Share

Bab 8

"Cukup!"

Krisna berteriak, menatap Dania yang menjatuhkan diri ke dalam pelukannya dan menangis. Lalu, tatapannya beralih kepada Hazel. Kemarahan dalam dirinya pun melonjak.

Dia memelankan nadanya, berkata dengan nada serius kepada Hazel, "Hazel, jangan membuat masalah yang nggak perlu. Darra masih kecil dan belum mengerti banyak hal. Jangan mempermasalahkannya lagi."

"Kecil?"

Mata Hazel menyapu sosok Darra dan mengangguk. "Ya, dia hanya sebulan lebih muda dariku. Dia memang masih kecil."

Hazel sengaja memperkeras nada pada dua kata terakhir. Nadanya datar, tetapi terdengar sangat ironi di telinga Krisna.

Wajahnya tiba-tiba berubah muram. Dia menunduk, lalu mengatakan, "Dia itu adikmu, kenapa kamu nggak mau mengalah? Ya. Darra memang berbuat salah, tapi orang yang disukai Justin itu dia. Nggak ada gunanya kamu bersikeras. Lebih baik kamu jelaskan kepada Keluarga Hardwin dan biarkan Darra yang menikah dengan Justin. Dengan begini semua orang akan bahagia. Setelah itu, ayah akan carikan pasangan yang lebih baik untukmu."

Menjelang akhir perkataannya, aura Krisna jelas jauh lebih lemah dari sebelumnya.

Dia juga tahu bahwa dia bias dalam mengatakan hal ini. Namun, karakter Hazel sudah kuat sejak masih kecil. Bukan masalah besar jika dia membatalkan pertunangannya.

Namun Darra berbeda. Dia memiliki karakter yang lembut, akan sesakit apa kalau sampai kehilangan seseorang yang sangat ia cintai?

Hazel menatap Krisna dan tidak percaya bahwa perkataan semacam ini keluar dari mulut ayahnya sendiri.

Hatinya terasa seperti disiram air dingin, membuatnya bergidik.

Mengiringi kata-kata itu, ada rasa sakit yang menusuk dari jantungnya, seolah-olah disayat oleh pisau tajam dan terus meneteskan darah.

Dia berdiri sendirian di ruang tamu yang luas, seperti baru pertama kali mengenal Krisna.

Meskipun Hazel tahu bahwa Krisna adalah seorang yang tidak adil dalam memperlakukan anak-anaknya, bagaimanapun juga Hazel adalah anak kandungnya sendiri.

Hazel tidak mau percaya bahwa Krisna bisa bersikap sekejam itu sampai tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah.

Namun, kenyataannya jauh lebih keras dari yang Hazel bayangkan.

Dia tertawa sinis, bulu matanya yang lentik menyembunyikan kekecewaan dan air mata.

"Aku akan menarik diri dari pernikahan itu, tapi bukan karena kamu. Itu karena Justin nggak pantas. Sesuatu yang kotor memang sudah seharusnya dibuang ke tempat sampah."

Kata-kata ini berlaku untuk Justin dan Krisna.

Ekspresi di wajah Krisna tiba-tiba berubah. Dia menunjuk ke arah Hazel dan mengumpat dengan marah, "Bocah sialan! Coba katakan sekali! Cepat kembali dan katakan dengan jelas!"

Tidak peduli seberapa keras Krisna berteriak dan mengumpat, Hazel tidak menoleh ke arahnya dan langsung naik ke atas.

Krisna tidak punya tempat untuk melampiaskan kemarahan di dalam hatinya, jadi menghancurkan beberapa vas antik yang berharga.

Suara pecahan porselen yang terdengar keras mengiringi umpatan penuh kemarahan Krisna. Hazel menutup pintu kamarnya seolah-olah tidak mendengarnya.

Dia mengemas pakaian ganti dan beberapa barang penting ke dalam kopernya, bersiap untuk pindah.

Lucu rasanya mengatakan bahwa dia telah tinggal di rumah ini selama 22 tahun dan hanya memiliki sedikit barang di kamarnya.

Ketika Dania membawa Darra masuk ke dalam rumah, semua pakaian dan perhiasan indah di kamarnya diambil.

Dia menemui Krisna untuk meminta keadilan, tetapi Krisna hanya berkata, "Hazel, kamu itu seorang kakak, jadi harus mengalah pada adikmu. Ini hanya beberapa pakaian dan perhiasan, jangan terlalu perhitungan."

Selama 5 tahun, Darra mengosongkan semua barang berharga yang ada di kamar Hazel.

Satu-satunya yang tertinggal adalah sebuah cincin zamrud yang diberikan secara pribadi oleh ibunya sebelum meninggal.

Melihat warna dan kualitasnya, cincin itu jelas merupakan produk berkualitas tinggi. Hazel tidak tahu banyak tentang zamrud giok, tetapi dia tahu cincin itu pasti sangat berharga.

Cincin ini disimpan di brankas, tidak pernah Hazel keluarkan. Bahkan Krisna pun tidak tahu tentang keberadaan cincin ini.

Hazel mengusap cincin zamrud itu dengan lembut sambil mengaguminya. Lalu, dia memasukkannya ke dalam tas untuk dibawa pergi.

Di lantai bawah, Darra dan Dania masih duduk di sofa sambil menangis. Krisna membujuk mereka dengan tidak sabar.

Mendengar suara langkah kaki, Krisna langsung mendongak dan mengerutkan kening saat melihat koper yang dibawa Hazel.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Bukankah sudah cukup jelas? Tentu saja aku mau pindah. Karena kamu nggak pernah menganggapku sebagai anakmu, mulai sekarang kita jangan pernah saling berhubungan lagi. Kita ambil jalan sendiri-sendiri saja."

"Omong kosong! Ini rumahmu, kamu mau pindah ke mana?" Krisna tidak mengerti mengapa putrinya ini selalu menentangnya.

Jelas-jelas sikap Hazel sangat patuh dan pengertian ketika masih kecil. Namun, makin tumbuh dewasa, Hazel makin tidak bisa diatur.

Hazel membawa kopernya dan berdiri di depan Krisna.

Dia bertanya dengan geli, "Rumah? Apa ini benar-benar rumahku?"

Menatap matanya yang jernih dan cerah, entah kenapa Krisna merasa bersalah.

Hazel mengabaikannya, lalu mengalihkan perhatiannya pada Darra yang menyaksikan situasi ini dari samping. "Apa kamu pikir bisa menjadi bagian dari Keluarga Hardwin karena berhubungan dengan Justin? Heh, selama aku tidak menarik diri dari pernikahan, selama itu pula kamu nggak akan pernah mendapatkan apa yang kamu inginkan."

Hazel menyeret kopernya dan pergi tanpa menoleh ke belakang. Dia bahkan tidak menatap mereka lagi.

Melihat Hazel yang pergi dengan mantap, hati Darra terasa nyeri.

Matanya yang merah dipenuhi dengan dendam dan kebencian. Lalu, dia berteriak pada Hazel, "Hazel, kamu sangat kejam. Kak Justin bahkan nggak menyukaimu!"

Hazel menghentikan langkah kakinya dan mengendus, "Seberapa besar nilai rasa sukanya itu? Untuk apa aku membutuhkan rasa suka yang murahan ketika aku berstatus sebagai nyonya muda Keluarga Hardwin?"

Dia tidak berniat memberi tahu Keluarga Vandana bahwa dia dan Sergio sudah menikah. Dia mengatakan ini hanya untuk membuat Darra jengkel.

Yang paling penting bagi Darra adalah bisa menjadi bagian dari Keluarga Hardwin.

"Hazel, apa kamu pikir bisa menang dariku? Jangan harap! Kak Justin sudah berjanji akan menikahiku!"

Mungkin karena kesal dengan Hazel, kali ini Darra tidak peduli lagi dengan kepura-puraan yang selama ini dia tunjukkan. Dia langsung menguak tabiat aslinya.

Sebaliknya, Hazel masih bersikap tenang, seolah-olah yang diprovokasi bukanlah dirinya.

"Benarkah? Sejak kapan Justin bisa mengambil keputusan mewakili Keluarga Hardwin?"

Hazel mengatakannya dengan enteng, tetapi benar-benar membuat Darra marah.

Selama Liana masih ada, Justin tidak memiliki ruang untuk berbicara.

Oleh karena itu, janji Justin yang sangat Darra banggakan tidak ada artinya.

Darra melihat ejekan yang membara di mata Hazel dan tidak bisa lagi mengendalikan emosinya. Jadi, dia kembali mengumpat dengan marah, "Hazel sialan! Kamu benar-benar nggak tahu malu! Cepat batalkan pernikahan itu dengan kemauanmu sendiri!"

"Baiklah." Hazel mengatupkan kedua tangannya di dada dan menatap Darra dengan dingin.

Darra tertegun, menjawab dengan mata berbinar, "Benarkah?"

Dia tahu bahwa Hazel yang bodoh ini pasti akan melakukan apa yang dia perintahkan.

Namun, kata-kata yang diucapkan Hazel selanjutnya membuat harapannya benar-benar jatuh ke dalam jurang.

"Tentu saja. Selama kalian mengembalikan perusahaan ibuku padaku, aku akan setuju untuk mundur dari pernikahan. Bagaimana?"

"Hazel, anak sialan!" Krisna sangat marah sampai urat-urat di sudut dahinya melonjak. Dia menutupi dadanya yang berdegup kencang, merasa seperti napasnya akan berhenti kapan saja.

Hazel berpura-pura terkejut. "Nggak mau? Jangan bilang kalian ingin aku melakukannya tanpa imbalan? Mana ada hal menguntungkan seperti itu di dunia ini?"

Darra mengalihkan tatapan penuh harapnya pada Krisna.

JY Group yang sekarang hanyalah sebuah cangkang kosong. Ketika dia menikah dengan Keluarga Hardwin, uang sebanyak itu bukanlah apa-apa.

Krisna tetap bersikeras dan memelototi Hazel penuh kemarahan. "Jangan harap!"

Anak perempuan ini sepertinya terlahir untuk mengalahkannya!

JY Group adalah darah dari sebagian besar hidupnya. Walaupun sekarang perusahaan itu berada di ambang kebangkrutan karena manajemen yang buruk, Krisna tidak akan pernah melepaskannya.

Hazel menghela napas penuh penyesalan dan berbalik. "Karena kalian nggak mau, jadi lupakan saja. Aku sudah memberi kalian kesempatan, kalian sendiri yang nggak mau memanfaatkannya dengan baik. Kalian nggak boleh menyalahkanku."

Melihat punggung Hazel yang pergi dengan penuh percaya diri sambil menarik koper, napas Krisna makin terasa sesak.

Rasa sakit yang menusuk datang dari dadanya. Pandangannya berubah hitam, dia pun pingsan.

Begitu Krisna pingsan, Dania dan Darra langsung panik. Bahkan para pelayan yang tadinya bersembunyi untuk menyaksikan situasi ini pun berlarian keluar.

Keluarga Vandana menjadi kacau. Mereka akhirnya menelepon ambulans.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status