Hari ini kepalaku rasanya sangat pusing mengingat pria itu terus saja membuat nyawaku terasa terancam dan Marquis malah menjadikannya pasangan pesta kedewasaanku. Sebenarnya apa yang di pikirkan Marquis? Aku menghela nafas panjang dan menarik perhatian Mario.
"Ada yang salah Nona? Apa perlu saja pesankan yang lain?" tanya Mario yang sedang membawa beberapa contoh dekorasi pesta."Tidak," jawabku.Sepertinya aku harus mencari udara segar sebelum kembali bertemu Duke Arcelio hari ini. Entah kenapa pria itu semakin sering berkunjung. Kurasa dia tidak punya pekerjaan sampai membuang banyak waktu mengancam nyawaku.Apalagi kemarin saat kami selesai makan malam tanpa ada Marquis dia hampir melemparkan pisaunya padaku namun meleset dan justru mengenai pelayan yang berdiri di belakangku. Aku sungguh tidak tahu apa motivasi pria itu hidup."Mario, aku akan pergi keluar. Tolong sampaikan pada Ayah, aku akan pulang sebelum makan malam bersama Tuan Duke.""Baik, Nona."Hari ini aku pergi bersama Tuan Bellsac mengingat kejadian terakhir kali aku keluar, Marquis memerintahkannya untuk mengawalku. Tapi aku tetap tidak faham, jika dia khawatir setelah aku di ancam oleh Duke. Kenapa dia malah meminta orang itu menjadi pasanganku? Aku ingin bertanya pada Tuan Bellsac tapi dia pasti tidak akan menjawab."Dia pasti kesal mengawalku," gumamku melihatnya menunggangi kuda dan mengawal kereta kudaku.Setelah beberapa saat aku tiba di tempat pengrajin kayu, mereka sudah mengirimkan contohnya kemarin dan kurasa itu sudah cukup bagus. Aku ingin menjadikan lilin itu sebagai hadiah untuk para tamu, kuharap mereka senang menerimanya."Tuan Bellsac anda bisa menunggu disini.""Tidak, Nona," jawabnya dengan tegas, kurasa dia menyadari juga tatapan orang-orang disini walaupun tidak separah sebelumnya. "Akan lebih aman jika saya bersama Anda."Sejak kapan dia peduli padaku?Tapi sudahlah aku harus menemui pemilik tempat ini. Saat menaiki tangga aku mendengar sayup-sayup orang berbicara."Bagaimana Marquis bisa memungut anak itu saat putrinya sedang sakit?""Iya, apa dia pikir kita tidak menyadarinya? Secara fisik mereka memang sama tapi lihat saja kelakuannya.""Ya, aku lebih suka dengan Nona Yvone."Putri marquis sedang sakit? Dari mana mereka mendengar rumor seperti itu, jelas-jelas putri marquis yang asli sudah mati. Dia bahkan membawaku sendiri ke tempat pemakaman terakhir putrinya yang ada di kuburan khusus keluarga. Mereka pasti belum tahu yang sebenarnya, kasihan sekali.Tok ... tok ..."Silahkan masuk, Nona!" sambut sang pemilik sembari membuka lebar pintu.Kali ini dia benar-benar tersenyum dan menyambutku bahkan memberiku segelas teh hangat. "Sekarang anda membawa pengawal yang bagus, Nona," ujarnya begitu dia duduk."Ya, Tuan Marquis yang meminta secara langsung, abaikan saja. Jadi bagaimana?" ujarku sembari menyesap teh dengan aroma melati yang khas.Dia terkekeh. "Saya sudah mengirimkan sampelnya pada Anda dan sisanya akan di buat jika Anda menyukainya.""Ya, aku sudah menerimanya dan aku ingin kau membuatnya dalam jumlah yang besar lalu aku ingin membuat kesepakatan denganmu.""Kesepakatan?" tanyanya dengan mengangkat sebelah alis.Tentu saja karena ini adalah produk baru yang kutemukan, aku ingin membuatnya ada di bawah kendaliku dan aku yakin dengan bantuan pria di hadapanku ini semuanya akan berjalan dengan lancar. Kami menghabiskan banyak waktu untuk pembahasan bisnis satu ini dan dia bilang akan menyelesaikan pesananku sebelum pesta kedewasaanku di mulai."Ya, saya setuju dan akan segera membuat kontraknya. Lalu, anda bisa memanggilku Alfonso," ujar sang pemilik begitu kami selesai membuat kesepakatan. "Karena kita sekarang adalah rekan kerja.""Baiklah. Alfonso, kalau begitu aku akan kembali. Terima kasih untuk tehnya.""Senang berbisnis dengan Anda," ujarnya dengan wajah senang. Aku sangat yakin untuk hal ini karena setelah Pesta kedewasaan Marquis akan menyerahkan setengah dari tambang batu bara untukku. Tapi ada sesuatu yang mengangaguku."Nona? Anda baik-baik saja?" tanya Tuan Bellsac saat kami baru saja keluar."Ya, Tuan apa anda bisa rahasiakan hal ini dari Marquis?" tanyaku, entah kenapa aku merasa tidak yakin untuk membicarakan bisnis ini dengan Marquis. Pernyataan yang kudengar tadi terus terngiang di otakku."Baiklah," ujarnya yang kemudian mengalihkan pandangannya dariku. Aku yakin kalau Tuan Bellsac tidak akan menceritakan rahasia ini.Aku harus mencari tahunya, ada yang tidak beres disini. Saat kembali ke kediaman marquis di sana sudah sangat ramai dan dari kejauhan aku bisa melihat kereta kuda milik Duke Arcelio. Apa yang membuat pria itu begitu rajin?Syukurlah saat mengecek persiapan pesta bersama Mario, aku tidak bertemu dengan pria itu bahkan sampai hampir petang kami tidak berpapasan. Sekarang aku harus mengirim surat untuk Alfonso, ada sesuatu yang kuingin dia cari tahu."Mario? Bisa panggilkan Andre kemari?"Dia mengerutkan dahi.Aku tidak bisa membiarkan Mario tahu isi surat ini dan di kediaman ini satu-satunya orang yang menerimaku apa adanya hanyalah Andre dan Marquis. Tapi, apa benar begitu?"Aku ingin tahu keadaan Lily, beberapa hari ini aku tidak bertemu dengan kudaku. Padahal Andre bilang kuda itu tidak mau makan tanpa ada aku," jelasku membuat alasan yang untung saja dia langsung faham."Baiklah."Hari pesta kedewasaan.Aku merasa sangat gugup apalagi hari ini Marquis akan mengumumkan secara resmi dan rasa gelisahku semakin menjadi karena Alfonso tidak langsung menjawab dan malah bilang akan datang dan memberitahu sendiri padaku.Dasar pria licik."Ayah, aku sangat gugup," ujarku pada Marquis.Sekarang kami sudah ada di depan pintu masuk ruang pesta dan menunggu kedatangan Duke Arcelio. Kuharap dia tidak usah datang saja. Padahal aku sudah sangat gugup sampai rasanya isi perutku akan keluar."Maaf saya datang terlambat," ujar seseorang dengan santainya menghampiri kami."Ya, padahal aku berharap kau tidak datang," gumamku."Tidak apa-apa, sekarang kita bisa memulai acaranya karena kedua tokoh utama sudah datang," ujar Marquis menyambut Duke Arcelio dengan wajah senang sedangkan orang yang bersangkutan hanya membuat wajah datar."Yang Mulia duke arcelio, Tuan Marquis magrita dan Nona Cecilia Magrita memasuki ruangan!" seru si penjaga yang secara otomatis membuat semua tamu langsung melihat kearah kami. Dari sini aku bisa mendengar keributan yang terjadi saat mereka melihatku menggandeng Duke Arcelio. Tanpa sadar aku memeluk erat lengan Duke Arcelio yang membuat pria itu tersenyum sinis dan berbisik padaku."Apa kau mengaggap lenganku ini guling yang bisa seenaknya saja kau remas?" bisiknya.Ugh, aku bisa merasakan hawa ingin membunuh darinya. Sebenarnya apa alasan pria ini mau menjadi pendampingku tapi dia selalu ingin membunuhku setiap kali kami bertemu. Tidak masuk akal, apa semua bangsawan memiliki pikiran yang aneh seperti ini."Sebelumnya saya sangat berterima kasih kepada semua orang yang sudah menyisihkan waktunya untuk menghadiri pesta malam ini. Saya merasa terhormat dengan kedatangan anda sekalian. Di hari yang cerah ini saya sangat senang menyambut hari kedewasaan putri angkat saya Cecilia."Dia memberiku isyarat untuk maju dan berdiri di sampingnya sebelum melanjutkan sambutan."Saya sangat berterima kasih atas kehadiran Cecilia yang sudah menghidupkan kembali suasana di kediaman ini dan hari ini saya mengumumkan bahwa Cecilia akan secara resmi menjadi anggota keluarga Magrita."Mereka kembali menjadi ramai. Pasti itu mengejutkan karena di Avalon, jika seorang anak angkat menjadi anak resmi suatu keluarga maka itu artinya kekuasan juga bisa jatuh ke atas anak angkat itu jika dalam keluarga tidak memiliki anak kandung atau keturunan murni."Dan ada satu lagi kabar bahagia yang akan saya sampaikan disini."Tunggu? Kabar apalagi yang ingin Marquis sampaikan? Semuanya 'kan sudah di sampaikan. Tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak."Hari ini saya akan mengumumkan pertunangan putri saya Cecilia Magrita dengan Yang mulia Duke Arcelio."Deg!"Ayah apa maksudnya? Aku bertunangan dengan Tuan Revanov?" Sepertinya bukan hanya aku tapi Revanov pun juga terkejut ketika pertunangan kami di umumkan. Saat kulirik wajahnya terlihat menahan marah. Apa dia benar-benar tidak tahu tentang pertunangan ini? "Ayah akan jelaskan nanti," bisik Marquis padaku. Banyak sekali orang yang memberiku ucapan selamat. Namun tidak satupun dari mereka yang berani berbicara langsung dengan Revanov apalagi dengan wajahnya yang seperti ingin melahap orang hidup-hidup. Bisakah aku hidup dengan orang seperti ini? Membayangkannya saja membuatku merinding. Setelah beberapa saat akhirnya aku bisa keluar dari ruang pesta dengan Revanov, pria itupun sedari tadi hanya diam. Aku jadi penasaran dengan apa yang sedang dia pikirkan. "Apa kau berencana untuk membunuhku?" Aku memberanikan diri untuk mulai berbicara. Kami duduk di tepi air mancur yang ada di taman, ini lebih baik daripada harus menjawab satu persatu pertanyaan para bangsawan di dalam sana. "Kena
Revanov benar-benar membuat keributan dengan ulahnya. Padahal tadi dia terlihat tidak menyukai pertunangan kami, lalu kenapa dia melakukan hal bodoh di depan orang banyak seperti ini. Apa pria juga mengalami perubahan mood yang cepat seperti wanita?Rasanya aku sangat ingin membedah otak gilanya itu."Apa kau melihatnya juga?""Dia benar-benar Duke yang haus darah itu?""Astaga mereka nampak sangat serasi."Dan banyak lagi suara berisik yang mereka buat. Apanya yang serasi? Mereka belum tahu saja bagaimana perlakuan pria ini terhadapanku. Rasanya seperti terombang ambing di lautan kematian. Aku meliriknya yang masih berdiam diri di hadapanku seolah tidak terganggu dengan suara-suara bising itu. "Aku lupa kalau dia tidak normal," gumamku, kali ini gantian aku yang menarik tangannya. "Ikut aku!"Sekuat tenaga aku menariknya dari tengah pesta dan membawanya ke teras. Disini hanya ada sedikit orang yang akan melihat kami. Angin malam yang menerpa membuat rambutku berantakan, aku ingin me
Aku bersyukur kali ini pesta berjalan dengan lancar dan Revanov tidak membuat kekacauan apapun di pesta seperti yang biasa dia lakukan pada pesta-pesta yang lain. Hari ini terasa begitu panjang, aku merebahkan diri di atas ranjang dan menatap langit-langit kamar yang dihiasi dengan berbagai ukiran indah. "Baguslah mereka menerima hadiah itu dengan baik. Sekarang aku hanya perlu menunggu penjelasan dari Marquis, kira-kira apa yang akan dia katakan?" Kumeraih pisau buah yang ada di atas nakas dan menyembunyikannya di balik gaun sebelum beranjak dari tempat tidur menuju depan cermin. Pantulan wajahku di dalamnya benar-benar sangat jelas karena bulan purnama, bahkan bayangan dari dedaunan di luar juga terlihat. Kupikir wajah ini membawa keberuntungan tapi rupanya malah membawaku pada petaka. "Wajah yang cantik, apa aku harus membuat luka pada wajah ini?" gumamku sembari mengelus pantulan diriku sendiri yang ada di dalam cermin. Lalu detik berikutnya bayangan seseorang ikut terpantul
Ketika aku bangun Revanov sudah tidak ada di kamarku begitu pula jasad pembunuh bayaran itu. Semalam aku pasti sudah ikutan gila, bagaimana bisa kami tidur bersama?! "Permisi Nona," ujar seorang pelayan yang baru saja masuk membawa sarapanku dan air untuk mencuci muka. "Letakkan saja disana. Kau boleh pergi sekarang." "Baik." Perlahan aku beranjak dari ranjang dan membasuh wajahku sendiri yang kini terpantul dalam air di baskom. Aku tidak pernah berfikir bahwa akan ada seseorang yang menyewa pembunuh bayaran seperti semalam. Mereka tidak mungkin utusan dari Marquis. "Haah, siapa lagi yang mencari gara-gara denganku sekarang." Hari ini aku akan menerima surat penyerahan tambang batu bara dari Marquis sekaligus penjelasan tentang pertunangan mendadak yang dia umumkan semalam. Ruang kerjanya nampak sepi tanpa ada Mario ataupun Sillia. "Kau sedang mencari siapa Putriku?" tanya Marquis yang baru saja selesai menandatangani berkasnya. "Dimana Mario dan Sillia?" "Oh, mereka kuberi t
"Kyaaaa!""Nona! Apa yang terjadi?!"Para pelayan dan penjaga berbondong-bondong masuk ke dalam kamarku setelah mendengarku berteriak. Beberapa dari mereka langsung membungkus tubuhku dengan selimut dan sebagian lainnya menutup mulut karena mual melihat mayat seseorang tergeletak di lantai kamarku dengan tubuh yang penuh darah."Danis?""Itu Danis! Ba-bagaimana bisa?"Dalam sekejap keributan menjadi lebih parah, mereka membawaku keluar kamar dan kami berpapasan dengan Marquis yang sepertinya langsung mendapatkan laporan. Wajahnya terlihat sangat marah lalu detik berikutnya berubah khawatir saat melihat tubuhku bergetar."Putriku, kau baik-baik saja?" tanyanya dengan memeluk erat tubuhku. "Kau pasti sangat terkejut.""A-ayah, danis ... dia ..." Aku menelan ludah jika mengingat mayat yang ada di dalam."Tidak apa-apa, aku yang akan mengurusnya," ujar Marquis menenangkanku. Dia berbalik untuk memerintahkan beberapa penjaga. "Bawa Putriku ke ruangan yang lain.""Baik, Tuan."Mereka membaw
Beberapa saat sebelum kematian Danis.Saat itu Danis sedang membantu untuk mempersiapkan pertemuan resmi pertamaku dengan Revanov setelah pesta kedewasaan. Yah, meskipun pertemuan kali ini hanya akal-akalan yangkubuat bersama Revanov untuk menipunya."Anda terlihat sangat cantik hari ini Nona, Yang mulia Duke pasti akan menyukai anda," ujar Danis dengan tangan yang masih sibuk menata rambutku. "Benarkah? Tapi, aku tidak ingin menikah dengannya, Danis." Wajah lesuku terpantul jelas di dalam cermin hingga membuatnya Danis yang awalnya ceria jadi memasang wajah bingung, aku memang tidak ingin menikah dengan Revanov kalau bukan karena ingin memanfaatkannya. Kupegang tangannya dengan lembut dan mendongak untuk melihat wajahnya. "Apa kau tahu cara untuk memutuskan pertunangan ini?" Dia terperanjat. "Itu tidak mungkin Nona." "Kenapa, Danis? Apa kalian tega memberikanku kepada Duke gila seperti dia?" Danis menurunkan melepaskan genggaman tanganku dengan pelan dan berbalik untuk mengambi
Entah bagaimana ucapan Revanov masih terngiang di pikiranku, sampai aku tidak bisa fokus dengan apa yang di sampaikan Countess Afrina sekarang. Apa sih yang dia maksud dengan berkata seperti itu. Padahal kami sudah memperjelas hubungan ini untuk saling menguntungkan saja, apa dia pikir aku akan menghianatinya jika kami bercerai? "Nona, apa yang sedang Anda pikirkan?" tanya Countess yang membawaku kembali pada kenyataan. "Ah, maafkan saya Countess. Kepala saya terasa pusing, apa kita bisa tunda kelasnya dulu?" Dia meletakkan bukunya dan menghampiriku, di tepuknya pundakku satu kali seolah memberikan semangat. "Anda pasti sangat terkejut, saya tidak menyangka Danis akan melakukan hal seperti itu. Apa anda mau kelasnya kita liburkan dulu?" ucapnya setengah berbisik. Dari luar ruangan juga terdengar suara para pelayan yang sedang membicarakan kejadian Danis dan rencana pembunuhan yang dilakukannya kepadaku. Sungguh, sebenarnya aku tidak menyangka kalau setelah kejadian itu akan ada ba
Sore hari saat di rumah pengrajin.Ketika tiba disana orang-orang menyambutku dengan sangat senang bahkan mereka yang dulu melihat buruk padaku sekarang pandangannya mulai melunak terutama Fleur."Selamat datang, Nona," sambutnya dengan wajah ceria. Kulihat dia menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya dan nampak malu akan sesuatu."Terima kasih Tuan. Apa ada yang ingin anda sampaikan?" tanyaku begitu melepas tudung yang kugunakan untuk menutup wajah.Aku pergi kesini diam-diam setelah berhasil lepas dari pengawasan Marquis dan Revanov. Mereka masih sibuk membicarakan tentang pernikahan, apalagi Revanov dia terlihat sangat bersemangat."Itu ... saya ingin meminta maaf karena sudah bersikap buruk pada Anda sebelumnya.""Ah, tidak apa-apa. Aku juga sudah melupakannya."Wajahnya menjadi semakin sumringah dia hampir saja memelukku karena reflek jika tidak di tahan oleh Alfonso yang sudah berdiri di belakangnya."Kembali bekerja Fleur, ada banyak pesanan yang menantimu. Maaf membuatmu menu