“Jangan lupa jam makan siang nanti kita akan menemui calon suami kamu.”
Aliika mendapatkan pesan dari Rama. Pesan itu terus berputar-putar di otaknya. Calon suami? Bahkan Aliika yakin dia tidak akan menerima laki-laki itu. Karena sebenarnya sejak lama ia sudah menentukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya, terlepas dari banyaknya kegagalan cinta yang Aliika alami. Meski kini itu suatu hal yang mustahil. Namun Aliika memiliki keyakinan dalam hati, bahwa hari itu akan tiba. Hari dimana ia akan berdiri di altar bersama orang yang dicintainya.
Kebahagiaan apalagi yang diinginkan para gadis didunia ini selain mengucapkan janji suci bersama orang yang mereka cintai?
Aliika menghela nafasnya. Kini ia berada di salah satu cafe favoritnya. Hari ini ia memiliki beberapa janji pertemuan, padat memang jadwal Aliika hari ini. Dirinya akan bertemu klien barunya dan bertemu orang yang akan dijodohkan dengannya.
Aliika adalah seorang desainer busana. Ia memiliki rekan dan klien dari kalangan atas yang bisa memberi harga busana rancangannya dengan harga yang sangat tinggi. Tentu saja karena kepiawaian gadis muda ini tak main-main. Aliika selalu bisa membuat klien-kliennya merasa terkesan dan kagum dengan busana rancangannya. Itu sebabnya Aliika cukup terkenal di kalangan pebisnis, artis dan kalangan atas lainnya. Tak kalah suksesnya dari Syifana Bundanya.
“Nona Aliika?” sapa seorang wanita dengan ramah kepadanya. Aliika tersenyum sambil bangkit dari duduknya.
“Iya saya Aliika. Mari, Ms. Denise silahkan duduk.” ucap Aliika dengan sopan mempersilahkan wanita yang terlihat sedikit lebih tua dari nya untuk duduk di salah satu kursi samping Aliika. Mereka memesan minuman untuk dinikmati sambil membicarakan tentang rancangan busana itu.
“Jadi, Ms. Denise ingin busana untuk acara apa?” tanya Aliika dengan sopan.
“Begini Nona, saya ingin sebuah gaun pengantin untuk pernikahan putri saya. Dengan model yang simpel namun elegan.”
Aliika mengangguk, “Lalu untuk warnanya?” tanya Aliika saat mencatat apa yang diinginkan dari kliennya ini.
“Putih tulang dengan payet an mutiara berbentuk angsa di bagian depan.”
Aliika lalu menyerahkan album foto dari hasil rancangannya.
“Astaga ini bagus sekali.” ucap Denise menunjuk kearah gambar yang ia inginkan.
Aliika tersenyum, “Jika anda mau, saya akan memadukan dengan gaun yang sudah kita bicarakan tadi.”
“Bisakah?” tanya Denise tidak percaya.
“Ya, anda percayakan saja kepada saya. Saya akan memberikan yang terbaik untuk hari istimewa putri anda.”
“Terimakasih Nona. Saya pergi dulu. Uang muka akan saya transfer hari ini juga, baiklah saya permisi.”
Aliika tersenyum melihat kepergian wanita itu. Aliika menghela nafasnya. Ia kembali mendapatkan kepercayaan dari orang lain dan Aliika berharap semoga ia tak pernah mengecewakan mereka.
******
Aliika berjalan tergesa gesa menuju area privat room yang diberitahukan oleh pelayan restoran, tempat dimana ia akan bertemu dengan laki-laki itu. Aliika sudah terlambat selama tiga puluh menit karena jalanan yang sangat macet. Semoga saja Ayahnya tidak marah karena ia terlambat.
Aliika melihat pintu ruangan itu. Ia menghirup nafas dalam dan menghembuskannya.
Tok tok tok
Aliika mengetuk pintu itu kemudian dengan sangat pelan ia membukanya.
“Selamat siang semuanya.” sapa Aliika pada orang-orang disana.
Kedua orangtuanya dan dua orang dengan pawakan sama seperti kedua orangtuanya yang diyakini Aliika adalah orangtua dari laki-laki yang akan dijodohkan dengannya, menatap Aliika bersamaan.
Syifana melihat penampilan putrinya itu dengan sedikit terkejut. Syifana langsung bangkit dari duduknya dan menemui Aliika yang masih berdiri diambang pintu.
Syifana berbisik di telinga Aliika, “Kamu kok pakai baju ini sih. Kenapa ga pakai dress yang Bunda berikan?”
Aliika menyengir dan menampilkan dua jari peace nya.
“Maaf Bun. Tadi buru-buru jadi tidak sempat ganti.”
“Ya sudah tidak apa-apa. Ayo sekarang beri salam kepada tuan dan nyonya Guwanna.” ucap Syifana.
Aliika terdiam. Ia tahu nama itu, mungkinkah? Tapi banyak orang yang memilih nama itu sebagai marga mereka, Aliika memilih untuk menepis pikiran itu. Ia berjalan kemudian mencium tangan kedua orang tua itu dan menyapa mereka dengan ramah.
“Jangan panggil nyonya Guwanna. Panggil saja mama Miranda ya.” ucap wanita paruh baya itu setelah Aliika menyalaminya. Aliika tersenyum dan mengangguk.
Aliika mengambil duduk di sofa tepat di antara Rama dan Syifana. Ia tak menemukan laki-laki itu. Laki-laki yang akan dijodohkan dengannya. Apa laki-laki itu tidak datang?
Gadis itu berharap kalau laki-laki itu tidak datang agar setidaknya yang merasa dirugikan adalah pihak laki-laki itu bukan pihak Aliika. Lagipula Aliika benar-benar benci jika harus dijodoh-jodohkan seperti ini seperti jaman siti nurbaya saja. Jika tidak karena dirinya sangat menyayangi orangtuanya mungkin saja Aliika memilih untuk tetap di butik mengurus busananya.
Dia sebenarnya tidak bermaksud menolak untuk menjelekkan keluarga laki-laki itu, tetapi mengingat kejadian-kejadian yang lalu. Kehancuran dalam masalah percintaan, dan gadis itu terus berusaha untuk menyembuhkan sendiri lukanya dan tidak ingin terlarut dalam trauma. Kejadian-kejadian itu membuatnya berpikir bahwa semua laki-laki sama brengseknya, selalu menganggap bahwa wanita mudah untuk dipermainkan.
“Aliika sangat cantik ternyata. Ya kan, Pa?” ucap Miranda pada suaminya yang kemudian dibalas dengan anggukan dan tersenyum.
“Saya juga banyak mendengar nama kamu dari teman saya. Mereka sangat suka dengan busana rancangan kamu, kamu sangat hebat.” Tambah Miranda.
Aliika tersenyum malu, “ Terimakasih.”
“Rama kamu sangat beruntung. Anakmu ini sangat berbakat hingga bisa meraih kesuksesan di usia yang terbilang masih muda.”
Kali ini Robert juga menyuarakan pendapatnya tentang Aliika. Rama yang duduk bersandar di sofa kini menegakkan tubuhnya sambil terkekeh pelan.
“Putramu juga sukses Rob. Kenapa kau iri padaku?” ucap Rama dengan nada jenaka. Membuat Robert ikut terkekeh pelan.
“Kau benar, dia putra kebanggaanku.” balas Robert dengan tersenyum.
Tok tok tok
Ceklek..
Pintu ruangan itu terbuka. Aliika dapat mendengar suara langkah kaki masuk ke ruangan itu. Namun Aliika sama sekali tak menoleh karena dia mendapat pesan dari seseorang sehingga ia membukanya terlebih dahulu. Ia terus menunduk hingga tidak menyadari bahwa sosok yang tadinya berjalan itu telah menghentikan langkahnya.
“Kenapa lama sekali?” tanya Miranda.
“Maaf, toiletnya antri.”
Deggh
Suara itu. Aliika tau suara itu. Itu adalah suara yang sangat dirindukannya selama ini. Tiba-tiba tubuh Aliika membeku. Namun ia berusaha keras untuk bisa menggerakkan kepalanya dan melihat ke arah orang yang telah duduk di hadapannya itu. Aliika membelalakkan matanya.
Gadis itu benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Orang itu, yang kini sedang menatapnya datar adalah laki-laki yang ia harapkan kehadirannya selama ini. Dan kini harapannya terwujud. Laki-laki itu ada disini.
“Kak Sagara…” lirih Aliika.
Namun laki-laki yang dipanggil itu sama sekali tak bergeming. Tak memberikan respon apapun. Bahkan tersenyum sedikit saja tidak. Seolah kehadiran Aliika tak berpengaruh apapun untuk dirinya. Berbeda dengan Aliika yang kini sudah berkaca-kaca. Bahkan pandangannya sudah mengabur karena air mata yang menggenang.
Tes
Satu tetes air mata jatuh. Sagara yang melihat itu langsung memalingkan wajahnya.
“Sayang kamu kenapa menangis?” tanya Miranda yang khawatir karena melihat Aliika yang tiba-tiba menangis tanpa sebab.
Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, “Enggak tante, eh Mama maksudnya. Alikka cuman kelilipan aja.”
Sangkal Aliika kemudian berusaha mengusap air matanya. Rama dan Syifana saling bertatapan. Mereka tau apa yang terjadi pada putri mereka. Namun mereka memilih untuk tetap diam.
“Ya sudah sekarang kalian saling berkenalan saja ya. Kita akan memberikan waktu untuk kalian berdua. Ayo, Pa.” Miranda mengajak suaminya untuk pergi dari sana meninggalkan Aliika dan Sagara berdua di private room itu.
Rama dan Syifana pun ikut pergi. Sebelum itu Syifana mengecup puncak kepala Aliika untuk memberikan kekuatan padanya. Karena Syifana tau ini berat untuk Aliika.
Kini tinggallah Aliika dan Sagara. Mereka masih sama-sama diam. Sagara bahkan sudah sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Aliika yang masih menatapnya dengan pandangan tak percaya.
Sagara kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku saat merasa jenuh dengan situasi ini. Sejak tadi ia menunggu Aliika membuka suara. Namun ternyata gadis itu sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun. Gadis itu malah diam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Tanpa mengeluarkan suara isakan Aliika terus menatap arah Sagara.
“Ada yang mau kamu tanyakan ke aku?” ucap Sagara memecahkan keheningan. Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat mendengar suara Sagara lagi. Seakan ia dikembalikan dari lamunannya.
Suara berat yang sangat Aliika rindukan selama empat tahun lebih lamanya. Wajah yang sangat amat Aliika kenali, dan juga rasa familiar yang dulu pernah ada seakan muncul kembali. Bahagia, seharusnya itu yang harus Aliika rasakan saat ini bukan?
“Banyak.” jawab Aliika pelan. Sagara menganggukkan kepalanya pelan kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa. Melihat ke arah Aliika dengan tatapan dingin.
Sejuta pertanyaan telah bersemayam di otak dan benak Aliika. Ini kesempatannya untuk mengetahui apa penyebab Sagara meninggalkannya empat tahun yang lalu. Ya, Sagara sosok yang sudah Aliika pilih sedari awal untuk menjadi jodohnya, sosok yang menjadi alasan mengapa Aliika menolak perjodohan. Dirinya tidak tahu ternyata yang dijodohkannya adalah sosok yang ia tunggu selama ini.
Singkat cerita Sagara dan Aliika adalah sahabat dekat bahkan Sagara juga dekat dengan Andrian dan sahabatnya Lola. Mereka berdua memendam rasa saat di bangku SMA, sebuah kehangatan yang selalu diberikan oleh Aliika untuk Sagara. Membuat laki-laki itu jatuh hati padanya. Semakin dekat hubungan mereka semakin serius pula alurnya. Namun kembali pada fakta bahwa semakin dekat suatu hubungan tidak menjamin hubungan itu akan aman.
Aliika dikejutkan dengan keputusan Sagara yang memilih untuk berkuliah di Aussie dan meninggalkan Aliika bahkan tanpa berpamitan. Dirinya tahu Sagara di Aussie saja karena kabar dari Lola. Menyakitkan? Tentu saja, tidak ada di dunia ini yang rela pasangannya pergi begitu saja tanpa sebab. Aliika kemudian mencoba untuk move on selama kurang lebih empat tahun.
And now?
Dirinya kembali dipertemukan, mungkin ini yang disebut takdir. Aliika berharap Sagara mau menjelaskan alasan dia meninggalkan Aliika saat itu.
“Aku batasi, tiga pertanyaan saja. Jika tidak setuju lebih baik aku langsung pergi saja dari sini, karena aku sangat muak dengan suasana ini.” ucap Sagara dingin.
Degh
“Kenapa? Harusnya aku boleh dong banyak tanya karena memang otak ku sudah dipenuhi dengan pertanyaan yang sangat ingin aku ketahui jawabannya.”Aliika membalas tatapan Sagara dengan menantang, dirinya tak ingin kalah juteknya dengan laki-laki yang ada di hadapannya ini.Sagara menyeringai, “Karena aku bukan google yang dirancang untuk menjawab semua pertanyaan mu.”Aliika sedikit tersenyum, sekuat tenaga ia menahan tawanya agar tetap terlihat jutek di hadapan Sagara. Bisa-bisanya dengan tampang dingin namun masih bisa melawak.“Kak Sagara ngelawak?”“Menurutmu?”Tidak! Menurut Aliika, Sagara tidak sedang melawak dilihat dari raut wajahnya saja sudah kelihatan. Menampakkan ekspresi yang datar dan tajam menatap. Aliika mengusap kedua pipinya kemudian menghembuskan nafas panjang. Berhadapan dengan Sagara membutuhkan kesabaran ekstra karena benar-benar Sagara lebih dingin kepadanya.“Kak Sagara tidak mau tanya sesuatu juga ke aku gitu?” tawar Aliika, yang membuat Sagara menaikkan sebelah
Andrian dan Aliika langsung menoleh kearah yang dipandang oleh Lola. Ternyata benar, Sagara berdiri disana. Menatap Lola dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sedangkan di sisi lain seseorang menatap laki-laki itu dengan tatapan sendu.“Sagara.. kamu disini?” tanya Lola lagi. Sagara masih terdiam di tempat tak menggubris ucapan yang sudah dua kali Lola lontarkan padanya.Andrian yang sudah memendam amarah kepada Sagara langsung bangkit dari duduknya. Menatap tajam Sagara dengan ekspresi memperlihatkan sebuah dendam yang nampak tersirat.“Ngapain kamu disini!”Andrian kemudian berjalan mendekat ke arah Sagara dan telah berdiri tepat di hadapan laki-laki itu. Namun hal itu tidak membuat Sagara mengalihkan perhatiannya dari Lola.“Kamu kenapa La?”BughhSatu pertanyaan yang lolos dari bibir Sagara langsung dihadiahi oleh bogeman mentah dari Andrian. Membuat Sagara langsung tersungkur disana. Pengunjung lain langsung bergerombol ke tempat mereka. Mencari tahu apa yang terjadi.“Kak A
Aliika terbangun ketika mendengar suara dari nakas samping tempat tidurnya. Dengan mata masih berat untuk terbuka ia mencari asal suara itu. Dan ternyata itu karena ponselnya yang berdering. Aliika terkejut ketika melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dan pesan singkat di ponselnya. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah, itu semuanya dari Sagara. Tak pikir lama Aliika langsung menelpon Sagara kembali.“Halo Kak..” Aliika langsung menjauhkan ponselnya saat suara bising keras terdengar ketika sambungan diterima.“Halo.. ini Aliika ya? Eh kamu bisa kesini nggak? Aku temannya Sagara, dia lagi mabuk di club.” ucap seseorang di seberang sana.Aliika membulatkan mata, “ Apa! Terus?” tanya Aliika panik.“Nanti aku jelasin. Yang penting kamu kesini dulu, aku kirim alamatnya ya.”“Oke.”Sambungan telepon terputus.Aliika sangat panik. Ia melihat ke arah jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas dini hari. Aliika bingung harus berbuat apa. Namun ia sangat ingin menjemput
Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, buih air telah memenuhi kelopak matanya. Namun dari situ Aliika terpikirkan untuk mencoba nama Chalila. Dan ternyata… benar. Aliika tercengang. Sagara benar menggunakan namanya.Tanpa pikir panjang Aliika membopong tubuh Sagara masuk kedalam apartemen itu. Terdapat dua kamar di lantai itu, Aliika membawa masuk Sagara menuju salah satu kamar disana. Ia tak peduli benar atau tidaknya itu kamar Sagara. Yang terpenting ia bisa segera membaringkan Sagara, karena gadis itu sudah sangat lelah menopangnya.Sagara langsung terbaring diatas ranjang. Bahkan posisinya juga tidak benar. Aliika membuka sepatu Sagara dengan telaten dan hati-hati. Kemudian ia menata bantal untuk Sagara dan berusaha membenarkan posisinya. Aliika berniat untuk ke pantry mengambil segelas air putih agar nantinya saat Sagara sadar ia bisa meminum air itu.Namun saat Aliika akan bangkit dari ranjang, Sagara menahan tangan gadis itu. Menariknya hingga terjatuh diatas tubuh laki-laki itu.
Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari mengganggu ketenangan tidurnya. Ia menggeliat nyaman dalam tidurnya enggan untuk membuka matanya yang terlihat seperti tumpukan lemak itu. Ia berencana melanjutkan tidur nya jika saja dirinya tidak merasakan semilir angin AC mengalir lembut di tubuh bagian atas nya yang hanya tertutupi oleh selimut tipis namun berbulu.Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menyibakkan selimutnya dan mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur. Kening nya mengkerut praktis tepat saat ia menoleh ke nakas samping tempat tidur nya. Terdapat sebuah kemeja oversize terlipat rapi disana. Aliika menduga itu adalah kemeja Sagara yang disediakan untuknya.Aliika kemudian berdiri, langkahnya sedikit sempoyongan sepertinya faktor ia menangis hingga membuat cairan di tubuhnya berkurang dan membuatnya lemah. Gadis itu maju selangkah demi selangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu.Setelah selesai membersihkan diri
Andrian mencari keberadaan Aliika. Ternyata gadis itu tengah duduk di dekat jendela yang langsung menampilkan pemandangan jalanan kota Jakarta yang masih sepi. Gadis itu terlalu sibuk dengan buku di depannya ini. Ditemani secangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panasnya.Aliika tak memperdulikan laki-laki yang sudah duduk di depannya. Ia tetap fokus mengguratkan pensilnya di atas lembaran buku yang sudah dipenuhi dengan coretan desain busana milik Aliika. Aliika memutuskan untuk fokus saja dengan klien butik yang semakin ramai dan melupakan kejadian beberapa hari yang lalu antara ia dengan Sagara.Ia berusaha meraih cangkir kopi yang ada diatas meja tanpa melepaskan pandangannya dari buku itu, karena fokus dengan setiap garis yang ia bentuk.Ia baru sadar tak menemukan benda yang dirinya cari. Gadis itu benar-benar ingin melempari laki-laki di depannya ini dengan penghapus di samping bukunya atau menamparnya dengan penggaris besi yang ia bawa. Tapi Aliika mengurungkan niat itu kare
Wanita paruh baya itu dengan lihai bergerak mengoleskan kuas make up ke wajah cantik Aliika. Merias wajah itu sedemikian rupa dengan make up tipis ala korea untuk membuat penampilan putrinya itu semakin sempurna. Rambut panjang Aliika juga tak terlewatkan. Syifana menatanya dengan indah.Mengepang sedikit bagian pelipis kanan dan kiri rambut Aliika kemudian disatukan ke belakang. Syifana juga memberikan sentuhan curly pada rambut Aliika untuk semakin menambah kesan elegan.“Voila.. ” ucap Syifana dengan riang. Wanita paruh baya itu seakan puas dengan hasil karyanya sendiri. Seakan Aliika dijadikannya sebagai bahan percobaan MUA nya.Aliika menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah senyum terukir di bibirnya.Aliika mengangguk-anggukan kepalanya dengan mulut ia turunkan ke bawah seperti meledek, “Ya.. lumayan lah. Haha.” Ucap Aliika dengan sedikit tertawa lucu.“Kok lumayan sih, ini bagus tau..” sungut Syifana kesal dengan penilaian putrinya itu.“Haha, bagus Bunda. Bagus banget malah
Sagara tersenyum sekilas saat mendapatkan ucapan selamat dari para tamu undangan. Sedangkan Aliika terlihat tersenyum paksa. Tamu undangan juga tidak hanya mengucapkan selamat pada Sagara, Rama dan Robert juga menerimanya. Para tamu undangan berharap hubungan Rama dan Robert dapat semakin dekat dengan terjalinnya hubungan antara Sagara dan Aliika.Musik romantis mulai dimainkan. Ruangan itu dipenuhi dengan lautan manusia yang menikmati meriah nya pesta. Bahkan para pasangan mulai berdansa, tak ketinggalan kedua orang tua Sagara dan Aliika.Andrian? Laki-laki itu entah pergi kemana, batang hidungnya tak terlihat. Atau mungkin mereka melupakan keberadaan Andrian buaya jomblo itu.Jarak Aliika dan Sagara cukup dekat. Bahkan mereka bisa merasakan deru nafas masing-masing. Aliika tak berani menatap Sagara. Mereka hanya bergerak pelan mengikuti alunan musik yang diputar.“Al..” panggil Sagara dengan lirih. Membuat Aliika sedikit mendongak dengan ragu untuk menatapnya.“Iya Kak?” jawab Aliik