Share

BAB 4 Kedatangan Emran

Humaira bangun ketika matahari sudah tinggi. Dia tidur sudah hampir pagi karena perlu ulang tahunnya tadi malam. Ketika bangkit dari tempat tidur, dia merasa kepalanya agak sakit dan berat. Humaira berjalan pelan ke kamar mandi untuk cuci muka dan kemudian turun ke ruang makan dengan piyama. Pagi itu dia tidak bisa memasak untuk Dimas jadi yang menyiapkan asisten rumah tangga dan Bibi Syarifah sebagai kepala asistennya di rumahnya. Bibi Syarifah sudah lama mengabdi di rumah keluarga Yodha Pambudi Pratama. Sejak Dimas menikah dipindahkan di rumah Dimas untuk melayani Humaira.

"Nyonya Muda, Tuan sudah berangkat sejak pagi Apakah Nyonya tidak ke kantor hari ini?"

Tanya Bibi Syarifah.

"Tidak Bi, saya agak sakit kepalanya. Tolong ambilkan aspirin di kotak obat."

"Baik Nyonya Muda,"

Setelah sarapan dan minum obat, dia memutuskan untuk berbaring di kamarnya sampai sakit kepalanya hilang.

"Seharusnya Nyonya tinggal pencet bel aja tidak usah turun biar diambilkan sarapan dan obatnya."

"Tidak apa-apa saya masih bisa."

"Nyonya tidak manja walaupun semua tersedia."

"Selagi saya bisa melakukan sendiri, saya tak akan minta bantuan Bi. Saya istirahat dulu di kamar."

"Ya Nyonya Muda." Humaira menaiki tangga dengan pelan. Bibi Syarifah memandangi majikannya dengan kagum.

Perempuan yang cantik, pintar dan tidak sombong.

Sambil tiduran Humaira mengecek ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Emran dan satu pesan dari W******p yang berisi pesan singkat dari Dimas kalau dirinya sudah berangkat kerja.

Humaira membalas pesan dari suaminya.

[Ya Sayang, aku lagi sakit kepala tidak ke kantor]

[Oke istirahat dan minum obat Sayang,]

[Udah Sayang ini lagi mau buat tidur biar sembuh sakit kepalaku.]

Humaira mengirim pesan juga ke Emran.

[Hari ini aku nggak ke kantor. Kepalaku sakit.]

Pesan terkirim dan centang hijau dua. Pesan masuk dari Emran.

[Aku akan ke rumah mengantar berkas untuk ditandatangani.]

Humaira kesal dengan maksud kedatangan Emran.

[Aku lagi nggak mau menemui siapapun hari ini. Mau istirahat.]

Emran kembali membalas pesannya.

[Tak apa aku datang sorean ke istanamu]

Istana? makin ngeselin aja Emran!

Humaira mengabaikan pesan Emran dan kembali tidur. Kepalanya terasa makin berat mendengar Emran mau datang.

🍃🍃🍃

Menjelang sore Humaira sudah merasa lebih baik. Apalagi setelah mandi air panas. Emran benar-benar datang sore itu. Tidak seperti perkiraan Humaira hanya membawa berkas-berkas tapi dia membawakan buket mawar merah. Humaira menerimanya dengan biasa saja.

"Sore ini kamu tampak makin cantik seperti bunga mawar itu." Ucap Emran menggoda. Sore itu Humaira memakai piyama berwarna maroon dengan bahan silky selutut.

"Kamu kenapa harus datang ke sini? besokkan bisa di kantor."

"Karena aku khawatir sama kamu. Aku ingin melihat keadaan kamu."

"Jaga sikapmu banyak penjaga dan CCTV."

"Baik Nyonya. Aku nggak bakalan macam-macam. Melihat keadaan kamu sudah baikan itu membuatku lega."

"Masa? kamu suka bercanda." Humaira tersenyum mendengar ucapan Emran.

Mereka ngobrol di ruang tamu dibawah pengawasan penjaga rumah. Ada beberapa orang yang menjaga setiap ruangan.

Emran memperhatikan ke sekeliling ruang tamu yang sangat luas dan mewah dengan interior yang serba mahal. Ada 4 orang yang menjaga di ruangan itu. Empat laki-laki berbadan tinggi besar.

Emran meminum jus jeruk dan makan cemilan yang di sediakan Bibi Syarifah.

"Semalam pestanya meriah sekali ya."

"Iya, aku nggak menyangaka Dimas akan memberikan kejutan itu."

"Kamu bahagia Ra?"

"Tentunya. Very Happy,"

"Aku menyaksikan acara live-nya."

"Oh ya?"

"Dimas sangat menyintaimu. Kamu bagaikan ratu di rumah ini dengan banyak penjaga dan lihatlah istana ini begitu mewah dan megah. Namun sayang belum ada suara tangis bayi."

" Kamu benar. Itu yang menjadi bebanku karena Papa dan Mama Dimas sudah menginginkan cucu."

"Nah benarkan? harus segera di wujudkan. Calon pewaris kerajaan ini."

"Kamu jangan bercanda aku lagi serius."

"Aku juga serius mau membantu kamu."

"Oh ya bagaimana caranya?"

"Kamu harus hamil."

"Ya aku tahu itu. Selama ini aku sering melakukan hubungan dengan Dimas bahkan hampir tiap malam. Tapi belum juga aku hamil."

"Mungkin Dimas mandul."

"Masa? Dimas tidak mau di ajak ke dokter."

"Ada satu cara untuk membuktikan agar kamu mengetahui apakah mandul atau tidak."

"Bagaimana caranya?"

Humaira semakin penasaran.

"Kita coba sekali,"

"Apa maksudmu?"

"Kita making love sekali saja. Jika kamu subur, kamu akan hami."

"Gila!!"

"Ini salah satu caranya untuk membuktikan siapa yang mandul. Ini demi keutuhan rumah tangga kamu juga dan demi calon pewaris kerajaan ini. "

"Kemarin Mama bilang jika Dimas nggak bisa ngasih cucu, dia nggak akan di kasih warisan oleh orang tuanya. Entah itu sekedar gertakan atau memang benar sebuah ancaman yang akan dibuktikan jika kita nggak punya anak."

"Makanya aku akan memberikan kamu anak. Nggak bakalan ketahuan jika kamu hamil itu benih dari aku."

"Memang itu yang kamu inginkan selama ini kan?"

"Aku hanya menyintaimu Ra tak ada maksud lain."

"Apa bayaran yang kamu inginkan dsriku?"

"Nggak ada. Aku menyintaimu tulus Ra, kamu yang kemarah-merahan seperti istri Nabi yaitu Aisyah telah membuatku jatuh cinta."

"Kamu sok kenal Aisyah. Shalat aja nggak pernah."

"Kamu juga Ra,"

"Iya sejak menikah aku jarang melakukan shalat. Padahal dulu aku rajin ibadah."

Humaira membetulkan piyamanya yang agak terbuka membuat Emran tak berkedip memandangnya.

Kulit Humaira yang putih terlihat jelas apalagi saat dia menyibakkan rambutnya ke belakang bagian dada terlihat setengah. Emran semakin menelan salivanya.

"Matamu nggak berkedip. Liar sekali kamu,"

"You are very nice wife and sexy women."

"Yes, I am beatiful and sexy." Humaira semakin menantang membuat Emran tak bisa menahan diri pikirannya tegang.

"Pikirkan ucapanku Humaira. Aku akan memberikanmu seorang baby.

"Aku pikirkan dulu. Banyak resiko yang harus kutanggung jika ketahuan oleh suamiku."

"Ya sudah dipikrkan dulu jangan lama-lama. Aku tunggu jawaban indahmu dan kita bisa menikmati bulan madu kita."

Emran berbisik dan bangkit dari duduknya.

"I love you. Aku pulang dulu." Humaira masih bengong dengan semua ucapan Emran. Dia memegangi buket mawar yang diberikan Emran.Buket mawar itu indah dan wangi tapi dia segera membuangnya ke tong sampah takut bermasalah dengan Dimas. Humaira melangkah ke kamarnya. Dia menjatuhkan tubuhnya di ranjang mewahnya yang berukurukan king size. Entah kenapa kedatangan Emran tadi membuatnya berbunga-bunga serasa di hipnotis. Laki-laki keturunan Turki dengan badan atletis, tinggi, bercambang dan bulu-bulu halus yan tumbuh di dadanya menambah seksi. Pernah Humaira melihatnya sekali saat Emran keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk. Waktu Humaira sedang ke Apartemennya karena urusan pekerjaan. Angannya melambung tinggi jauh sore itu. Humaira mulai memikirkan kata-kata Emran tentang anak yang akan diberikan oleh Emran.

Apakah benar Dimas mandul? Atau aku yang mandul? Sepertunya kalau subur. Ibuku punya anak banyak. Kalau Dimas hanya anak tunggal. Kalau aku melakukan perselingkuhan dengan Dimas dan hamil apakah aman? Bagaimana kalau Dimas mengetahui kebohonganku? pasti aku akan di ceraikan atau bahkan dibunuhnya.

Humaira bermonolog sambil menatap wajah Emran diponselnya. Kemudian beralih ke foto pernikahan mereka yang terpampang besar di kamrnya. Haruskah aku melakukan perbuatan itu? Aku nggak pernah menghianati suamiku selama ini. Apakah demi keutuhan hubunganku dengan Dimas aku harus melakukan perbuatan dosa itu? Jika aku tidak memberikan anak pasti mama akan menyuruh Dimas menikah lagi. Aku nggak mau di madu atau bahkan diceraikan oleh Dimas. Aku sudah terbiasa hidup dalam kemewahan. Aku nggak mau menjadi perempuan biasa yang hidup dalam kekurangan. Emran juga menyintaiku dan sepertinya dia pria yang perkasa. Aku bisa mendapatkan keuntungan dobel. Tahta dan harta dari Dimas juga mendapatkan kepuasan batin dari Emran. Humaira bangkit dan mematut di cermin. Dipandangi tubuhnya yang masih seksi dan cantik.

Dia mengambil pakaian di lemari dan berganti pakaian. Sebuah dress polkadot tanpa lengan dan berpotongan dada agak ke bawah membuat penampilannya tambah seksi. Setelah merasa sempurna dia mengambil kunci mobil barunya dan melangkah pergi.

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status