Share

Dimana Ibu?

Bismillah 

      "Ibuku Ternyata Hantu"

#part_3

# by: Ratna Dewi Lestari.

    

       Sreng!Sreng!Sreng!

      Bunyi berisik disertai aroma masakan yang lezat membuatku terbangun dari tidurku. Kukucek mata yang masih sangat mengantuk, kutoleh jam wekerku. Baru jam 04.00 pagi. 

     "Siapa yang memasak sepagi ini?" batinku. 

    Setahuku Ibu tak pernah memasak pagi-pagi seperti ini. Kalaupun membuat sarapan, Ibu selalu memasak di atas jam 7 pagi. Dan ini terlalu dini. Rasa penasaran membuatku beranjak melangkahkan kaki ke arah dapur.

   Ternyata memang Ibu yang sedang asyik memasak. Kudekati Ibu yang nampaknya tak mengetahui kedatanganku .

  "Sudah pulang Bu? Widya tak mendengar motor Ibu," ucapku begitu mendekati Ibu.

   Ibu hanya terdiam membisu. Aku merasa ada yang lain dengan Ibu. Ia lalu menatapku lekat, seperti ingin menyiratkan sesuatu. 

    "Ibu?" ulangku menunggu jawaban Ibu.

    Ibu menghentikan acara masak-memasaknya. Ia lalu menggandeng tanganku dan mengajakku duduk bersamanya di kursi. Ia memandangku lekat. Ku tatap wajahnya yang putih pucat. 

    "Wid, Ibu ada permintaan untukmu, bisakah Ibu mempercayainya?" tanya Ibu dengan mimik yang berubah serius.

   "Ada apa Bu? Ibu tak seperti biasa, Ibu tak kenapa-kenapa kan, Bu?" aku balik bertanya. Terselip rasa khawatir di hatiku melihat perubahan sikap Ibu yang mendadak menjadi pendiam.

    "Tidak, Ibu baik-baik saja. Tapi, Ibu minta kamu tidak banyak bertanya tentang Ibu. Ibu kemana, Ibu sedang apa, yang penting kamu jaga baik-baik Adik-adikmu. Jika pagi menjelang, urus Adik-adik dan warung. Kamu berhenti sekolah dulu sebelum urusan Ibu kelar. Jangan berani-berani masuk ke kamar Ibu kecuali malam, mengerti?"titah Ibu.

    "Tapi kenapa Bu?" 

     "Sudah Ibu bilang jangan banyak bertanya! lakukan perintah Ibu, itu saja!" bentak Ibu.

     Nyaliku berubah ciut. Ibu tak pernah membentak atau marah kepadaku. Ini untuk pertama kalinya Ibu berbicara keras seperti itu. 

     "Sekarang kamu kembali tidur! Jangan usik pekerjaan Ibu! Ibu pastikan kalian tetap makan enak dan pekerjaan rumah selalu beres, kamu hanya tinggal menjaga Adikmu baik-baik," seloroh Ibu dengan menunjuk kamarku. Ya, aku dipaksa untuk kembali tidur.

    Dengan langkah gontai kuayunkan kakiku menuju kamar. Sedih melihat perubahan Ibu.

     "Widya?" panggil Ibu, dan akupun menoleh wajah Ibu yang berubah sendu.

     "Kamu baik-baik ya,Nak. Ibu bisa mempercayaimu kan? Kamu harus tahu, Ibu sangat mencintai kalian," ucap Ibu. Dapat kulihat jelas Ibu menitikkan airmata di pipinya.

      Aku mengangguk pelan. Dalam hati bertanya," apa sebenarnya yang Ibu alami hingga membuatnya berubah?"

      Akupun kembali tidur dengan memeluk Adik bungsuku, Nina yang berumur 4 tahun. Ku tepis semua perasaan yang berkecamuk di hati. Ibuku pasti baik-baik saja.

*

       Kringgggggggg 

       Jam weker membangunkanku . Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Sinar matahari bersinar terang, dan aku terlambat ke sekolah. Adik-adik serta merta kubangunkan. Mereka anak-anak yang mandiri. Mereka bisa menyiapkan semua keperluan sendiri.

    Aku buru-buru menuju meja makan bersama adik-adikku. Semua sudah terhidang dan nampak sangat lezat. Nasi goreng udang dengan taburan bawang goreng plus telok ceplok favorit kami semua.

   Selesai makan Adik-adik berhambur pergi kesekolah . Sedangkan aku sibuk mencari Ibu, karena adik bungsu tidak ada yang menunggu.

    "Ibu! Ibu -- Ibu!" panggilku seraya mencari-cari ke segala penjuru rumah. Ibu tak jua kutemui. 

      Sepi tak ada sahutan. Tapi seluruh rumah tampak bersih. Pakaian pun sudah terjemur dan piring-piring sudah tertata rapi.

    Ku tatap Nina yang anteng main sendiri. Ia tertawa seperti sedang di ajak main dengan seseorang disana. Tapi disini hanya ada aku dan Nina. Tak ada orang lain selain kami. 

     Seketika bulu kudukku meremang . "Ibu dimana?" 

      Teringat pesan Ibu subuh tadi. Dilarang bertanya. Dan pesan Ibu yang memintaku untuk tidak bersekolah demi menjaga ke tiga Adikku.

      Lututku seketika lemas. Terbayang dibenakku impian-impian setelah aku lulus. Ingin kuliah dan mencapai cita-cita menjadi Dokter. Dan kini aku harus mengubur mimpi itu demi Adik-adikku.

     Kudekati Nina dan menggendong nya untuk membuka warung. Tapi Nina malah menangis seolah tak ingin kubawa menjauh. Hatiku gusar. Ada apa sebenarnya dengan Nina?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status