Share

BAB 5 Hasrat Penuh Dosa

Humaira meninggalkan rumahnya setelah mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan akan menginap di Bandung selama dua hari karena ada proyek penting. Ini kesempatan untuk melancarka aksinya menemui Emran.

Dia menelpon Emran sambil mengendarai mobilnya.

"Emran, kamu masih di kantor?"

"Iya, kenapa?"

"Sepertinya aku akan mengikuti tawaran kamu."

"What? Really?" Emran melonjak kegirangan. Bagaikan harimau yang sudah di suguhi daging siap untuk melahap habis. Pikirannya sudah berada di atas ranjang bersama Humaira yang berpakaian seksi menawan.

Yess!!

"Aku tunggu di depan kantor."

Humaira mengakhiri panggilannya. Sudah tak banyak kata lagi. Emran langsung bergegas keluar kantor. Hari sudah mulai malam saat Emran keluar dari kantor.

"Hai! pakai mobil kamu saja ya."

"Iya." Emran membuka kaca mobilnya."

"Mobil kamu ditinggal di sini?"

"Iya," Emran membuka pintu mobil Humaira dan duduk di samping Humaira.

"Kamu yang bawa mobilnya tukar tempat." Humaira bergeser ke kanan dan Emran ke kiri. Mereka akhirnya ketemu. Humaira berada di pangkuan Emran dan kedua tangan kekar itu sudah mendekap erat. Sesak rasa dada Humaira dan napasnya memburu.

"Jantungmu berdetak sangat kencang Ra, kamu takut?" Humaira menatap Emran dan tanpa di duga Emran mencium bibirnya. Humaira berusaha memberontak tapi Emran begitu kuat dan bernafsu seperti harimau kelaparan. Suara desahan keluar dari mulut Humaira yang sepertinya menikmati ciuman buas dari Emran. Posisi Humaira dalam pangkuan Emran dan cukup lama mereka melakukan adegan itu hingga sebuah panggilan menghentikan kegiatan mereka.

"Dimas menelpon. Diam dulu." Humaira memberi kode kepada Emran.

"Ya Sayang, kamu jadi nginep di Bandung malam ini?"

"Iya Sayang, kamu nggak papa aku tinggal ya. Kamu boleh main ke rumah Mama jika kesepian."

"Iya Sayang. Aku akan main ke rumah Mama karena lagi bosan di rumah."

Emran menciumi pipi Humaira dan menelusuri tiap inci bagian tubuh wanita cantik itu.

"Oke Sayang sampai jumpa lusa ya,"

"Oke Sayang,"

Pembicaraan berakhir. Emran langsung melancarkan aksinya kembali tapi Humaira menolaknya.

"Ayo kita ke apartemen kamu. Jangan bermain di sini nanti ada yang melihat."

"Ok..Aku sudah tak sabar ingin..." Emran mengambil setir dan menyalakan mesin mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Nggak usah ngebut. Santai aja. Masih banyak waktu untuk bersenang-senang." Emran memonyongkan bibirnya yang seksi agak keabu-abuan karena merokok.

"Kamu seperti macan yang siap menerkamku Emran."

"Ya aku memang macan yang siap menerkammu. Akan kubuktikan kalau aku akan memberikan kenikmatan dan kepuasan yang akan kamu lupakan seumur hidupmu."

"Buktikan nanti. Sekali saja semoga kamu bisa memberikan aku anak."

"Maksud kamu kita hanya sekali melakukan hubungan ini? setelah itu?"

"Ya hanya sekali. Semoga kamu top jadi langsung menjadi benih yang tertanam di rahimku."

"Aku yakin setelah merasakan kenikmatan yang aku berikan kamu tak akan bisa menghindari jika menginginkannya. Aku yakin 100%"

"Enggak Emran. Sekali saja kita melakuakan dosa ini. Demi seorang anak dan demi masa depan hidupku."

"Mau sekali atau berkali-kali sama dosanya. Karena kamu sudah berzina dan menghianati suami kamu."

"Aku jadi takut melakukannya."

Emran jadi khawatir Humaira berubah pikiran.

"Kamu nggak usah takut. Ini demi keutuhan rumah tangga kamu. Kamu mau dicampakkan Dimas dan orang tuanya?"

Humaira menggeleng pelan.

"Baiklah aku akan melakukannya."

Emran tersenyum menang. Hatinya bahagia bisa mendapatkan Humaira yang selama ini diimpikannya tiap malam. Sesekali dia meraba paha Humaira yang saat itu terlihat karena dressnya minimalis.

Terdengar desahan lirih dari bibir Humaira.

"Ternyata kamu mudah terangsang Ra,"

"Ya sebenarnya aku libidonya tinggi cuma Dimas tidak bisa mengimbangiku."

"Sekarang baru jujur."

Humaira terdiam. Kenapa sekarang dia menjadi jujur terhadap Emran?

Malam kian larut waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB. Akhirnya mereka sampai di apartemen Emran yang berada di bilangan Jakarta Pusat di jalan KH. Mas Mansyur. Setelah parkir mobilnya mereka langsung menuju ke tempat Emran di lantai Mawar 701. Setelah melakukan akses, mereka mengajak masuk Humaira.

"Akhirnya sampai kita di taman impian. Sebelum melakukan bulan madu aku akan mandi dulu kalau kamu nggak perlu mandi karena kamu sudah mandikan?"

Humaira duduk di sofa ruang tamu. Rapi dan bersih walaupun tak seluas rumahnya. Hatinya berdebar kencang dan tegang. Wajah Dimas tiba-tiba hadir dalam benaknya. Rasa berdosa mulai menghantuinya. Emran mendekati Humaira. Dia tahu pasti kalau saat ini Humaira memikirkan Dimas.

"Kenapa diam? Nikmati malam ini dan lupakan sejenak Dimas." Emran memagut bubir Humaira.

"Mandi dulu. Aku siapin makan untuk kamu."

"Ok Sayang," Emran pergi ke kamar mamdi. Sementara Humaira melangkah menuju dapur Emran yang minimalis. Humaira membuka kulkas tak banyak bahan makanan yang tersedia di sana hanya ada telur, ikan, daging cincang dan beberapa sayuran. Dia mengambil dua telur yang mudah memasaknya. Pada dasarnya dia memang tidak suka memasak. Lalu dia memgambil indomi. Humaira memasak untuk dua porsi. Dia menyalakan kompor dan memanaskan air. Tiba-tiba Emran memeluknya dari belakang dan mencium tengkuknya. Humaira terkejut dan menjadi hilang selera makannya.

"Kamu ngagetin aja kita makan dulu."

"Tidak. Aku tak lapar aku ingin melumatmu segera." Emran menggendong Humaira ke kamar. Humaira berusaha melepaskan tapi Emran sudah dengan kuat menggendongnya. Dia menidurkannya di ranjang dan menindihnya. Dengan membabi buta Emran yang masih mengenakan handuk mencium bibir Humaira dan permainan itu membangkitkan gelora terpendam Humaira. Satu persatu kancing milik Humaira terlepas hingga terbuka semuanya. Emran membuang handuknya membuat Humaira terbelalak. Emran memulai aksinya menuju puncak kenikmatan yang selama ini dia impikan. Begitu juga Humaira yang baru pertamakali melakukan hubungan badan selain dengan suaminya merasa menjadi malam pertama untuk kedua kalinya. Hasrat penuh dosa antara dua insan yang menggelora terjadi begitu panas penuh dengan bercak cairan, desahan dan lenguhan memenuhi ruangan minimalis itu. Humaira baru merasakan kenikmatan yang sesungguhnya. Selama bercinta dengan Dimas dia tak pernah mendapatkan kepuasan batin. Suaminya hanya mau dilayani kalau di ranjang. Dirinya bagaikan wanita penghibur tanpa mau memulai layaknya laki-laki pada umumnya. Terkadang Humaira merasa seperti pelacur sesudah melayani ditinggal tidur tanpa bertanya atau perduli apakah dirinya sudah puas atau belum. Sangat berbeda dengan Emran. Dia benar-benar laki-laki perkasa dalam bercinta. Foreplaynya yang lama membuatnya melayang beberapa kali Humaira dan Emran sudah mencapai puncaknya. Mereka berbaring saling memandang. Dalam keadaan tanpa sehelai kainpun.

"Terimakasih Ra, kamu sudah memberikan keindahan malam ini. Aku sangat bahagia. Kamu sangat luar biasa." Emran membelai lembut Humaira.

"Apakah ini kali pertama kamu melakukan percintaan? atau sudah kesekian kalinya?"

"Aku baru melakukan ini. This is my first making love."

"Benarkah?"

"Yess, I'm honest you. Only you in my heart."

"Emran," Humaira memeluk Emran erat sambil menangis.

"Jangan sedih. Setelah ini kamu akan hamil. Buktikan kata-kataku."

Terasa dada Emran kembali bergemuruh dan timbul hasrat untuk bercinta lagi. Emran kembali mencumbu Humaira dan tak kuasa menolaknya.

"Kamu masih mau lagi?"

"Yes offcourse. Sampai pagi aku takkan puas."

"Gila kamu."

"Ya aku gila karena kamu, Humaira."

Ayu subacribe, follow dan rate bintang lima ya kawan. Terimakasih sudah membaca karyaku. 🌷🌷🌷

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status