Share

Hari pertama bekerja

"Aduh..! Tapi..,"

"Tapi apa, Pak?!"

Ayu tidak sabar menunggu Pak Anton untuk segera melanjutkan ucapannya.

"Tapi.. ada syaratnya,"

Anton tersenyum nakal, dia sengaja ingin mempermainkan Ayu terlebih dahulu.

Ayu mengerutkan keningnya. "Syaratnya apa, Pak?!"

Ayu sedikit curiga dengan tatapan serta senyum nakal Pak Anton. Seperti ada sesuatu yang diinginkan oleh pria itu. Pikir Ayu.

"Syaratnya!"

"Syaratnya apa, Pak Anton! Ngomong jangan setengah-setengah dong, Pak!"

"Tenang, Yu! Syaratnya asalkan kamu dan temanmu itu mau menemani ku makan malam, itu saja,"

"Ish, Bapak. Kirain apaan," Ayu memutar bola matanya dengan malas. "Ya kalau cuma makan malam biasa sih, mau! Siapa juga yang nggak mau di traktir makan. Pasti mau lah,"

Pak Anton pun tersenyum puas mendengar Ayu menyetujuinya.

Anton adalah pria yang sudah beristri, namun pria itu sangat genit pada wanita. Tak sedikit karyawati-karyawati yang memanfaatkan itu untuk menguras isi dompetnya, namun ada juga yang merasa takut bahkan jijik terhadapnya, termasuk Ayu.

Terkadang Ayu tidak mau memperdulikan Pak Anton, jika pria itu mencoba untuk merayunya dengan iming-iming imbalan uang ratusan ribu bahkan sampai jutaan rupiah.

Namun kali ini, demi Senja Ayu terpaksa menuruti keinginan Pak Anton. Dia pikir, perginya juga tidak akan berduaan saja, tetapi bertiga dengan Senja.

__________

Sore harinya, menjelang malam.

"Assalamualaikum!"

"Ayu. Masuk, Yu!"

Ayu yang baru pulang dari Bastian Group mampir terlebih dahulu ke rumah Senja, sebelum ia pulang ke rumahnya.

Gadis itu sudah tidak sabar ingin memberitahukan kepada Senja bahwa besok pagi Senja sudah boleh bekerja di Bastian Group.

Senja yang saat itu baru keluar dari kamarnya, langsung berlari menuju pintu. Dengan cepat ia membukakan pintu rumahnya saat mendengar Ayu memberi salam.

"Duduk dulu, Yu. Tunggu sebentar, ya!"

Senja meninggalkan Ayu terlebih dahulu sendirian di ruang tamunya. Dia pergi ke dapur untuk membuatkan secangkir minuman teh untuk Ayu.

Setelah selesai, Senja kembali menghampiri Ayu dengan membawa nampan berisikan segelas teh hangat.

"Diminum dulu, Yu,"

Senja meletakkan cangkir berisikan teh hangat itu keatas meja, tepat di depan Ayu.

"Aduh! Makasih, ya! Sudah merepotkan,"

"Ah. Nggak repot kok, Yu!"

Senja duduk di kursi yang berhadapan dengan Ayu.

Ayu pun mengangkat cangkirnya, lalu menyeruput minumannya.

"Jadi bagaimana?"

Senja sudah tidak sabaran ingin mendengar apakah dia di terima bekerja atau tidak.

Sebelum menjawab, Ayu terlebih dahulu mengulas senyumnya, lalu meletakkan kembali cangkirnya ke atas meja.

"Kamu di terima, dan mulai besok kamu sudah bisa bekerja,"

"Hah! Masak sih, Yu?! Kok bisa secepat ini?!"

Walaupun dia merasa senang dengan jawaban Ayu, tapi ada sedikit rasa tidak percaya terlintas di benaknya. Rasanya seperti mimpi bisa bekerja di perusahaan sebesar itu.

"Bisa lah! Tapi Pak Anton bilang ada syaratnya,"

"Pak Anton, siapa?"

"Pak Anton itu manager. Dia itu udah tua, tapi suka genit sama perempuan,"

"Oya?! Ha.. ha.. ha.."

Senja terperangah, lalu tertawa ketika melihat ekspresi raut wajah Ayu yang menunjukkan rasa ketidaksukaannya terhadap pria itu.

"He'em! Katanya kita harus mau menemaninya makan malam. Sebagai tanda terimakasih karena dia sudah mau menerima mu bekerja di sana. Padahal, dia kan cuma manager,"

"Makan malam? Dia bilang seperti itu?!"

"Iya!" Ayu mengangguk, lalu menambahkan ucapnya. "Katanya kamu boleh bekerja di sana, tapi dengan syarat kita berdua harus menemaninya makan malam,"

Senja menghela nafas. "Kalau hanya makan malam sih nggak masalah, asal jangan minta yang lain saja,"

"Ih! Coba aja kalau dia berani macam-macam sama kita. Akan ku laporkan dia ke Pak Ziko, biar dia di pecat," Ayu menimpali ucapan Senja.

"Pak Ziko?! Siapa lagi itu?"

"Serius Kau tidak mengenalnya?! Kau benar-benar tidak mengenal Pak Ziko?!"

Ayu sedikit tidak percaya jika Senja tidak mengenal Ziko, Presdir Bastian Group.

Senja mengangguk cepat. "Memangnya siapa dia?"

Senja memang tidak mengenal pria yang disebutkan oleh Ayu, namun Ayu terlihat tidak begitu mempercayainya.

"Astaga Senja! Yang benar saja, Pak Ziko itu Presdir Bastian Group," Ayu menepuk singkat keningnya, lalu menambahkan ucapnya. "Masak sih kamu tidak kenal dia?! Semua orang mengenalnya, Senja! Siapa yang tidak kenal Ziko sang Presdir yang tampan itu?! Ha.. ha.. ha.."

Ayu sontak tertawa menyadari jika Senja benar-benar tidak mengenali calon atasannya sendiri.

"Aku rasa hanya kau saja yang tidak mengenalinya,"

"Iya iya! Maklumlah, di rumah ku kan tidak ada televisi. Jadi wajar saja kalau aku tidak mengenalnya,"

Senja menunjukkan ekspresi wajah cemberutnya, saat Ayu terus menertawakannya.

"Ya sudah, kalau begitu aku pamit dulu ya! Udah malam soalnya, nanti Ibu sama Bapak ku khawatir,"

Ayu menghentikan tawanya, lalu izin pamit. Dia juga tidak mau terus-terusan membuat Senja kesal padanya. Padahal di dalam hatinya sangat sulit untuk menahan tawanya. Namun berhubung hari juga sudah semakin gelap, maka Ayu memutuskan untuk segera pulang kerumahnya.

Jarak rumah Senja dan Ayu tidak terlalu jauh, hanya menempuh jarak 15 menit saja untuk bisa sampai ke sana.

_________

Keesokan harinya.

Seperti biasa, setiap pagi Senja selalu bangun lebih awal. Bekerja atau tidak, dia tidak pernah bangun terlambat. Senja terlebih dahulu membersihkan rumahnya. Tidak hanya itu, dia juga harus memasak untuk Ibunya, setelah itu barulah dia mengurusi dirinya sendiri. Mandi dan juga sarapan.

Dan setelah semuanya beres, Senja masuk ke kamar Ibu Ranti.

"Bu! Senja pergi dulu ya! Assalamualaikum!" Dia menyalami dan mencium punggung tangan Ibunya.

"Hati-hati di jalan, Nak!"

"Iya Bu!"

Setelah berpamitan, Senja bergegas keluar dari kamar Ibunya. Kemudian ia melanjutkan langkahnya hingga keluar dari rumah.

Hari pertama masuk kerja tentu Senja tidak ingin terlambat, untuk itu dia bergegas ingin secepatnya pergi ke sana.

Namun sebelum pergi, dia harus menunggu Ayu terlebih dahulu di depan rumah. Karena Senja belum tau tentang apa saja yang akan dia kerjakan nantinya.

Tak butuh waktu terlalu lama untuk menunggu, sosok yang di tunggu pun akhirnya datang juga.

"Hai,"

Senja tersenyum mengembang saat melihat Ayu berjalan kearahnya.

Ayu juga ikut tersenyum. "Kau cantik sekali hari ini!"

Ayu yang mengamati penampilan Senja dari atas hingga bawah, seketika memujinya.

Dia terkagum-kagum melihat Senja yang memakai celana jeans panjang berwarna biru di padukan dengan kaos kerah berwarna pink muda. Terlihat sangat cocok di kulit Senja yang putih dan bersih.

"Bisa-bisa Pak Anton akan tergila-gila pada mu," Ayu menambahkan ucapnya, menggoda Senja.

"Ah. Kau ini bisa saja. Ayo kita pergi sekarang, nanti kita terlambat,"

Senja tidak ingin menanggapi dengan serius ucapan Ayu. Dia lebih memilih untuk segera pergi, karena takut terlambat.

"Baiklah, ayo kita pergi,"

Ayu pun menyetujuinya. Mereka melanjutkan langkah kaki mereka, keluar dari gang sempit. Sesampainya di luar gang, Ayu dan Senja melanjutkan perjalanan mereka dengan menaiki kendaraan angkutan umum. Tentu agar bisa segera sampai di Bastian Group.

_______

20 menit kemudian.

Waktu menunjukkan pukul 6.30 pagi.

Suasana Bastian Group masih tampak sepi. Hanya beberapa karyawan karyawati saja yang baru hadir di sana.

Ayu mengajak Senja langsung menuju ruang cleaning servis, yang berada di lantai 3. Setelah sampai di sana, Ayu memberikan pakaian ganti untuk Senja. Tentu saja Pakaian itu adalah seragam cleaning servis di Bastian Group yang berwarna abu-abu.

Senja pun meraihnya, lalu segera mengganti pakaiannya dengan seragam itu di ruang ganti. Seragam itu terlihat pas di tubuh Senja, sehingga menampakkan bentuk tubuhnya yang menggoda.

"Apa tidak kekecilan?"

Senja mengamati dirinya di depan cermin.

Ayu menoleh lalu menggeleng singkat. "Aku rasa tidak. Kalau lebih besar justru itu tidak bagus, mengganggu pemandangan mata,"

"Ayu! Aku ini mau bersih-bersih, bukan mau fashion show!"

"Ha.. ha.. ha..! Aku kan cuma bercanda! Jangan dibawa serius lah. Sudah ku cari ukuran yang lebih besar dari itu, tapi cuma itu yang ada,"

"Iya! Ya sudah pakai yang ini saja,"

Senja pun hanya bisa pasrah. Mau tidak mau dia harus tetap memakainya.

Tidak lama kemudian Ayu dan Senja memulai pekerjaan mereka, berhubung teman-teman yang lainnya juga sudah berdatangan.

Namun sebelum memulai aktivitas mereka, Ayu terlebih dahulu memperkenalkan Senja kepada teman-temannya, satu persatu.

Tentu saja kehadiran Senja di sambut baik oleh teman-temannya yang lain, yang juga bekerja sebagai cleaning servis di sana.

Seperti biasa, setiap sore sebelum pulang ke rumah masing-masing, Pak Anton selalu memberikan pengarahan terlebih dahulu kepada para karyawan cleaning servis, tentang apa saja yang akan mereka lakukan esok harinya.

Untuk itu para karyawan tidak perlu lagi menunggu kedatangannya hanya untuk bertanya apa tugas mereka.

Cleaning servis yang berjumlah 8 orang di tambah dengan Senja, segera melakukan tugas mereka masing-masing. Sesuai dengan bagian-bagian yang sudah di terapkan oleh Pak Anton selaku manajer mereka.

Senja yang baru bergabung, untuk sementara waktu Ayu memintanya untuk membantunya mengepel di lantai 5, tempat dimana ruang utama Presdir Ziko berada.

Ayu mengantar Senja terlebih dahulu ke sana, dengan menaiki lift menuju lantai 5.

Senja sudah siap dengan peralatan yang akan ia gunakan, yaitu sebuah ember plastik berukuran sedang yang sudah berisi air, alat pengepel lantai, sapu dan juga kemoceng mini yang ia bawa.

Sesampainya di lantai 5, Ayu pun meninggalkannya, karena dia juga harus kembali bekerja.

Sementara Senja, dia segera memulai pekerjaannya. Tentu saja di mulai dari membersihkan ruangan Presdir.

Senja membuka pintu ruangan, yang ternyata tidak terkunci. Untuk itu dengan mudah Senja masuk kedalam sana. Namun saat sudah berada di dalam, seketika Senja menggeleng-gelengkan pelan kepalanya saat pandangannya mendapati ruangan Presdir yang tampak sangat berantakan.

Ruangan itu di penuhi dengan lembaran-lembaran kertas putih yang berserakan dimana-mana, di atas meja hingga lantai.

"Ish ish iiish! Ruangan Presdir kenapa seperti ini? Ini sih lebih cocok seperti gudang,"

Senja meletakkan ember plastik itu beserta alat pengepel lantai yang ia bawa. Kemudian dia memungut lembaran-lembaran kertas itu lalu merapikannya. Menyusunnya kembali lalu di letakkan nya di atas meja.

Selain itu, Senja juga merapikan barang-barang yang lain serta menatanya kembali dengan rapi. Setelah selesai, hal yang terakhir ia kerjakan yaitu mengepel hingga bersih dan mengkilap.

Beberapa menit kemudian.

Ruangan Presdir yang semula tampak sangat berantakan itu, kini terlihat rapi dan bersih.

Senja pun tersenyum puas melihat hasil kerjanya sendirian.

Setelah itu barulah ia bergegas keluar dari ruangan itu dengan membawa serta peralatan yang ia bawa tadi.

Namun saat Senja ingin membuka pintu ruangan itu, tiba-tiba saja.

Byurr..

"Aaackh!"

Lanjut episode 3

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status