Share

Ayo sadar, Nina!

Bismillah

        "Ibuku Ternyata Hantu"

#part_5

#by: Ratna Dewi Lestari 

     Brakkkkkkk 

    Pintu tertutup sendiri ketika aku dan Nina berhasil keluar dari kamar Ibu. Jantungku dag-dig-dug tak menentu. Keringat dingin mengucur. 

    Seumur hidup baru kutemui sosok mengerikan seperti itu. Dan itu di kamar Ibu. Apakah itu Ibu? Tapi kenapa begitu menyeramkan sosok Ibu?

    "Kakak -- kakak kenapa?" suara Nina membuyarkan lamunanku. Aku terduduk menatap mata Nina. Kuhela napas dalam-dalam. Kulepas dengan perlahan.

   "Adek -- Adek kenapa bobo di kamar Ibu?" tanyaku hati-hati.

   "Adek kan bobo sama Ibu, Kak? Kakak yang kenapa banguni Adek?" Nina balik bertanya.

  "Adek, Ibu ga ada di rumah Dek, lain kali kalau mau kemana-mana ajak Kakak, ya!" ucapnya serius.

   "Ada Ibu, Kak! Nina ga boong. Kalau Kakak ga percaya masuk deh ke kamar Ibu!" Nina cemberut melihatku.

   Rasa penasaran menelusup relung hatiku. Dengan tangan gemetar kembali kubuka pintu. Terkunci. Kamar Ibu tiba-tiba terkunci. 

   Kubalikkan badan dan mengajak Nina pergi meninggalkan kamar Ibu. Kembali ke warung dan menunggu pembeli seperti perintah Ibu.

*

   Sore menjelang tapi Ibu tak kunjung pulang. Adik-adik sudah mandi dan mereka selalu menanyakan Ibu. Aku hanya menggeleng karena memang tidak tau dimana keberadaan Ibu.

   Azan magrib berkumandang menandakan hari masuk waktu malam. Selesai salat berjamaah kami menunggu di depan TV. Ayah tadi menelpon memberi kabar jika ia akan pulang. Dengan sabar kami menunggu Ayah dan juga Ibu yang belum pulang.

   Srenggggg! Srengggg! Srengggg!

   Aroma masakan dan suara perabotan di dapur terdengar nyaring di telinga. Kami semua berhadapan dan saling memandang. Perut memang keroncongan karena sedari sore belum makan. Lauk dan sayur yang dimasak Ibu sudah ludes untuk makan siang. Ibu memang terbiasa memasak dua kali, sisa sayur dan lauk jualan yang tidak laku dimasak Ibu sore hari.

     "Ibuk! Ibuk--Ibuk!" ucap kami berbarengan. Bahagia rasanya mendengar ada aktifitas Ibu di dapur. Rindu sekali rasanya padahal baru sehari tidak melihat Ibu.

   Kami berlarian berhamburan ke dapur. Berlomba untuk melihat Ibu. Rasa haru dan bahagia di mata Adik-Adikku melihat Ibu yang sedang memasak di dapur.

    "Ibu ... Ibu kemana saja, dari tadi kami tak lihat Ibu," celoteh Dinda, Adik perempuanku yang nomor tiga. Ia berusia sepuluh tahun. Dinda menggelendot manja di pinggang Ibu.

    Ibu menoleh Dinda tapi ia tetap meneruskan memasak. " Ibu ada urusan Sayang, maaf ya, makan kalian terlambat," ucap Ibu lirih.

    "Widya! kamu tadi masuk kamar Ibu, ya! kan sudah Ibu bilang, jangan masuk kamar Ibu jika hari masih terang!" Ibu menatapku marah. 

   "Ma--maaf Bu, tadi Widya mencari Nina, Nina masuk kamar Ibu," jawabku dengan menundukkan kepala.

   "Kamu ga usah takut! Adikmu baik-baik saja. Ibu pastikan itu. Makanya kamu kalau jaga Adek yang bener!" cerocos Ibu.

   "Dah, sekarang ayo makan, Anak-anak. Kalian pasti lapar," perintah Ibu.

   Kami semua langsung duduk di meja makan. Menatap masakan Ibu yang nampak sangat lezat. Ayam goreng crispy dengan taburan saos tomat dan sedikit cabai merah, sayur capcai serta nasi hangat. Ah, pasti sangat lezat.

    Dengan lahap kami semua makan bersama. Tapi, Ibu tak ikut makan. Ia berjalan ke ruang tamu. Duduk diam menonton tanpa ekspresi. Wajah Ibu nampak pucat. Setiap dekat Ibu, wangi melati selalu menemani. Membuat ku terkadang merinding.

  **

   Selesai makan, aku beserta ke tiga adikku duduk menemani Ibu sembari menunggu Ayah pulang. Ibu jarang bicara. Ia banyak terdiam. Sungguh sangat berbeda dengan Ibu yang biasa.

   "Assalamualaikum, Ayah pulang,"  suara Ayah terdengar dari balik pintu.

   "Alhamdulillah Ayah pulang, horeee," ucap kami berbarengan begitu mendengar suara Ayah.

     "Waalaikumsalam, Ayah,"  seru kami dengan berhamburan memeluk Ayah. 

     "Anak-anak, Ibu mana?" tanya Ayah, masih tegak di luar rumah.

    "Ibu di sini Ayah," dengan tersenyum Ibu menatap  Ayah dari balik pintu.

    Ayah mendekati Ibu. Ia lalu mengecup kening Ibu. Hal yang biasa Ayah lakukan setiap berjumpa dengan Ibu. Ayah memang suami yang baik dan Ayah yang sangat sayang dengan keluarga.

***

   Jam menunjukkan pukul 24.00 malam. Semua sudah tertidur lelap, begitupun Ayah dan Ibu. Dengan malas kulangkahkan kaki menuju kamar mandi, kebelet pipis. 

    Kubuka pintu kamar, kenapa gelap di seluruh ruangan. "Tidak biasanya seperti ini, apakah mati lampu? tapi kamarku lampunya hidup! sungguh aneh," batinku.

    Walaupun sedikit takut kupaksakan diri menuju ke kamar mandi. Tapi langkahku terhenti begitu dekat dengan kamar Ibu.

    WUZZZZZZZ 

    Mataku terpana melihat sosok bergaun putih berkelebat cepat masuk ke kamar Ibu. Sosok itu berambut panjang tergerai dengan noda darah di gaunnya. 

    Aku terpaku, terdiam, kakiku terasa kaku. Aku begitu ketakutan. Tak terasa celanaku basah. Mataku tiba-tiba buram. Kepalaku rasanya berputar.

        Brukkkkk 

     Aku terjatuh dan semua nampak menghitam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status