Claire terus melangkah mengikuti pelayan itu sampai di depan pintu bernuansa cokelat. "Silakan masuk, Nyonya. Aku harus melakukan pekerjaan lain!"
Setelah wanita berpakaian pelayan itu pergi, tangan Claire meraih handle pintu dan membukanya lebar. Di sebuah kursi kebanggaan, Kenneth duduk dengan memberi tatapan dingin.
Claire langsung masuk dan duduk di kursi depan Kenneth. Mereka beradu pandang dengan pikiran masing-masing. Sungguh, saat ini Claire begitu menyesali dirinya yang sudah sepakat bekerja sama dengan Chloe, padahal sudah sejak dulu wanita itu tahu kalau saudarinya begitu licik.
Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang jika harus lari pun, Claire tidak akan bisa. Ke mana pun dia pergi, pasti dengan mudah Kenneth temukan. Wanita malang itu jadi bingung bagaimana cara membuat Kenneth jatuh cinta sementara dendam dalam hati lelaki itu masih terus menggelora.
"Aku ada pertanyaan dan kuminta kau menjawabnya dengan jujur!" Suara Kenneth memecah lamunan Claire.
"Pertanyaan apa?"
"Saat pertama melihatmu, kenapa kau begitu genit dan yakin aku merindukanmu?"
"Karena aku melihat cinta di matamu, Ken!" Jawaban itu refleks Claire berikan.
"Kau membahas tentang cinta dan rindu, maka berarti kau mengakui dirimu adalah Chloe Dakota, tetapi kenapa setelah aku hukum kau malah menyebut namamu sebagai Claire hingga sekarang?"
Claire tersentak. Sungguh, kakinya sudah gemetaran di bawah sana. Selama ini di Michigan, dia hidup sebagai wanita lugu yang tidak mau terlibat dalam masalah besar. Dia memang memiliki beberapa teman, tetapi tidak pernah sibuk dengannya.
Dia benar-benar menghabiskan waktu merawat Jonathan dan sekarang harus menggantikan posisi Chloe yang terbiasa menghadapi masalah besar. Claire menarik napas panjang karena dadanya sudah terasa sesak.
"Apa kau mencoba menipuku, Chloe?" Kenneth berdiri. "Katakan, apa rencanamu kembali ke Phoenix setelah menghilang selama tujuh tahun?"
"Tidak. Aku tidak memiliki alasan kembali ke sini." Wanita itu menundukkan kepala karena takut menatap mata Kenneth yang semakin menusuk.
"Kau iblis dan aku tahu kau sedang bersandiwara, Chloe. Kau Chloe Dakota, tidak mungkin kembali tanpa alasan!"
Claire mengatup bibirnya rapat. Kedua tangan wanita itu terkepal karena sudah benar-benar marah pada Chloe. Namun, percuma pula jika melampiaskannya di mansion karena Kenneth pasti akan menghukum lebih berat lagi kalau ketahuan sedang dipermainkan.
Embusan napas kasar sudah berulang kali terdengar, wanita itu memejamkan mata. Selain Jonathan, dia merasa harus menjadikan Nicholas sebagai alasan untuknya bertahan hidup sebagai saudari kembarnya.
Ya, anak lelaki yang pemarah itu harus menjadi alasan kedua. Dia butuh seorang ibu dan sudah seharusnya Claire menyalurkan cinta dan kasih sayang pada keponakan kandungnya.
"Kenapa kau diam? Apa aku harus memberimu hadiah lagi?"
"Sudah kukatakan, aku tidak memiliki alasan. Kenapa kau sangat keras kepala?!" sentak Claire mulai berani.
Dia berjanji dalam hati bahwa sekali melangkah, dia tidak akan mundur. Keputusannya sudah hampir bulat, dia memang harus menetap demi Nicholas juga. Hal itu dia sampaikan pada Kenneth ketika kembali didesak dengan pertanyaan serupa.
"Kau peduli pada Nicholas?" Kenneth tersenyum miring. "Sejak kapan binatang sepertimu memiliki rasa peduli? Aku yakin kau kembali hanya untuk mengincar hartaku, betul?"
Claire ikut berdiri, dia melipat kedua tangan di depan dada sambil membalas tatapan menakutkan dari Kenneth. "Kau tidak cukup kaya untuk menghinaku, Ken. Sudah kukatakan, aku kembali demi Nicholas dan kau tidak boleh melarangku!" Telunjuk Claire mengarah tepat di depan wajah lelaki yang sangat membencinya.
"Kenapa aku tidak boleh melarangmu?" Kenneth ikut melipat kedua tangan di depan dada lantas mendekati wanita yang masih dia anggap mantan istri. "Apa kau lupa, Chloe? Kau di sini untuk menerima hukuman, bukan sebagai nyonya. Paham?"Raut wajah Claire seketika berubah tegang. Wanita malang itu pastilah lupa alasan Kenneth membawanya ke mansion setelah berhasil ditemukan. Padahal gadis itu berharap kesalahan Chloe tidak lagi membayangi penghuni mansion.Nyatanya dia salah. Jika Kenneth saja masih belum cukup puas untuk menghukum Chloe, maka bagaimana dengan yang lain? Claire memejamkan mata, kini dia benar-benar sudah terjebak. Bahkan kalau saja dia mengelak seribu kali kalau dirinya bukan wanita iblis itu, maka semua orang tetap tidak akan percaya."Baiklah. Sekarang katakan, kenapa kau memanggilku ke sini?""Untuk memberimu tugas.""Bukankah tugasku sudah jelas, merawat Nicholas dan membersihkan kamar kalian serta taman?"Kenneth menggeleng dengan gerakan kaku, kedua matanya terpejam,
"Nicholas!"Sekalipun Claire berteriak, anak lelaki itu tetap tidak mau diam. Dia melempar benda apa saja yang bisa diraih oleh tangannya. Emosinya meluap, dia tidak bisa mengendalikan diri.Namun, bukan Claire namanya jika harus mengalah saat itu juga. Dia melepaskan Nicholas, kemudian berdiri sedikit menjauh. Gadis itu berpikir bagaimana cara mendekati Nicholas."Keluar dari sini!" teriak Nicholas frustrasi."Oh, Tuhan. Kenapa kau membuat Nicholas marah?" Tiba-tiba Elena datang ketika mendengar keributan tersebut.Dia sengaja memanas-manasi Nicholas dengan mengatakan kalau wanita yang berdiri di sampingnya adalah seorang ibu yang kejam di mana dirinya ditinggalkan demi lelaki lain. Anak itu pun menggeram, dia memberi tatapan dingin pada Claire.Sementara itu, Keily mendekati Claire. "Kau tidak akan bisa mengambil hati Nicholas. Ingat itu!""Kenapa aku tidak bisa mengambil hati putraku sendiri?" Claire duduk melengkungkan punggung seelegan mungkin di dekat Nicholas. Dengan dagu sedik
"Lantas kenapa kalau memang aku mengaku pada Nicholas? Hal itu tidak merugikanmu, bukan?"Rahang Kenneth mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Claire. Dia marah dan Claire sangat tahu itu karena sejak awal dia memang hanya diminta sebagai pengasuh yang artinya Nicholas tidak boleh tahu kalau wanita itu adalah ibunya."Kau tidak perlu mengaku pada Nicholas, dia tidak butuh ibu sepertimu." Kenneth mendengus marah lantas menarik tangan wanita itu agar menjauh dari kamar di mana Nicholas berada."Benarkah? Tetapi bagaimana ini, Nicholas begitu nyaman dalam pelukanku. Dia tahu aku ini ibunya, ibu yang terpaksa meninggalkannya." Kaki Claire gemetaran di bawah sana, tetapi itu sekarang tidak penting. Dia ingin kebahagiaan Nicholas terwujud. "Apa kau tidak menyadari bagaimana putramu merindukan kasih sayangku? Sadarlah, Ken!""Sebelum memikirkan tentang Nicholas, aku ingin bertanya." Sebelah tangan Kenneth mencengkram dagu milik Claire. Sorot matanya menatap penuh kebencian. "S
Claire kembali ke kamar yang sudah ditunjuk oleh Kenneth. Dia bingung hendak melakukan apa sekarang. Bagi wanita itu, sepakat untuk bekerja sama dengan Chloe adalah kesalahan terbesar yang pernah dia lakukan.Dia terjebak oleh kalimatnya sendiri. Bagaimana mungkin Kenneth bisa percaya kalau dirinya adalah Claire sementara wajah keduanya begitu sama. Ingin tetap menggantikan Chloe pun bukan tantangan yang mudah."Sial!" Claire memukul dinding. Dia berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan hati Kenneth dan Nicholas dalam waktu singkat agar penderitaan itu lekas berakhir.Dia menyesal sudah percaya pada Chloe bahwa tugasnya hanya sebagai istri pengganti sementara saja. Claire tidak diberitahu bahwa Kenneth dan seluruh penghuni mansion itu menyimpan dendam yang begitu membara.Kejam sekali. Chloe membiarkan saudari kembarnya untuk merasakan siksaan itu sementara nanti dirinya hanya akan mendapat cinta. Claire menghela napas panjang, dia juga takut untuk menjelaskan itu pada Kenneth kare
Setelah semalaman Claire berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk benar-benar menjadi Chloe. Tidak ada jalan lain yang bisa dia tempuh termasuk kembali ke Michigan tanpa menyelesaikan pekerjaan lebih dulu.Gadis itu mondar-mandir di tempat, dia memikirkan cara terbaik untuk mengambil hati Nicholas. Kemarin dia memang memeluk anak itu, tetapi tidak menutup kemungkinan kesempatannya lenyap karena hasutan dari Elena dan juga Keily.Sebuah keberuntungan karena Jennifer jarang sekali berada di rumah. Claire menarik napas dalam, mengembuskan perlahan agar bisa meminimalisir rasa gugup. Benarkah dia mampu menjadi seorang Chloe yang begitu berani dan gila?Tidak lama setelah Claire mengusap wajah gusar, kini kakinya melangkah cepat menuju kamar Nicholas. Anak itu harus segera bersiap ke sekolah. Claire yakin selama ini dia bersekolah dari rumah seperti orang kaya bandel pada umumnya."Selamat pagi," sapa Claire berusaha seramah mungkin. "Hebat, ternyata kau bisa bangun lebih pagi," lanjutnya m
"Chloe, kau ke sini untuk mengusik Nicholas? Berhentilah menghasutnya, kau bukan ibu yang baik bagi cucuku!" sentak Elena dramatis.Claire mendengus kesal. "Maaf, ini bukan urusanmu. Biarkan aku mengurus putraku sendiri!""Benar kata nenek, kau tidak tahu cara menghormati orang lain. Aku sungguh tidak butuh sosok ibu sepertimu yang senang menelantarkan anak sendiri!" sambung Nicholas membuat Claire terkesiap.Jadi benar, Nicholas menjadi sangat marah karena sudah dihasut Elena. Claire tidak akan membiarkan hal itu terjadi, bagaimanapun dia sudah memutuskan untuk hidup sebagai Chloe maka sudah menjadi kewajibannya untuk mengurus anak lelaki itu.Padahal sebelumnya Nicholas bahagia mengetahui wanita yang datang bersama ayahnya adalah ibu yang selama ini dia rindukan. Kebahagiaan itu terpancar jelas di wajahnya, tetapi kemudian meredup karena terus dihasut dengan mengungkit kesalahan Chloe tujuh tahun silam.Sebelah tangan Nicholas terkepal, dia tidak tahu harus percaya kepada siapa. Per
Ketika keluar dari kamar, senyum jahat di bibir Kenneth langsung menyambutnya. Dia sengaja berdiri di luar kamar mendengarkan keributan yang baru saja terjadi. Nampaknya wanita itu memang kesulitan merebut hati Nicholas.Claire membalas tatapan Kenneth setajam mungkin agar dia tidak ketahuan kalau hatinya sedang rapuh. Ya, sejak tadi gadis itu menahan air matanya di depan semua orang, tapi berusaha terlihat teguh agar tidak mendapat olokan."Bagaimana aku percaya kau bisa mengasuh Nicholas dengan baik jika pekerjaan becus saja tidak bisa kau lakukan." Kenneth mendengus, "iblis sepertimu memang tidak pantas disebut ibu."Claire tahu Kenneth sengaja menambah luka di hatinya, maka dari itu dia berusaha untuk tidak tersinggung dan membalas hinaan tersebut dengan kalimat yang lebih menyakitkan. "Aku tahu kau selalu menganggapku iblis, tapi putramu justru melihatku seperti malaikat–""Malaikat?" Kenneth menggemakan tawa, dia menganggap wanita di depannya sedang bercanda."Maka kukatakan pad
Semut merah itu seperti diperintah, semuanya menggigit Claire sehingga wanita itu meraung kesakitan menghentak-hentakkan kaki. Betisnya sudah merah karena gigitan serangga itu.Sementara Elena dan Keily, mereka terus tertawa sambil menyumpahi Claire agar mati detik ini juga. Sungguh, kedua wanita itu tidak punya hati. Mereka senang melihat Claire tersiksa menahan sakit."Tolong jauhkan semut-semut ini!" teriak Claire lagi. Dia menangis ketika serangga itu sudah mencapai wajahnya.Bukan tentang kecantikan yang Claire pikir, tetapi dia takut kalau saja serangga kecil itu masuk ke lubang hidung atau telinganya. Sekali lagi dia berontak dengan teriakan yang sangat menggema."Tidak ada yang bisa menolongmu, Chloe. Seharusnya kamu sadar sejak awal kalau dirimu bukan nyonya lagi di sini. Kau meninggalkan Kenneth dan juga Nicholas, lalu kembali tanpa merasa bersalah. Apa memang serendah itu dirimu?" Keily begitu puas menyaksikan pemandangan itu.Sejak kehadiran Chloe di mansion dulu, dia tida