap acara tv yang sedang menayangkan film drama Turki favoritnya."Ma, aku ganggu ya?" tanya Naura sedikit sungkan. Karena ia tahu, sang ibu mertua gemar menonton drama serta sinetron di televisi itu.Sontak Nina kembali menoleh ke arah Naura. "Nggak, kok. Kamu mau ngomong apa, ngomong aja. Ini Mama sambil nonton. Lagi seru filmnya," kata wanita paruh baya tersebut.Naura pun tersenyum simpul. "Gini, Ma ... aku cuma mau izin ke rumah Mama-Papaku sebentar," pungkas wanita itu."Ooh, kenapa nggak suruh Mama-Papa aja ke sini?" Nina menoleh ke arah Naura sebentar, kemudian lanjut mengarahkan matanya ke a
Baru saja Ardian keluar dari lift di lantai 5 apartemen, matanya menangkap pintu unitnya yang baru saja terbuka. Dan, ternyata ada Steven dan Naysilla yang hendak ke luar dari dalam sana.Lelaki itu gegas melajukan langkah. "Daddy ... Ibu ...?" Ardian mengulurkan tangan hendak menyalami kedua mertuanya ketika jarak mereka tak lebih dari dua meter lagi.Steven menoleh ke arah lelaki yang baru saja datang itu. Dan dengan berat hati ia menyambut uluran tangan menantu lekakinya tersebut. Di dalam hati sebenarnya ia masih belum sepenuhnya menerima Ardian. Namun, semua ia lakukan demi sang putri kesayangan. Apalagi Natasya kini sudah menjadi ibu dan memberikan seorang cucu yang cantik untuknya.Setelah mencium tangan mertua lelakinya, giliran tangan Nay yang Ardian salami. "Sudah mau pulang, Ibu sama Daddy?" tanya pria tampan berwajah manis itu."Iya, kami baru aja mau pulang, Ar," jawab Nay seraya melebarkan senyuman."Ah, iya, Bu. Hati-hati di jalan," sahut Ardian membalas senyum sang ibu
Hari ini hari terakhir jatah waktu Ardian bersama Naura. Ia bersiap-siap kembali ke apartemen untuk menunaikan giliran Natasya. Lelaki itu merapikan pakaiannya di depan cermin."Baaang ... apa nggak bisa Abang ke sana nanti-nanti aja? 'Kan, waktu itu giliranku diambil Kak Tasya banyak bangeeet ...." Naura tiba-tiba memeluk Ardian dari belakang. Wanita itu merasa berat ditinggal oleh sang suami saat ini.Ardian menyembunyikan helaan napas panjangnya. 'Bahkan cuma tiga hari bersama kamu terasa sangat lama sekali buatku, Naura ...,' bisik pria itu di dalam hati.Pria tampan tersebut perlahan mengurai pelukan sang istri muda dan membalikkan badannya menghadap wanita itu. Ardian lalu meraih kedua telapak tangan sang wanita dan berkata, "Kamu sendiri 'kan, yang bilang agar kita mulai menerapkan perjanjian yang sudah kita buat bersama?" Ardian menatap lekat ke arah wanita di hadapannya.Sungguh, Ardian merasa sangat dilema. Di satu sisi, ia tidak betah jika bersama Naura. Namun, di sisi lain
"Abang dulu, deh," ucap Naura mempersilakan Ardian sambil tersipu malu."Nggak. Kamu aja dulu," sahut Ardian yang justru mempersilakan sang istri muda untuk berbicara terlebih dahulu."Hmm ... Jujur, Bang. Aku senang Abang akhirnya nginap sama aku setelah hampir dua pekan sejak pernikahan kita," ungkap Naura seraya menguntai senyum di bibirnya.Ardian membalas senyuman itu meskipun sebenarnya hatinya merasa tidak nyaman dengan kebersamaan keduanya. "Maaf kalau mungkin Abang nggak seperti yang kamu harapkan, Dek," pungkas pria itu."Hmm ... aku nggak bakal nuntut banyak sama Abang. Aku cuma minta disesuaikan aja dengan perjanjian yang pernah kita bertiga buat dulu sama Kak Tasya," imbuh Naura menatap sang suami.Ardian lalu mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Iya tidak bisa berkata banyak. "Abang tadi mau ngomong apa?" tanya Naura."Nggak ada. Cuma tadi, Abang mau kamu memahami Abang. Ini nggak mudah buat Abang, Naura .... Abang sebenarnya takut nggak bisa jadi suami yang adil untuk
"Ah, Mama. Ituuu, si Arga-lah mainannya." Hardi tertawa melihat wajah sang istri yang bingung."Oooh ... heheheee." Nina pun ikut tertawa setelah paham.Naura hanya tersenyum tipis melihat mertua dan iparnya di sana. Ia masih marah, sebab teringat perbuatan kurang ajar Arya sebelumnya yang mencuri ciuman bibirnya. Namun, ia belum sempat membahas itu lagi bersana lelaki tersebut."Arga makin hari, makin lucu, Ma. Jadinya aku betah main sama dia.""Kalau kamu nanti sudah selesai kuliah. Cepetan lanjut kerja, terus nikah, lalu punya anak!" seru Nina."Iya iyaa ...." Arya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sembari melirik ke arah Naura. 'Tadinya aku mau Naura yang jadi istri aku. Tahunya disalip abang sendiri,' keluhnya di dalam hati. Pria itu lalu bangkit dari duduk dan mencuci piring bekas makannya di wastafel, lantas ia melenggang masuk ke dalam kamarnya sendiri.***"Iya, Bu. Malam ini aku berdua sama Syirisy aja di rumah, soalnya Ardian mesti giliran ke rumah orang tuanya." T
"Ada apa, Dek?" tanya Ardian kepada Naura setelah keduanya memasuki ruang kamar."Abang kapan nginap di sini?" tanya Naura menatap Ardian dengan sorot serius."Belum dulu ya, Dek. Abang mesti mendampingi Tasya. Syirisy juga masih perlu perhatian khusus," kilah Ardian. Saat ini pria itu memang merasa belum siap untuk tidur bersama Naura dalam satu kamar apalagi satu ranjang.Naura mendengkus tak suka. "Giliran Kak Tasya sudah lebih dari cukup loh, Bang. Bahkan aku sudah memberi jatah waktuku melebihi yang seharusnya. Apa nggak bisa Abang bersikap adil?""Shhh ...." Ardian mengarahkan telapak tangannya ke arah Naura. Ia khawatir suara wanita itu sampai ke luar ruangan. "Ck!" decak Naura. Ia mendudukkan bokongnya ke pinggir ranjang dengan wajah yang kesal."Abang minta pengertian kamu, Dek.""Aku kurang pengertian bagaimana lagi?!"Ardian menghela napas panjang, karena akhirnya Naura malah mengeraskan suaranya."Oke, oke. In syaa Allah besok Abang nginap di sini ya." Seketika hati Naur
"Naura ...," bisik Arya kepada wanita yang duduk sambil menepuk pelan paha si bayi yang mulai terlelap di hadapan mereka berdua."Hmm?" Naura menoleh ke arah Arya yang jarak tempat duduk mereka di atas permadani itu cuma sekitar setengah meter saja. Tatapan itu mengisyaratkan tanya, mengapa ia dipanggil?"Kamu makin hari, makin cantik aja," ucap sang lelaki memuji. Bibir Arya tersenyum dengan tatapan penuh makna.Naura memutar bola matanya dan menghela napas lelah. Dia sudah paham sifat Arya yang sejak dulu sudah dikenal sebagai seorang perayu ulung. Ia kembali menoleh ke arah Arga yang masih belum terlalu nyenyak tidurnya. Ia memutuskan menunggu dulu sampai si bayi lelap, biar dia pun bisa menyusul tidur.Cup!Kontan saja Naura membelalakkan mata, ketika dengan gerakan cepat Arya mencuri ciuman di bibirnya. "Ap–apa-apaan kam–""Assalamualaikum!"Jantung Naura dan Arya seakan mau melompat rasanya ketika mendengar suara seseorang yang tak asing mengucapkan salam.Ya, itu adalah suara A
"I–iya, Tan. Makasih informasi dan sarannya." Ardian menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.Natasya menatap prianya dengan heran.Ardian lalu pamit dan mengucap salam kepada Risa, kemudian memutuskan saluran telepon selulernya."Tante Risa bilang apa?" tanya Natasya.Ardian tersenyum sambil menatap lekat Natasya dengan sorot penuh arti."Kamu kenapa sih, cengengesan gitu? Dada aku sakit, nih. Solusinya gimana?" tanya Tasya dengan raut curiga karena melihat gelagat aneh suaminya."Sini, Sayang ... aku bantu biar berkurang sakitnya." Ardian beringsut mendekati sang istri."Emang gimana caranya biar redain bengkaknya ini, kata Tante Risa?" Natasya heran melihat Ardian yang mulai membuka kancing daster baby doll milik istrinya."Kamu rebahan aja ...."Tasya pun menuruti apa yang sang suami sampaikan. Baju bagian atasnya kini sudah terbuka di hadapan sang suami.Ketika Ardian mendekat ke arah dadanya ...."Eeeh! Kamu mau apaa?!" Natasya kontan mendorong kepala Ardian ketika lelaki itu
"Boleh ya, Dad?" Natasya berjalan perlahan ke arah sang ayah sebab sambil menahan nyeri dari jalan lahirnya. Kemudian putri Steven Arnold satu-satunya itu meraih lengan pria tersebut, lantas menyenderkan kepalanya di pundak kukuhnya.Nay juga menanti jawaban dari suami esnya itu."Hmm," deham Steven, "tapi nggak boleh lebih dari tiga hari pas nginep," lanjutnya."Asiik! Thank you, Daddy!" Natasya mencium pipi sang ayah kemudian menghambur ke dada Steven dan memeluk erat lelaki itu.Ardian menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Ia tahu, meskipun keras dan tegas, Steven tentu sangat menyayangi sang putri semata wayang.Hati Steven terenyuh dengan sikap manja putrinya. Ia teringat dengan Tasya yang saat ini baru saja melahirkan. Ya, ia sadar ... kalau sang putri kecilnya yang dulu, kini sudah menjadi besar dan dewasa. Problematika kehidupan yang berat telah mulai putrinya hadapi.Di dalam hati Steven Arnold, ia tidak tega untuk membuat sang putri bersedih dan kecewa. Semampunya ia akan me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.