Share

Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik
Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik
Author: Fransiscaroom

Bab 1

Di suatu pagi, tepatnya di istana megah yang berlokasi di Gunung Olympus, seorang pria dengan rambut dan kumis putih sedang memeriksa catatan dari para dewa-dewi yang dipimpinnya. Pada wajah yang tak lagi muda itu juga tersemat kerutan-kerutan wajah, menandakan jika dirinya selalu memiliki sesuatu yang wajib diprioritaskan, termasuk istri sahnya, Dewi Hera.

"Siapa lagi yang membuat masalah?!" Pria tua tua dengan tubuh tegap dan lengan kekar itu mengomel seraya memeriksa deretan surat-surat peringatan di atas meja panjang miliknya.

Dalam sekejap, ekspresi datar yang terlukis pada wajah tersebut berubah menjadi kesal saat mendapati nama 'Dyonisus' tertera pada secarik kertas.

"Hah! Dyonisus menyusul Ares dan Poseidon dalam daftar masalah alam." Pria tua itu menggelengkan kepalanya pelan, tak habis pikir jika sang dewa pesta bisa turut terlibat dalam perkara pengerusakan alam di bumi.

Kemudian, ia meletakkan surat teguran untuk Dyonisus tersebut pada tumpukkan surat peringatan yang lain. Tanpa berpikir panjang, kedua tangan besarnya kembali meraih satu surat peringatan dan membaca isinya secara detail.

Dalam beberapa saat, mimik wajah sang pria terlihat tegang. Sekian kerutan pada kening lebarnya terukir jelas bersama dengan dua alis putihnya yang menyatu.

"Aphrodite?!!" Pria tua tersebut meremas secarik kertas dengan kedua mata membulat sempurna.

Dengan sorot matanya yang memancarkan keraguan dan ketidakpercayaan, pria itu juga mengeraskan rahangnya. Dewi yang terkenal memiliki paras cantik serta berpengaruh terhadap urusan cinta dan seksualitas di muka bumi itu ternyata juga tergolong dalam daftar dewa-dewi pembuat masalah.

"Apa aku tidak salah lihat? Aphrodite yang terlihat tenang dan bersahaja itu juga ikut dalam masalah??" Sang pria tua menekan nada bicara sembari bertanya-tanya, seolah benda di sekelilingnya tahu akan jawaban dari pertanyaan yang terlontar.

Kemudian, ia kembali membaca detail informasi dan penyebab Aphrodite mendapat surat peringatan dari Mahkamah Agung Olympus. Sekali lagi, informasi yang dicernanya itu membuat pria tua mengomel kesal.

"Sudah ku duga. Dia akan berurusan dengan hati dan para pria muda dan tampan." Pria yang menjabat sebagai raja dari segala Dewa-Dewi di Gunung Olympus itu tersenyum mengejek.

Ia sangat mengenal Dewi Aphrodite yang gemar menebar cinta dan pesona di kalangan para Dewa dan juga manusia. Bahkan, ia sendiri pernah tergoda oleh kecantikan sang dewi cinta.

Setelahnya, pria yang kerap dikenal dengan nama Zeus itu kembali menelusuri beberapa lembar surat teguran lain. Awalnya, ia berpikir jika surat-surat itu ditujukan untuk Ares atau Dewa-Dewi lainnya. Akan tetapi, dugaannya itu meleset total.

"Kok Aphrodite mendadak jadi banyak surat teguran begini?? Ada angin apa dia?!" Zeus melempar beberapa surat teguran dengan nama Aphrodite tertera dan menggenggam tangan kanannya gemas. Ia merasa bahwa sang dewi cinta mulai tidak bisa dikendalikan jika terus mendapat teguran dikarenakan menjalin hubungan dengan kaum manusia dan terus melakukan hal serupa.

"Ini sudah tidak bisa didiamkan lagi!" Zeus mengeraskan rahangnya sembari menahan emosi yang sudah beradi di ubun-ubun. "CLETUSSS!!" Zeus berseru dengan lantang, memanggil tangan kanannya.

Dalam hitungan menit, laki-laki dengan tinggi badan sedang dan proporsi tubuh yang tidak terlalu berisi muncul. Sembari membersihkan sedikit debu yang menempel pada chlamis kuning miliknya, Cletus menghadap Sang Dewa.

"Ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?" tanya Cletus sembari memberi hormat pada rajanya.

"Aku mau Aphrodite menghadap padaku sekarang!" Raja dari segala Dewa-Dewi Olympus itu memerintahkan dengan tegas.

"Baik, Yang Mulia." Cletus menanggapi dan segera berlalu untuk mencari keberadaan sang dewi cinta.

-**-

Sementara itu, di sebuah rumah yang berlokasi di Kota Athena, Yunani, seorang wanita dengan rambut panjang coklat bergelombang tengah bermesraan di dalam kamar dengan seorang pria tampan. Keduanya berada di balik selimut, tanpa sehelai benang menutupi tubuh masing-masing. Sorot mata keduanya beradu dengan gairah dan cinta yang membara sembari bertukar kata.

"Apa benar cuman aku satu-satunya wanita di hatimu, Bastian?" Wanita dengan iris mata berwarna hijau emerald itu bertanya seraya mengusap wajah pria yang berbaring di sampingnya.

Pria dengan mata biru dan garis rahang yang tegas itu menjawab seraya menggenggam lembut tangan wanita yang menatapnya, "Aku bersungguh-sungguh, Margaret. Hanya kamu lah yang ada di hatiku."

"Kalau teman wanitamu yang tadi menggoda, apa di hatimu, masih ada aku?" Wanita dengan rambut coklat tebal yang tergerai itu kembali melayangkan pertanyaan. Kali ini jemari lentik dari tangannya yang ramping menelusuri wajah tampan kekasihnya dengan tatapan sensual.

Memahami perasaan wanita yang sedang dikencaninya, pria dengan gaya rambut undercut itu menggeleng pelan, mengulas senyum lembut, dan meyakinkan, "Masih. Aku engga akan berpaling dari kamu, Margaret."

Mendengar suara barriton dan kata-kata tersebut, wanita yang memiliki tubuh sintal itu tersenyum dengan penuh kemenangan. Ia pun melayangkan pelukan hangat pada tubuh kekar kekasihnya. Dalam hatinya, gairah dan cinta yang sejak lama tak dirasakan terus hidup. Ia juga berharap jika saat-saat seperti ini tak akan berakhir begitu saja.

Namun, apa yang diharapkan oleh sang wanita tak sesuai dengan kenyataan. Kemesraannya dengan sang kekasih terganggu dengan bunyi bel pintu yang terdengar berulang kali.

"TING..TONG..TING..TONG.." Bunyi bel pintu membuyarkan kehangatan dari sepasang ke kasih di atas kasur. Ekspresi wajah kesal dari wanita berparas menawan itu sangat terlihat.

"Siapa itu? Dasar menyebalkan!" rutuknya seraya mengurai pelukan.

"Sebentar, aku lihat dulu." Bastian bangkit dari kasur dan segera mengenakan kaos putih beserta celana jeans biru denimnya yang memiliki potongan slimfit.

Seiring dengan melangkahnya kedua kaki jenjang Bastian, ia tiba di depan pintu, membuka perlahan, dan mendapati Chloe, teman dari kekasihnya. "Bastian, Margaret masih di dalam 'kan?" tanya wanita dengan rambut blonde dan mengenakan hoodie berwarna merah dan celana jeans bergaya ripped yang terlihat trendy.

"Ada. Aku panggilkan dulu, Chloe." Bastian memberikan isyarat agar teman dari kekasihnya itu masuk ke dalam rumah yang berukuran tidak terlalu besar namun memiliki dua lantai dan cukup untuk didiami oleh dua orang.

Chloe pun menurut dan duduk di sofa sambil menunggu sahabatnya turun. Mimik wajah dari wanita berambut blonde itu terlihat panik dan gusar. "Duh, sudah ku duga hal ini akan menimpa Margaret. Ditambah lagi, dia cukup susah untuk ku peringatkan," keluhnya dalam hati.

Beberapa menit kemudian, Margaret turun dengan mengenakan dress selutut berwarna putih dengan crop top pada bagian bahunya. Ekspresi wajahnya yang masam dilengkapi dengan dua tangan yang bersilang di depan dada menyiratkan jika wanita itu tak senang dengan kehadiran Chloe.

"Kenapa lagi, Chloe?" tanya Margaret to-the-point.

"Kita bicara di luar," tandas Chloe sembari meraih satu tangan Margaret dan berusaha membawanya keluar dari rumah Bastian.

Margaret masih tetap berdiri di tempatnya. Ia enggan beranjak dan masih mengunci pandang pada Bastian yang sibuk membuat coklat hangat di dapur. "Kenapa engga ngobrol di sini aja?" Ia bertanya balik.

"Kamu mau identitas aslimu ketahuan??" Chloe berujar dengan nada lirih.

Pertanyaan yang menekan itu membuat tatapan Margaret pada Bastian teralih, dan kedua mata indah itu membulat sempurna. "Apa ini ada hubungannya dengan si tua bangka pembuat masalah itu?" tanya Margaret dengan berbisik.

Chloe menganggukkan kepala pelan. Ia wajib memberitahukan berita penting yang berkaitan dengan sahabatnya itu. Lalu, tanpa membantah dan melanjutkan negosiasi, Margaret bersedia keluar dan mengobrol dengan Chloe. Dua wanita berparas elok itu bertukar pandang dan kata singkat.

"Kamu dipanggil sama Yang Mulia Dewa Zeus," ucap Chloe gamblang.

"What?! Dipanggil??" Margaret terkejut dan menatap tak percaya.

"Mendingan kamu pamit sama Bastian deh sekarang," tutur Chloe, menyarankan.

"Engga bisa dipending memang?" Margaret kembali menawar.

Chloe mengalihkan tatapan ke arah lain dan berkata, "Yang jelas, kamu diminta menghadap sekarang. Sebelum Yang Mulia marah besar, lebih baik kamu cepat datang."

Margaret menghela napas kasar dan menyunggar rambut bergelombangnya ke belakang. Ia tak memiliki pilihan lain. Jika dirinya tak segera kembali, mungkin saja terjadi keributan-keributan merisaukan di Gunung Olympus.

Ia pun memasuki rumah dan menghampiri Bastian yang baru saja selesai memasak makan malam. "Honey," sapanya dengan senyum manis.

Bastian turut mengulas senyum dan meraih kedua tangan Margaret sembari berkata, "Gimana? Udah selesai ngobrol sama Chloe?"

"Udah. Aku dapat berita kalau Clayton kecelakaan, jadi aku harus balik sekarang." Margaret memasang mimik wajah sedih, seolah dirinya benar-benar sedang diterpa kabar kurang mengenakan.

"Tapi kamu bakalan balik 'kan?" Bastian bertanya sembari mengecup punggung tangan milik wanita yang disayanginya itu.

Margaret yang tak bisa memastikan kapan dirinya akan kembali memilih untuk mengulum senyum dan mengangguk pelan. Kemudian, usai meminta ijin pada pria yang dicintainya itu, ia melangkah keluar dan berlalu bersama dengan Chloe.

Ketika dua wanita tersebut telah melangkah cukup jauh dari kompleks perumahan, mereka berubah ke wujud asli masing-masing. Margaret yang mengenakan dress berbahan linen putih lengkap dengan perhiasan yang bertahta pada riasan kepala dan juga gelangnya terlihat sangat memukau. Sedangkan, Chloe yang mengenakan dress sabrina berbahan dasar linen biru juga tak kalah cantik.

Saat mereka telah tiba di tangga yang dijaga oleh Cletus, mereka mulai menjejak dan menaiki tangga satu per satu. Sembari menaiki tangga, Margaret alias Dewi Aphrodite menggerutu dalam hati, "Pasti si tua bangka itu mau mengomel dan berceramah lagi tentang peranku sebagai Dewi Yunani."

TO BE CONTINUED..

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status