TEEEEEETTTTTT...
Suara bel tanda pulang sekolah berbunyi. Semua siswa siswi Bina Bangsa Senior High School, tempat di mana Clara menuntut ilmu, berhamburan keluar kelas.Mau di sekolah kampung atau kota, mau sekolah biasa atau unggulan. momen seperti ini tidak ada bedanya.Semua menunggu jam istirahat dan pulang.Namun, bagi sekolah Bina Bangga Senior High School. hari ini mereka diminta untuk berkumpul di lapangan. Ada pengumuman yang akan disampaikan oleh pembina OSIS dan dewan guru.Clara keluar kelas paling belakang. Malas berebutan jalan dan lari larian. Belum lagi risiko ketabrak tubuh kawan.Apalagi jika harus ketabrak tubuh teman cowok yang berkeringat.Yiiluuuuhhh!!"Clara!" Renata beriari kecil di belakangnya dan mengalungkan sebelah tangan ke leher Clara."Awh!" pekik Clara hampir terjungkal karena gerakan sahabatnya itu."Masih lesu aja. Happy dong happy!""Tolong. gue masiHari keberangkatan acara kemah cinta alam itu tiba.Clara mendapatkan izin dari kedua orangtuanya tanpa susah payah. Karena pihak sekolah memang memberikan surat resmi tentang pemberitahuan kegiatan itu.Pihak sekolah sudah menjamin keamanan kegiatan mereka. Karena kegiatan itu hanya akan diadakan di sebuah perkebunan di daerah puncak.Mama dan papanya Clara bahkan mengizinkan Bima mengambil cutl.Hal itu membuat Clara sedikit kecewa. Kepalanya juga mulai memikirkan hal hal yang dibencinya.Bagaimana kalau Bima kembali ke tempat Arini?Gadis itu menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikiran tersebut. Lalu melirik Bima yang sedang menyetir di balik kemudi.Setelah kejadian melihat Bima berciuman dengan Arini hari itu. Clara memang memilih untuk duduk saja di jog belakang. Menjaga jarak. Demi kesehatan hatinya juga.Sakit sekali rasanya, berada sedekat ini, namun mereka terasa begitu jauh.Mereka tib
"Clara, kenalkan ini Bima. Mulai hari ini Bima akan menjadi bodyguard kamu." Kata Reno, kakak kandung Clara, saat gadis itu baru saja tiba di rumah setelah pulang sekolah pada suatu siang.Clara yang sejak sehari sebelumnya sudah merencanakan ide usil dan nakal untuk membuat sang bodyguard kewalahan dan mengundurkan diri, tiba-tiba saja mematung dan terdiam. Rencananya buyar."Gila! Ini sih bukan body guard. Gue disodorin malaikat pelindung!" pekik Clara di dalam hati. Semua rencananya berubah. Bukannya berniat mengusir. sekarang ia malah ingin mempertahankan.Kedua bola mata indah di balik jajaran bulu mata panjang dan lentik itu terbelalak mengagumi wajah tampan di hadapannya.Alis tebal, mata tajam, hidung mancung dan lurus. bibir penuh dan seksi, rahang tegas, dan tubuh atletis!He is perfect! Ini sih titisan dewa!Lelaki itu sama sekali tidak tersenyum. Tidak pula menatap Clara dengan hormat seperti yang biasanya dilakukan s
Sempurna! Adalah istilah yang paling cocok untuk menggambarkan kehidupan Clara. Namun, sayangnya itu tidak berlaku di dalam kasus percintaanya dengan Bima.Ia sudah jatuh cinta pada lelaki itu sejak pandangan pertama. Namun Bima seolah tidak menganggapnya ada. Lelaki itu benar-benar hanya menganggap Clara sebagai seorang gadis manja dan nakal yang harus diawasi.Namun, bukan Clara namanya jika ia menyerah begitu saja. Bagaimana pun, ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk Bima Bayuwirya.Ya. Clara telah tersihir dalam pesona Bima. Lelaki itu telah berhasil mencuri hatinya dan menyembunyikannya entah di mana. Namun, Clara bertekad untuk melakukan hal yang sama pada lelaki itu. Seperti dirinya yang telah bertekuk lutut di hadapan Bima, lelaki itu juga harus merasakan hal yang sama!"Lo yakin usaha gue kali ini bakal berhasil, kan?" tanya Clara pada Renata, sahabatnya sejak SMP yang hari ini sengaja diajaknya ikut ke rumah.Clar
Clara tersenyum senang sambil menggigit bibir bawahnya mendengar sebutan 'lakik lo' dari sahabatnya. Seakan Bima memang sudah menjadi miliknya. Hatinya seakanpenuh dengan bunga-bunga yang bermekaran."Acieee, ada bunga di mana-mana." ledek Renata menyadari senyuman malu-malu dari wajah sahabatnya."Hush! Brisik banget sih lo." Kata Clara malu-malu. Ia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak tersenyum.Sumpah. Susah sekali rasanya untuk... bahkan sekedar pura-pura marah pada sahabatnya itu!"Tapi. Mr. Bodyguard lo itu emang cakep gila sih ya. Pasti banyak yang naksir dia." Kata Renata sambil merenung."Hush! Awas aja kalau lo ikut naksir sama Bima. Gue kulitin lo!" ancam Clara dengan mata mendelik."Hahahha, tenang aja, Nooon. Gue sih tetap cinta sama kakak lo. Reno gak ada duanya. My one and only love." Gadis itu kerkikik sambi menutup wajahnya dengan telapak tangan. pura-pura malu. Padahal bangganya bukan main.Kalau bi
"Ren? Lo serius gak sih apa yang lo omongin kemarin?" tanya Clara setelah guru mata pelajaran terakhir pada hari itu keluar kelas.Bel pulang baru saja berbunyi. Dan keadaan kelas sedang gaduh melebihi pasar ikan. Semua siswa ribut karena buru-buru ingin keluar kelas."Yang mana?" tanya Renata pura-pura cuek sambil terus membereskan buku-bukunya."Yang lo bilang kak Reno 'belahin' punya lo." bisik Clara sambil melirik ke sekitar. Takut ada yang mendengar.Renata melirik Clara sekilas. Wajahnya tertegun sesaat. Lalu sedetik kemudian menggelakkan tawanya."Ih serius deh gue. Malah ketawa sih? Beneran nggak?" desak Clara masih dengan wajah seriusnya.Kemarin juga Renata langsung keluar dari kolam renang tanpa memberikan Clara jawaban yang jelas.Tapi, kak Reno itu sudah lama sekali tidak menjalin hubungan dengan wanita mana pun.Kalau yang suka sama dia sih banyak. Secara ya kakaknya itu kan double 'pan'. Tampan da
Bima membukakan pintu untuk nona mudanya. Ia berdiri di samping pintu sambil menunggu Clara masuk. Ia sedikit bingung dengan perubahan wajah Clara yang siang itu merengut. Biasanya ia selalu memberikan senyuman manis pada Bima.Masih dengan bibir yang maju menggemaskan karena rasa kesalnya, Clara menghentakkan kaki dan masuk ke dalam mobil. Ia melipat kedua tangan di depan dada, dan menghempaskan bokongnya duduk di bangku penumpang di samping kemudi.Ada yang bingung kenapa Bima menempatkan Clara di sampingnya dan bukan di belakang, seperti nona muda pada umumnya?Karena berkali-kali ia melakukannya sebelum ini. tetap saja Clara akan memilih duduk di sampingnya.Menyebrangi kursi dari belakang dan masuk ke depan.Itu malah membuat jantung lelaki itu tidak sehat. Paha mulus Clara dan bokongnya yang sintal akan tersaji di depan wajah Bima dengan bebas.Bagaimana pun Clara adalah anak majikannya. tidak mungkin Bima berani bertindak
Tiba di rumah, Clara langsung turun dari mobil tanpa mengatakan apa pun lagi pada Bima. Tidak ada lambaian tangan dan senyum menggoda yang biasa ia berikan pada lelaki itu. Hati sang nona muda terlanjur sakit dengan apa yang diucapkan Bima tadi.Bima sendiri hanya menatap Clara yang keluar dari mobil dengan marah dan membanting pintu. Ia memaklumi kelakukan gadis tersebut. Mau bagaimana lagi. Wajar saja Clara merasa marah padanya.Pria itu menghembuskan napas kasar karena rasa frustasi yang menyerangnya.Bima tahu bahwa ucapannya pada Clara tadi keterlaluan. Namun, ia tidak mampu menahan diri. Ia marah. Sangat marah. Bukan hanya pada Clara yang menciumnya tanpa aba-aba, namun juga pada dirinya sendiri yang malah membalas ciuman itu dengan lebih menggebu dan hampir hilang kontrol.Jika saja mereka berada di tempat tertutup dan bukan di dalam mobil yang hanya berhenti sejenak di lampu merah, mungkin Clara tidak akan lepas dari cengkraman hasrat Bima
DEG!Clara langsung terduduk tegak mendengar kabar itu. Lupa bawa kepalanya sedang pusing karena terlalu banyak menangis."Serius Lo? Di mana? Sama siapa? Memangnya yang dia lakukan?" Pertanyaan demi pertanyaan mulai beruntun ia tanyakan. Jantungnya terasa nyeri.Karena itu kah Bima sama sekali tidak tertarik padanya?Benar juga. Mengapa Clara tidak pernah berpikir bahwa Bima mungkin saja sudah memiliki kekasih?Pikiran itu seketika menyakiti hati Clara.["Di komplek perumahan Setia Alam. Dan gue juga lihat dia tersenyum lepas gitu begitu disambut sama itu perempuan. Kayanya mereka memang memiliki hubungan khusus."]Sebenarnya Renata tidak ingin mengatakan sebanyak itu, terkesan mengompori rasanya.Namun, ia juga tidak mau sahabatnya terlalu terlarut dalam cinta yang mungkin tidak bisa dimiliki.Clara tidak mampu berkata-kata. Ia terdiam dengan mata yang mulai kembali basah.["Clara?"]