Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, buih air telah memenuhi kelopak matanya. Namun dari situ Aliika terpikirkan untuk mencoba nama Chalila. Dan ternyata… benar. Aliika tercengang. Sagara benar menggunakan namanya.
Tanpa pikir panjang Aliika membopong tubuh Sagara masuk kedalam apartemen itu. Terdapat dua kamar di lantai itu, Aliika membawa masuk Sagara menuju salah satu kamar disana. Ia tak peduli benar atau tidaknya itu kamar Sagara. Yang terpenting ia bisa segera membaringkan Sagara, karena gadis itu sudah sangat lelah menopangnya.
Sagara langsung terbaring diatas ranjang. Bahkan posisinya juga tidak benar. Aliika membuka sepatu Sagara dengan telaten dan hati-hati. Kemudian ia menata bantal untuk Sagara dan berusaha membenarkan posisinya. Aliika berniat untuk ke pantry mengambil segelas air putih agar nantinya saat Sagara sadar ia bisa meminum air itu.
Namun saat Aliika akan bangkit dari ranjang, Sagara menahan tangan gadis itu. Menariknya hingga terjatuh diatas tubuh laki-laki itu. Aliika terperanjat matanya membulat sempurna menatap dada bidang Sagara yang berbalut kemeja itu, Aliika berusaha menahan dengan menggunakan tangannya agar tubuh gadis itu dapat menjauh dari dada Sagara.
Namun lagi-lagi Sagara menahannya, “Aku mau kamu sekarang!” raung Sagara dengan suara parau. Sepertinya pikiran Sagara sudah kacau. Alkohol itu berhasil mempengaruhi jalan pikiran Sagara.
“Ha! Maksud Kak Sagara ap…mmmph.” Aliika terkejut saat Sagara langsung melahap bibir ranumnya. Kedua tangan Aliika terus memukul dada Sagara dan mencoba untuk berdiri. Bak elang yang berhasil menangkap mangsanya, Sagara membalik posisinya. Hingga kini ia yang berada di atas Aliika.
Tangan laki-laki itu kuat mencengkram pergelangan tangan Aliika. Sagara menghentikan aksinya sesaat, matanya menelisik lekuk tubuh gadis itu. Meskipun masih berbalut kain, tetapi seakan transparan, mata Sagara dapat dengan jelas melihat apa yang dibalik kain itu.
Sagara kemudian kembali melumat bibir Aliika dengan kasar. Ia terus melumat bibir Aliika tanpa ampun. Gadis itu berusaha melawan namun tak bisa. Ia hampir kehabisan nafas dan ingin muntah merasakan aroma dan rasa alkohol yang masih tersisa di mulut Sagara.
“Kak Sagara…. Lepasin aku.” Rintih Aliika saat Sagara menekan kedua pergelangan tangannya dan membawanya ke atas kepala. Aliika tak bisa berkutik sama sekali.
“Aku mau kamu!”
“Kak Sagara sadar Kak… ini gak be..emmphh.” Mulut Aliika kembali terbungkam oleh mulut Sagara. Air mata mulai mengalir di kedua pipinya. Sagara tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Dan Aliika takut dengan ini. Apalagi saat Sagara mulai meremas buah dadanya dengan kasar meski ia masih berpakaian lengkap. Sagara terus mencumbui Aliika.
Sagara kemudian melepas kasar cardigan yang masih melekat melapisi kaos tipis Aliika. Suara isakan tangis Aliika tidak membuat Sagara sadar. Ia malah semakin mengganas melakukan aksinya.
Krekk
Aliika semakin ketakutan saat Sagara merobek baju gadis itu dengan brutal nya. Dan saat itulah, Aliika merasakan dunianya seakan runtuh. Saat Sagara yang selama ini Aliika harapkan mulai melecehkan dirinya.
Aliika menangis sesenggukan saat tubuh bagian atasnya sudah tak tertutup sehelai benang pun. Ia terus berteriak dan meronta agar Sagara menyudahi semua ini, namun Sagara sama sekali tak menghiraukannya. Seakan telinganya sudah tuli.
Sagara terus mencumbui Aliika dengan rakus. Bahkan bibir Aliika sudah mulai perih karena terluka atas kasarnya Sagara. Dan seakan belum puas, saat ini Sagara sedang membuat karya di leher Aliika begitu juga di dadanya.
“Kak Sagara… aku mohon Kak hiks.. jangan seperti ini… aku takut..” isak Aliika. Dan seakan dihantam oleh kenyataan, Sagara langsung tersadar dengan apa yang dilakukannya.
Sagara terdiam. Menatap mata Aliika yang berair dan menyorotkan rasa ketakutan padanya. Tanpa mengatakan apapun Sagara langsung turun dari atas tubuh Aliika. Memberikan selimut untuk menutupi tubuh gadis itu. Aliika langsung menerimanya dan menutupi tubuhnya dengan erat.
Isakan masih terdengar keluar dari bibir gadis itu. Membuat Sagara semakin merasa bersalah. Sagara duduk di pinggiran ranjang. Ia meremas dan mengacak rambutnya frustasi.
“Arrggh.” Geram Sagara, membuat Aliika semakin terisak. Aliika tak pernah melihat Sagara seperti ini.
Tiba-tiba kepala Sagara merasakan nyeri dan kesakitan. Tak ingin membiarkan Aliika tahu apa yang dirasakannya, Sagara langsung keluar dari kamar itu dan meninggalkan Aliika sendirian disana.
Aliika masih menangis menatap kepergian Sagara. Isakannya semakin kencang menggema di ruangan itu. Ia kecewa pada Sagara. Walaupun sebenarnya Sagara belum bertindak sejauh itu, namun tetap saja ia merasakan bahwa harga dirinya telah hancur.
Aliika semakin erat memeluk selimut yang Sagara berikan beberapa menit yang lalu sebelum kepergian laki-laki itu, yang Aliika tidak ketahui Sagara pergi kemana. Ia tak peduli, yang terpenting saat ini adalah bagaimana cara mengembalikan mentalnya dan memberitahu Ayahnya tentang kelakuan Sagara padanya saat ini.
*******
Sagara terduduk lemas di sudut lantai sebuah ruangan tepat di samping kamar Aliika yang saat ini masih terisak menangis. Laki-laki itu menyembunyikan ceruk kepalanya di dalam kedua tangannya yang sudah ia silangkan.
Ruangan yang saat ini Sagara tempati ternyata kedap suara. Ia dapat leluasa melampiaskan amarahnya karena telah menyakiti Aliika di ruangan itu. Semua barang ia lemparkan ke arah tembok putih yang saat ini telah penuh noda berwarna merah akibat botol wine yang Sagara lemparkan barusan.
Ranjang dengan bed cover berwarna hitam legam itu pun turut terkena imbasnya, lusuh berantakan terlepas karena tangan Sagara yang menariknya. Membuangnya ke sembarang arah hingga tak sengaja mengenai vas bunga yang berada di atas nakas samping pintu.
Melihat potongan-potongan dari vas bunga yang sudah hancur tak berbentuk itu. Kemudian Sagara menatap pecahan itu, entah bisikan dari mana yang membuat Sagar mengambil pecahan berbentuk segitiga yang ujungnya runcing.
Pergelangan tangannya telah ia siapkan menghadap ke atas, kemudian ia dekatkan benda runcing itu tepat ke arah nadinya. Ingin sekali ia langsung memotong pipa yang mengalir cairan berwarna merah segar di bawah kulitnya itu.
Sagara sifatnya yang dingin, tidak bisa terelakkan bahwa dia juga seorang manusia yang dapat mengeluarkan air mata juga. Kini matanya telah memerah, air dari kelopak matanya sudah siap untuk meluncur ke pipi menuju lehernya. Ia melempar benda runcing tadi, dan mulai mengacak-acak rambutnya.
“HAH!! AKU BENCI DIRIKU! AKU BENCI DUNIA! HAAAAA!”
Teriak Sagara sekencang-kencang nya. Ia kemudian bersujud, meminta maaf dengan memanggil nama seseorang yang sebenarnya masih sangat ia cintai. Aliika, ya benar Aliika sosok yang ia harapkan untuk memaafkan atas kesalahan yang telah laki-laki itu perbuat hari ini.
Di ruangan lainnya, Aliika masih terbujur lemah diatas ranjang itu. Matanya sembab, telaga yang terbentuk di kelopak mata itu pun telah kering beberapa menit yang lalu. Gadis itu sudah tak mampu lagi untuk mengeluarkan air matanya.
Dia diam termenung menatap langit-langit ruangan itu. Cahaya lampu yang terang menyinari ruangan itu, tapi tidak dengan Aliika. Meskipun gadis itu terkena pantulan cahaya lampu tapi tidak dengan hidupnya sekarang. Gelap, suram, menyedihkan, menyakitkan semua nya telah menghujani Aliika tanpa memberikan jeda dan belas kasihan.
Ia kemudian mencoba bangkit dari ranjang nya untuk meraih gagang pintu itu dan menguncinya. Ingin sekali ia kembali ke rumah tetapi sudah larut malam dan keadaan yang kotor dan menjijikkan seperti ini sepertinya tak pantas untuk menapaki rumah nya. Gadis itu akhirnya pasrah dan kantuk menyerangnya. Membuat Aliika memejamkan matanya meski masih dengan nafas sesenggukannya.
Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari mengganggu ketenangan tidurnya. Ia menggeliat nyaman dalam tidurnya enggan untuk membuka matanya yang terlihat seperti tumpukan lemak itu. Ia berencana melanjutkan tidur nya jika saja dirinya tidak merasakan semilir angin AC mengalir lembut di tubuh bagian atas nya yang hanya tertutupi oleh selimut tipis namun berbulu.Aliika mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menyibakkan selimutnya dan mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur. Kening nya mengkerut praktis tepat saat ia menoleh ke nakas samping tempat tidur nya. Terdapat sebuah kemeja oversize terlipat rapi disana. Aliika menduga itu adalah kemeja Sagara yang disediakan untuknya.Aliika kemudian berdiri, langkahnya sedikit sempoyongan sepertinya faktor ia menangis hingga membuat cairan di tubuhnya berkurang dan membuatnya lemah. Gadis itu maju selangkah demi selangkah menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar itu.Setelah selesai membersihkan diri
Andrian mencari keberadaan Aliika. Ternyata gadis itu tengah duduk di dekat jendela yang langsung menampilkan pemandangan jalanan kota Jakarta yang masih sepi. Gadis itu terlalu sibuk dengan buku di depannya ini. Ditemani secangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panasnya.Aliika tak memperdulikan laki-laki yang sudah duduk di depannya. Ia tetap fokus mengguratkan pensilnya di atas lembaran buku yang sudah dipenuhi dengan coretan desain busana milik Aliika. Aliika memutuskan untuk fokus saja dengan klien butik yang semakin ramai dan melupakan kejadian beberapa hari yang lalu antara ia dengan Sagara.Ia berusaha meraih cangkir kopi yang ada diatas meja tanpa melepaskan pandangannya dari buku itu, karena fokus dengan setiap garis yang ia bentuk.Ia baru sadar tak menemukan benda yang dirinya cari. Gadis itu benar-benar ingin melempari laki-laki di depannya ini dengan penghapus di samping bukunya atau menamparnya dengan penggaris besi yang ia bawa. Tapi Aliika mengurungkan niat itu kare
Wanita paruh baya itu dengan lihai bergerak mengoleskan kuas make up ke wajah cantik Aliika. Merias wajah itu sedemikian rupa dengan make up tipis ala korea untuk membuat penampilan putrinya itu semakin sempurna. Rambut panjang Aliika juga tak terlewatkan. Syifana menatanya dengan indah.Mengepang sedikit bagian pelipis kanan dan kiri rambut Aliika kemudian disatukan ke belakang. Syifana juga memberikan sentuhan curly pada rambut Aliika untuk semakin menambah kesan elegan.“Voila.. ” ucap Syifana dengan riang. Wanita paruh baya itu seakan puas dengan hasil karyanya sendiri. Seakan Aliika dijadikannya sebagai bahan percobaan MUA nya.Aliika menatap pantulan dirinya di cermin. Sebuah senyum terukir di bibirnya.Aliika mengangguk-anggukan kepalanya dengan mulut ia turunkan ke bawah seperti meledek, “Ya.. lumayan lah. Haha.” Ucap Aliika dengan sedikit tertawa lucu.“Kok lumayan sih, ini bagus tau..” sungut Syifana kesal dengan penilaian putrinya itu.“Haha, bagus Bunda. Bagus banget malah
Sagara tersenyum sekilas saat mendapatkan ucapan selamat dari para tamu undangan. Sedangkan Aliika terlihat tersenyum paksa. Tamu undangan juga tidak hanya mengucapkan selamat pada Sagara, Rama dan Robert juga menerimanya. Para tamu undangan berharap hubungan Rama dan Robert dapat semakin dekat dengan terjalinnya hubungan antara Sagara dan Aliika.Musik romantis mulai dimainkan. Ruangan itu dipenuhi dengan lautan manusia yang menikmati meriah nya pesta. Bahkan para pasangan mulai berdansa, tak ketinggalan kedua orang tua Sagara dan Aliika.Andrian? Laki-laki itu entah pergi kemana, batang hidungnya tak terlihat. Atau mungkin mereka melupakan keberadaan Andrian buaya jomblo itu.Jarak Aliika dan Sagara cukup dekat. Bahkan mereka bisa merasakan deru nafas masing-masing. Aliika tak berani menatap Sagara. Mereka hanya bergerak pelan mengikuti alunan musik yang diputar.“Al..” panggil Sagara dengan lirih. Membuat Aliika sedikit mendongak dengan ragu untuk menatapnya.“Iya Kak?” jawab Aliik
Tok tok tokSuara pintu membuat Aliika menoleh dari pandangan yang tadi ia fokuskan pada pemandangan luar yang ia lihat dari balkon rumah nya. Langit senja yang menandakan bahwa malam akan segera tiba. Matahari bergerak tenggelam dan akan digantikan oleh bulan yang bersinar terang.“Masuk.” Ucap Aliika. Muncullah Bi Jum pembantu di rumah Aliika.“Nona Aliika, anda ditunggu nyonya di ruang makan.” Ujar Bi Jum, kepalanya tertunduk tak menatap Aliika.“Baiklah, aku akan kesana. Terimakasih, Bi Jum.”Bi Jum mengangguk sambil membungkuk. Kemudian keluar dari sana. Aliika pun ikut keluar. Ia berjalan dengan santai menuju ruang makan. Saat akan sampai, ia dapat melihat Syifana dan Andrian sedang berbincang. Gadis itu pun mengambil duduk di sebelah Andrian dan berhadapan dengan Syifana.“Ada apa, Bun?” tanya Aliika.“Kamu hari ini pergi ke toko bunga ya, untuk membeli bunga guna persiapan mengunjungi makam orangtua Andrian.” Ucap Syifana. Aliika mengerutkan keningnya bingung.“Tumben. Biasany
“Kak Sagara?” Setelah berhasil keluar dari kerumunan itu Aliika berhenti sebentar mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Tak lama kemudian Sagara meninggalkan Aliika untuk mengambil mobil yang ia parkir kan di pinggir jalan. Mobil itu kemudian sudah mendarat tepat di depan Aliika berdiri saat ini. Ia melihat seorang laki-laki yang sangat fokus menatap kedepan tanpa menoleh ke arah gadis itu. Gadis itu masih terdiam di tempat. “Kamu gak mau masuk?” ucapnya dingin. Tanpa mengatakan apapun Aliika langsung masuk. Ia menoleh ke arah Sagara, laki-laki itu seperti enggan untuk menatapnya. Entah jijik karena rambut Aliika yang sudah berantakan amburadul gara-gara kerumunan di dalam toko tadi ataukah memang Sagara bersikap dingin karena masalah sebelumnya. Gadis itu menurunkan kaca yang berada di depan langit-langit mobil, merapihkan sedikit rambutnya yang acak adul seperti orang gila. “Pakai seatbeltnya.” Ucap Sagara. Aliika mengangguk dan akan mengambil seatbelt nya sebelum tiba-tib
Sagara kemudian berjalan cepat menuju mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun pada Aliika. Aliika berusaha berjalan cepat untuk menyamakan langkah nya dengan Sagara. Namun fisiknya tak bisa berbohong, kakinya terasa sangat nyeri. Dan akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan duduk disana. Sagara menoleh kemudian berdecak sebal. Ia pun berjalan lawan arah dari mobilnya, tanpa mengatakan apapun Sagara langsung menggendong tubuh Aliika seperti tanpa beban. Kemudian membawanya masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Aliika hanya diam. Tak mau berbicara ataupun melihat ke arah Sagara. Ia tak tahu harus bagaimana. Perasaannya campur aduk. Belum lagi tubuhnya terasa remuk. Namun Aliika dapat merasakan jika Sagara sedang melihat ke arahnya. “Kenapa kamu pergi gitu aja?” tanya Sagara dengan suara dingin. Aliika terdiam tak menjawab. “JAWAB, Al!!” bentak Sagara, membuat Aliika terkejut. Aliika menoleh ke arah Sagara. Menatap sendu laki-laki itu dengan kelopak mata sudah tergenang oleh air.
Sagara membuka kedua matanya saat merasakan sesuatu yang hangat mengenai ceruk lehernya. Sebuah senyuman akhirnya terbit di bibir Sagara saat mengetahui itu adalah deru nafas Aliika yang sedang tidur terlelap. Entah sadar atau tidak, Aliika tidur sambil memeluk Sagara. Menyembunyikan wajah cantik itu di ceruk leher Sagara.Sagara hanya diam karena ia tak ingin mengganggu Aliika. Sagara tahu pasti gadis itu sangat kelelahan setelah apa yang terjadi semalam. Ia memilih membiarkan gadis itu beristirahat dalam tidur nyenyaknya sambil menghirup dalam aroma coklat di rambut Aliika yang sangat laki-laki itu sukai.“Tak berubah.” Gumam Sagara sambil tersenyum. Ia masih ingat sekali aroma yang dulu sering ia cium dari rambut Aliika. Dan kini ia dapat merasakannya kembali.Telinga Sagara seperti terusik oleh suara gaduh di luar kamarnya. Bahkan Aliika pun sedikit terganggu dengan suara itu terlihat dari tubuhnya yang menggeliat. Sagara mengusap rambut Aliika dengan lembut memberikan kenyamanan