"Kami sudah menemukan istri Anda, Tuan. Dia baru saja keluar dari Phoenix Sky Harbor!"
"Bawa dia ke tempat itu, sekarang!" perintah Kenneth geram.
Panggilan terputus, Kenneth bergegas meninggalkan kantor padahal satu jam lagi dia harus memimpin rapat. Rahangnya mengeras dengan sorot mata tajam. Menggeram, Kenneth mengepal tangannya sebelum mengemudi.
"Aku akan bunuh kau secara perlahan, sialan!" umpat Kenneth semakin tidak sabar ingin bertemu dengan mantan istri yang dulunya dia banggakan.
Kenneth Wilson adalah seorang CEO dari perusahaan besar di Phoenix. Dia terkenal dengan sifatnya yang dingin serta kejam tidak pandang bulu terhadap siapapun. Bibirnya tidak pernah mengukir senyum sejak tujuh tahun lalu ketika dia secara tidak sengaja memergoki istrinya dengan lelaki lain di sebuah hotel mewah.
Sekarang sudah saatnya meluapkan amarah yang terpendam selama tujuh tahun terakhir. Tidak peduli jika saja wanita itu bersujud memohon ampun, Kenneth akan tetap menghabisinya. Entah dengan cara apa, dendam yang selama ini membuncah harus terlampiaskan.
Tidak lama, pintu terbuka lebar dan muncullah Kenneth tanpa senyuman, rahangnya mengetat sempurna dengan sorot mata tajam serupa elang yang siap menerkam mangsanya.
"Akhirnya aku menemukanmu, wanita murahan!" Suara Kenneth keluar di antara gigi yang mengatup.
"Hai, Ken!" Wanita itu tersenyum menatap Kenneth setelah beberapa saat sebelumnya merasa putus asa.
Tiba-tiba amarah Kenneth lenyap begitu mendengar suara lembut milik wanita itu. Kenangan manis bersama Chloe menancap kuat dalam ingatan yang membuat Kenneth ingin mengulangnya kembali.
"Aku merindukanmu, Ken!" bisik wanita itu tepat di telinga kanan Kenneth Wilson.
Kejadian yang sama, tetapi sepertinya kenangan itu tidak akan terulang sepenuhnya. Di satu sisi, tangan Kenneth ingin meraih pinggang ramping wanita yang bergelut manja di sampingnya, tetapi di sisi lain ada dendam yang harus dibalaskan.
Wanita itu tertawa kecil melihat reaksi Kenneth yang hanya terpaku di tempat. Tangannya bergerilya di dada bidang milik Kenneth mengarah ke atas sehingga menyentuh bibir tipis lelaki itu.
"Aku bisa merasakan jantungmu berdegup tidak normal, Ken. Apa kau tidak mau jujur kalau sedang merindukanku?" bisik 'Chloe'.
"Kau bicara apa, Chloe?" Akhirnya Kenneth kembali membuka suara walau terdengar gugup.
Kenneth menelan saliva, memejamkan mata berusaha menepis kenangan yang terus membayangi pandangannya. Lelaki dingin itu tidak bisa mengelak, hatinya sedikit lega telah berada di dekat wanita yang menjadi cinta pertamanya.
"Sayang, aku tahu kau masih mencintaiku. Iya, 'kan?"
Pertanyaan 'Chloe' baru saja berhasil memancing amarah Kenneth. Dia sadar kalau wanita itu tidak hanya meninggalkan kenangan manis. Perselingkuhan tersebut tidak mudah dimaafkan hanya dengan bisikan cinta dari Jalang itu.
Rahang Kenneth kembali mengetat, matanya merah dengan kedua tangan terkepal kuat. Dia tidak boleh kalah oleh perasaannya, lelaki itu harus bisa menghukum Chloe sesuai janjinya selama ini.
"Aku akan memberimu hadiah, Chloe. Kau tahu itu, 'kan?" Kenneth berusaha tersenyum manis menatap wanita yang masih setia berdiri di sisinya.
"Sungguh?"
Namun, sampai sekarang Kenneth tidak tahu harus menghukum mantan istrinya seperti apa. Meski benci, Kenneth sebenarnya masih ada rasa cinta. Lelaki itu kesal, dia ingin menjambak rambut sendiri, tetapi takut ekspresi itu bisa dibaca oleh Chloe.
Chloe wanita yang bertabiat seperti iblis, tentu akan sangat mudah menertawakan Kenneth kalau saja dia kembali ke Phoenix dengan sebuah rencana busuk lagi. Menggeram, Kenneth hendak meninggalkan Chloe untuk menenangkan pikiran.
"Apa apa, Ken? Kenapa kau ingin pergi?" Pertanyaan 'Chloe' menghentikan langkah Kenneth.
Lelaki itu memutar badan, mendorong 'Chloe' hingga tersungkur ke belakang. Sudah cukup, dia tidak boleh larut dalam perasaan. Cinta harus ditepikan demi membalas sebuah dendam.
Tiada maaf baginya atau Chloe akan kembali melakukan kesalahan yang sama. Jika mengalah dan menerimanya kembali, tentu akan membuat Kenneth dicap sebagai lelaki paling bodoh. Kini, tidak ada cinta!
"Kau! Apa yang kau lakukan, Ken?!" teriak 'Chloe' setelah berhasil berdiri.
Kenneth mendekat dengan seringai menakutkan. "Aku tidak akan melepasmu, Chloe. Kau harus selalu ada di dekatku sampai maut menjemputmu!"
Sekalipun kalimat Kenneth terdengar romantis bagai sepasang kekasih yang menginginkan hidup bersama hingga menua, tetapi nada suaranya berhasil membuat wanita itu menganga ketakutan. Kenneth tersenyum miring, rupanya Chloe benar-benar sudah berubah.
Jika dulu dia tidak takut dengan siapapun, maka sekarang hanya dengan kalimat sindiran sudah berhasil menghilangkan rasa percaya dirinya. Kenneth mendekat, dia menekan dagu 'Chloe' kuat, lalu kembali mendorongnya.
"Ken?" 'Chloe' mencoba meraih lengan Kenneth, tetapi tidak berhasil.
"Aku mau memberimu hadiah atas pengkhianatan di masa lalu!" sentak Kenneth mengikis jarak.
Lelaki itu tersenyum angkuh begitu melihat reaksi mantan istrinya yang ketakutan. Wajahnya begitu menyedihkan, membangkitkan hasrat Kenneth untuk segera menghabisinya.
"Pe-pengkhianatan? Apa yang kau bicarakan, Ken?"
Kenneth mengembus napas kasar melihat drama yang sedang dimainkan 'Chloe'. Kenapa dia bertanya demikian? Apakah untuk mengelabui orang lain bahwa dirinya mendadak lupa ingatan?
Sekali lagi Kenneth mendekat sembari melepaskan ikat pinggangnya, kemudian mencambuk paha wanita itu dengan sekuat tenaga sampai ada bekas merah di sana. 'Chloe' meringis kesakitan, memohon ampun pada Kenneth.
"Kau pikir satu cambukan cukup untuk meluapkan amarahku, Chloe? Tidak, seribu kali sabetan pun tidak akan membuatku puas." Kenneth berkata demikian, tetapi hatinya menolak untuk menghukum Chloe.
"Kenapa kau semarah ini?" Wanita itu meringis menahan perih.
Sementara Kenneth, hati dan pikirannya masih sibuk bergelut. Dia benci perasaan cinta yang tiba-tiba membuncah itu. Padahal sejak ditinggalkan, Kenneth bersumpah pada semua orang bahwa ketika dia berhasil menemukan Chloe, maka dia tidak akan membiarkan wanita iblis itu hidup bahagia.
Tidak cukupkah kesalahan Chloe untuk mendapat hukuman? Kenapa cintanya selalu berusaha melawan ego? Kenneth merasa kesal untuk yang ke sekian kalinya sehingga memberi cambukan kedua di betis kiri wanita itu.
"Hentikan! Tolong, hentikan!" pinta 'Chloe'.
Dia meraung kesakitan, kini air matanya tidak mampu dia bendung. Namun, dia berusaha untuk tetap berdiri begitu melihat kemarahan di wajah Kenneth. Dadanya naik turun karena sudah geram dengan lelaki yang baru saja menyakitinya.
"Kenapa kau mencambukku? Kalau kau sedang marah, jangan melampiaskannya padaku!" teriak wanita itu lantang.
"Kau benar-benar sudah gila, Chloe!"
Sebuah tamparan langsung mendarat di wajah cantiknya hingga wanita itu kembali tersungkur ke belakang. Bibirnya bergetar menahan tangis, Kenneth jadi sedikit bingung melihatnya.
"Kenapa kau jadi marah, Ken? Apa kau tidak mengingat bagaimana selama ini kita membangun cinta? Aku kembali karena berpikir kau merindukanku, ternyata aku salah!"
Tangan kekar Kenneth mencengkeram rahang 'Chloe' begitu kuat. "Tentu saja kau salah. Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu setelah melakukan banyak kesalahan?"
"Kau bicara apa, Ken?""Apa kau tidak ingat dengan pengkhianatan yang sudah kau lakukan? Kau selingkuh, mencuri bahkan membuat perusahaanku bangkrut. Setelah itu kau pergi dan melupakan itu semua?" Kenneth tersenyum miris.Sebenarnya dia ingin menghabisi 'Chloe' sekarang, tetapi kemudian berpikir untuk membuatnya merasakan hidup dalam neraka. Terlalu mudah dan cepat kalau wanita itu harus kehilangan nyawa sekarang. Kenneth berpikir ingin menyiksanya seumur hidup sampai luka di hatinya berangsur pulih."K-ken, lepaskan aku! Aku tidak bersalah!" pinta wanita itu dengan suara lirih. Kenneth berdecih melihat bibir mantan istrinya yang gemetaran. Chloe pasti benar-benar takut sekarang."Melepasmu setelah berhasil kutemukan?" Kenneth mendorongnya kasar. "Apa kau pikir aku bisa kau bodohi lagi, Chloe? Tidak, itu tidak akan pernah terjadi."Kenneth muak. Dia merasa aneh melihat sikap 'Chloe' yang mulanya bahagia penuh percaya diri, lalu ketakutan. Hal ini membuat Kenneth berpikir bahwa mantan
"Aku memang ingin membunuhmu sejak lama, Chloe. Tepat ketika kau merintih di bawah tubuh lelaki lain, tetapi sepertinya aku harus membiarkanmu hidup dalam neraka sebelum ajalmu benar-benar tiba." Kenneth menggemakan tawa dalam kamar mandi bernuansa putih itu. Tangannya benar-benar tidak lelah mendorong kepala itu agar tenggelam semakin dalam. Tiba-tiba salah seorang pelayan masuk ke kamar itu. "Tuan, apakah sudah waktunya?" "Ya, bawa segera padaku!" perintah Kenneth menyudahi aktivitasnya. Detik ini dia membiarkan 'Chloe' mengambil napas. Lihatlah, bahkan wajah wanita itu sudah merah bagai seekor kepiting rebus. Dua orang pelayan ikut masuk ke kamar mandi itu dan menuangkan bongkahan es yang begitu besar ke dalam bath up. 'Chloe' memekik karena rasa dingin yang semakin menusuk. Bibirnya gemetar, sementara wajah cantiknya berubah pucat. "Apa yang kau lakukan? Kau sungguh ingin membunuhku?" "Kukira ingatanmu masih bagus, Chloe. Rupanya kau semakin bodoh setelah pisah dariku!" "Su
Setelah berucap demikian, Kenneth keluar ruangan, sedangkan wanita itu melakukan aktivitas yang sudah seharusnya atau akan disiksa lagi. Dia menitikkan air mata begitu mengingat kejadian sebelum dia menginjakkan kaki di Phoenix.Saat itu di Michigan, seorang wanita berpenampilan mewah melangkah cepat mendekati rumah kecil di ujung jalan di mana ada sosok wanita lugu di sana. Begitu sampai, dia langsung berteriak, "Claire, kau harus ikut denganku!""Chloe?"Wanita angkuh bernama Chloe adalah saudari kembar Claire Dakota. Mereka sudah lama berpisah karena sifat keras kepala wanita itu. Dia tidak mau hidup sederhana bersama ayahnya yang sudah sakit-sakitan sementara ibunya menikah lagi."Kau tidak perlu terkejut, sekarang ikut denganku!" geram Chloe menarik paksa lengan Claire.Mereka melangkah sedikit menjauh dan berhenti di tempat yang sepi. Wajah keduanya begitu mirip seolah manusia yang berdiri di depan cermin. Hal yang membuat mereka terlihat berbeda hanyalah polesan make up Claire
"Kau bicara apa, Ken? Tentu aku juga berhak menghukum wanita sialan ini!" sentak Elena."Tidak ada di antara kalian yang bisa menghukumku. Kenapa kau selalu menganggapku Chloe? Aku ini Claire!" teriak Claire berani.Ya, wanita malang itu sejak tadi menyebut nama asli sendiri karena tidak menyangka kalau ternyata Kenneth menyimpan dendam pada Chloe dan saudaranya tidak pernah memberitahu hal itu. Apalagi sekarang belum memiliki alasan kuat untuk bertahan selain keselamatan Jonathan.Bukannya percaya, Elena dan Keily tertawa keras. Mereka berdua menganggap Claire sedang bersandiwara agar tidak mendapat hukuman padahal dia memiliki banyak kesalahan sebelum pergi dari mansion itu.Sekalipun sudah tujuh tahun berlalu, tetapi tidak ada yang bisa melupakan bagaimana Chloe bersikap pada mereka. Dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan saja ikut berbisik membicarakan wanita itu."Diam!" bentak Kenneth.Lelaki dingin itu menarik lengan Claire menjauh dari sana. Sekalipun Elena adalah ibunya,
Claire terus melangkah mengikuti pelayan itu sampai di depan pintu bernuansa cokelat. "Silakan masuk, Nyonya. Aku harus melakukan pekerjaan lain!"Setelah wanita berpakaian pelayan itu pergi, tangan Claire meraih handle pintu dan membukanya lebar. Di sebuah kursi kebanggaan, Kenneth duduk dengan memberi tatapan dingin.Claire langsung masuk dan duduk di kursi depan Kenneth. Mereka beradu pandang dengan pikiran masing-masing. Sungguh, saat ini Claire begitu menyesali dirinya yang sudah sepakat bekerja sama dengan Chloe, padahal sudah sejak dulu wanita itu tahu kalau saudarinya begitu licik.Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang jika harus lari pun, Claire tidak akan bisa. Ke mana pun dia pergi, pasti dengan mudah Kenneth temukan. Wanita malang itu jadi bingung bagaimana cara membuat Kenneth jatuh cinta sementara dendam dalam hati lelaki itu masih terus menggelora."Aku ada pertanyaan dan kuminta kau menjawabnya dengan jujur!" Suara Kenneth memecah lamunan Claire."Pertanyaan apa?""Saat p
"Kenapa aku tidak boleh melarangmu?" Kenneth ikut melipat kedua tangan di depan dada lantas mendekati wanita yang masih dia anggap mantan istri. "Apa kau lupa, Chloe? Kau di sini untuk menerima hukuman, bukan sebagai nyonya. Paham?"Raut wajah Claire seketika berubah tegang. Wanita malang itu pastilah lupa alasan Kenneth membawanya ke mansion setelah berhasil ditemukan. Padahal gadis itu berharap kesalahan Chloe tidak lagi membayangi penghuni mansion.Nyatanya dia salah. Jika Kenneth saja masih belum cukup puas untuk menghukum Chloe, maka bagaimana dengan yang lain? Claire memejamkan mata, kini dia benar-benar sudah terjebak. Bahkan kalau saja dia mengelak seribu kali kalau dirinya bukan wanita iblis itu, maka semua orang tetap tidak akan percaya."Baiklah. Sekarang katakan, kenapa kau memanggilku ke sini?""Untuk memberimu tugas.""Bukankah tugasku sudah jelas, merawat Nicholas dan membersihkan kamar kalian serta taman?"Kenneth menggeleng dengan gerakan kaku, kedua matanya terpejam,
"Nicholas!"Sekalipun Claire berteriak, anak lelaki itu tetap tidak mau diam. Dia melempar benda apa saja yang bisa diraih oleh tangannya. Emosinya meluap, dia tidak bisa mengendalikan diri.Namun, bukan Claire namanya jika harus mengalah saat itu juga. Dia melepaskan Nicholas, kemudian berdiri sedikit menjauh. Gadis itu berpikir bagaimana cara mendekati Nicholas."Keluar dari sini!" teriak Nicholas frustrasi."Oh, Tuhan. Kenapa kau membuat Nicholas marah?" Tiba-tiba Elena datang ketika mendengar keributan tersebut.Dia sengaja memanas-manasi Nicholas dengan mengatakan kalau wanita yang berdiri di sampingnya adalah seorang ibu yang kejam di mana dirinya ditinggalkan demi lelaki lain. Anak itu pun menggeram, dia memberi tatapan dingin pada Claire.Sementara itu, Keily mendekati Claire. "Kau tidak akan bisa mengambil hati Nicholas. Ingat itu!""Kenapa aku tidak bisa mengambil hati putraku sendiri?" Claire duduk melengkungkan punggung seelegan mungkin di dekat Nicholas. Dengan dagu sedik
"Lantas kenapa kalau memang aku mengaku pada Nicholas? Hal itu tidak merugikanmu, bukan?"Rahang Kenneth mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Claire. Dia marah dan Claire sangat tahu itu karena sejak awal dia memang hanya diminta sebagai pengasuh yang artinya Nicholas tidak boleh tahu kalau wanita itu adalah ibunya."Kau tidak perlu mengaku pada Nicholas, dia tidak butuh ibu sepertimu." Kenneth mendengus marah lantas menarik tangan wanita itu agar menjauh dari kamar di mana Nicholas berada."Benarkah? Tetapi bagaimana ini, Nicholas begitu nyaman dalam pelukanku. Dia tahu aku ini ibunya, ibu yang terpaksa meninggalkannya." Kaki Claire gemetaran di bawah sana, tetapi itu sekarang tidak penting. Dia ingin kebahagiaan Nicholas terwujud. "Apa kau tidak menyadari bagaimana putramu merindukan kasih sayangku? Sadarlah, Ken!""Sebelum memikirkan tentang Nicholas, aku ingin bertanya." Sebelah tangan Kenneth mencengkram dagu milik Claire. Sorot matanya menatap penuh kebencian. "S