Pagi ini Marquis memanggilku ke ruang kerjanya untuk membereskan masalah kematian Danis. Dia memberiku beberapa berkas tentang penggelapan dana yang terjadi di penginapan."Aku tidak menyangka anak itu akan menusukku dari belakang," ucap Marquis padaku."Saya juga Ayah. Tapi apa yang akan ayah lakukan pada kedua orang tuanya?""Mario dan Sillia tidak akan di hukum berat karena itu murni perbuatan anaknya, mereka akan memberikan kompensasi pada kita."Marquis memegangi kepalanya dan memijat pelan, itu adalah kebiasaan yang dia lakukan ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. "Lalu, apa ayah sudah menemukan pembunuh itu?" Dia menggeleng pelan. "Masih belum ada petunjuk lagi, aku sudah bekerja sama dengan Duke Arcelio untuk mencarinya, mungkin saja setelah ini akan ketahuan siapa pelakunya.""Tuan Duke pasti kesulitan karenaku. Kalau saja aku bisa membela diri, kalian tidak akan perlu sampai seperti ini.""Meskipun kau bisa bela diri, kejadian seperti ini harus terus di seli
Marquis terlihat kebingungan dengan permintaan Alfonso. Tentu saja menyerahkan tanggung jawab proyek ini padaku akan membuatnya kesulitan memanipulasi data dan berkas seperti yang biasa dia lakukan pada bisnisnya yang lain.Aku juga baru tahu tentang kelicikan Marquis setelah menerima berkas salinan pemberian Sillia semalam. Dia melakukan tugasnya dengan sangat baik selama empat hari ini."Apa ayah masih belum bisa percaya padaku?""Bukan seperti itu Putriku, karena kau baru saja masuk ke dunia bisnis mungkin ini akan sedikit sulit.""Aku 'kan bisa belajar dari Ayah dan juga ada Countess Afrina yang bisa membantuku. Aku juga ingin membantu temanku Ayah, rasanya pasti menyenangkan jika bekerja dengan orang yang kita kenal dekat."Mendengar permintaanku Marquis terlihat berfikir sejenak sebelum memberikan jawabannya. "Haaah. Baiklah, jika kau kesulitan tanyakan saja padaku.""Terima kasih Ayah!"Akhirnya kesepakatan berhasil di buat dan kulihat Marquis dengan setengah hati menuliskan n
Angin malam menerpa wajahku dengan lembut begitu aku berhasil menyelinap keluar. Seperti yang dijanjikan oleh Revanov, dia akan menungguku di bukit belakang.Perlahan kukeluarkan Lily dari kandangnya dan menunggangi kudaku melewati hutan yang gelap. Beruntung cahaya bulan sedikit menerangi jalanku.Kuhentikan kudaku saat bayangan hitam keluar dari balik pohon besar. "Kenapa lama sekali?" tanya Revanov begitu melihatku."Karena Marquis sudah meningkatkan keamanan jadi sedikit sulit untukku keluar. Sekarang tunjukkan jalannya.""Kau tidak sabaran sekali ya.""Apa kau baru tahu?" "Baiklah, ikuti aku!"Perlahan kami bergerak kembali memasuki hutan, suara binatang-binatang malam mulai terdengar hingga membuat aku merinding. Sembari mengikuti Revanov tanganku meraba-raba saku tempatku menyimpan belati pemberian Countess Afrina.Dia membawaku ke tempat yang sepi, bukannya aku ingin berfikiran negatif tentangnya tapi ini hanya untuk jaga-jaga saja."Kenapa kau malam membawaku ke tempat sepe
Pertemuan dengan Grisa memberiku semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini kupendam. Grisa menggengam kedua tanganku dengan erat dan menatap lurus padaku sebelum kami berpisah. "Aku akan kembali ke ibukota, mampirlah dengan suamimu jika kau sudah disana dan tolong jangan memaksakan diri," ucapnya. Dia terlihat mengkhawatirkanku tapi apa sekarang aku harus peduli? Pada akhirnya aku hanya memberikan senyuman sebagai jawaban. "Apa kalian sudah selesai? Kita harus segera kembali," seru Revanov dari luar. "Aku harus segera kembali, sekali lagi terima kasih Grisa." Dia memelukku untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya aku keluar dan menemui Revanov. Pria itu masih bersandar pada pohon tempat kami mengikat kuda. Dia melipat kedua tangannya di dada dan melirikku begitu menyadari pintu terbuka. "Sudah selesai?" tanyanya. "Ya, ayo kita kembali." "Kau punya masalalu yang menarik." Dia melepaskan tali yang terikat dan membawa kedua kuda itu di hadapanku. Malam semakin laru
Beruntung keluarga kerajaan yang datang adalah pangeran Bian bukannya putri Amelia. Setidaknya aku bisa bernafas lega dan sekarang tubuhku sudah lebih baik setelah beristirahat."Apa ada surat lain yang datang padaku, Hilda?" tanyaku pada pelayan pribadiku yang baru.Dia berhenti dari kegiatannya membersihkan kamarku lalu menggelengkan kepala. "Tidak ada Nona. Tapi tadi pagi ada seorang pelayan pria yang mencari Anda. Siapa ya namanya....""Andre?" tanyaku mencoba menebak karena dia sepertinya masih kesulitan untuk mengingat semua orang yang ada di kediaman ini."Ah! Benar, dia bilang ada yang ingin di sampaikan pada Anda.""Bisa panggilkan dia sekarang?""Baik Nona."Jika itu Andre, berarti ada surat yang datang dari Alfonso, karena aku menugaskannya untuk menjadi perantara surat menyuratku dengan pria itu.Kulihat dari balik jendela kereta kuda kerajaan perlahan pergi meninggalkan rumah ini. Padahal aku juga ingin segera pergi dari tempat ini tapi jika pergi begitu saja, rasanya ada
"Gunakan otakmu itu jika kau tidak ingin mati," ucap Pria yang sedang menolongku -pada pria cabul tadi-.Kini dia berbalik dan bertanya padaku dengan suara yang lebih rendah. "Apa Anda baik-baik saja?" "Sa-saya baik-baik saja, terima kasih."Akhirnya pria cabul tadi di urus oleh penjaga yang bertugas. Sepertinya dia tidak akan bisa datang lagi ke tempat ini. Karena tidak berhasil menemukan Alfonso aku menghabiskan waktuku disana di temani pria yang menolongku tadi. Dia memperkenalkan diri sebagai Lio."Jadi, Anda tidak bisa menemukan teman itu?" tanyanya."Belum, sepertinya dia terlambat datang."Saat ini kami sedang duduk dan mengobrol di bar yang memang di sediakan di dalam ruang perjudian yang luas ini. Dari bar aku bisa melihat berbagai macam permainan untuk judi dan orang-orang yang mengelilinginya. Mereka nampak antusias dalam bermain dan menertawakan yang kalah."Kenapa Anda datang ke tempat ini sendirian?" tanya Lio yang menarik perhatianku kembali padanya."Karena ada urusan
Beberapa menit setelah Alfonso dan Andre pergi, Marquis akhirnya siuman. Dia mengerjapkan matanya sebelum akhirnya benar-benar terbangun. Dahinya mengernyit saat melihatku sedang duduk disamping ranjangnya."Ayah? Anda sudah sadar?" tanyaku.Dia tidak langsung menjawab melainkan memastikan bahwa yang dilihat ini adalah nyata."Putriku? Kenapa kau ada disini?" tanyanya dengan setengah sadar."Tadi ayah pingsan jadi aku meminta bantuan penjaga untuk membawa ayah ke kamar. Kenapa Ayah bisa pingsan disana? Bukankah harusnya anda pergi ke istana?"Dia memberiku isyarat untuk membantunya duduk, satu tangannya mengelus tengkuk leher yang mungkin masih sakit karena pukulan dari Alfonso membekas disana."Aku kembali untuk membawa ber ...kas?! Cecil apa kau melihat berkas yang kubawa?!" Marquis yang tadinya setengah terbangun akhirnya benar-benar membuka mata saat menyadari berkas miliknya tidak ada. Dia menoleh ke kanan dan kekiri dengan sangat cepat untuk meneliti sekitarnya.Kugenggam tanga
"Maafkan saya terlambat memperkenalkan diri, saya Cecilia Magrita. Putri angkat dari Marquis Magrita.""Nona Eva, apa Anda mau menyisihkan waktu sebentar untuk saya?" Ugh! Apa dia baru saja mengabaikan ku? Kulihat gadis-gadis di sekitarku terdiam melihat pengabaian yang dilakukan oleh putri Amelia.Eva tidak langsung menjawab pertanyaannya dan justru melirik ke arahku dengan tatapan iba yang justru membuatku semakin merasa di permalukan.Kuhela nafas panjang untuk mengatur emosiku. Tidak ada hal baik yang akan datang jika aku memarahi wanita ini sekarang, lebih baik kunikmati saja makanan disini."Nona Cecil, Anda baik-baik saja?" tanya si kembali Mielle dan Minnie hampir bersamaan."Jangan masukkan itu dalam hati, Putri memang orang yang seperti itu," lanjut Minnie setelah melihat Eva pergi menemani Putri."Aku baik-baik saja," jawabku.Aku tahu kalau dia membenciku. Putri Amelia adalah kandidat kedua untuk suksesi tahta, sekarang dia sedang mengumpulkan kekuatannya untuk melawan Pa