Frida menatap Pamela dengan tatapan ramah dan berkata, "Nggak apa-apa! Nenek hanya datang melihatmu! Pamela, semalam, kamu membawa tiga anak ke taman hiburan, kamu pasti sangat lelah, 'kan?"Pamela menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Nggak, kok, mereka sangat patuh. Nenek, masuklah!"Frida menjulurkan kepalanya ke dalam kamar. Melihat ketiga anak yang masih terlelap di atas ranjang, dia menggeleng dan berkata, "Nenek nggak masuk lagi, deh! Biarkan saja mereka tidur lebih lama! Pamela, Nenek ingin meminta bantuanmu!"Dengan alis terangkat, Pamela bertanya, "Ada apa, Nenek?"Frida menjawab dengan serius, "Dua hari lagi, putri dari Keluarga Andonis akan menikah. Keluarga Andonis mengirimkan undangan. Tapi, setelah dipikir-pikir, kesehatan Nenek dan Kakek juga kurang baik, jadi kami nggak mau pergi merepotkan. Nanti, kamu saja yang bawakan amplop kami, ya! Adsila adalah keponakan yang paling disayang oleh Agam. Sekarang, Agam nggak di sini, jadi kamulah yang harus lebih repot menjaganya
Setelah mematikan panggilan ini, Adsila memonyongkan bibirnya sambil memelototi Marlon yang berbaring di sampingnya. Dia juga memukul pria ini dengan tangannya yang kecil."Semuanya salahmu! Kenapa kamu asal bicara dengan Bibi!" seru Adsila.Marlon mengulurkan tangannya dan menarik Adsila untuk mendekati dirinya sambil berkata, "Memangnya aku bilang apa? Hingga wajahmu semerah ini?"Adsila menjulingkan matanya dengan kesal sambil berseru, "Kamu sengaja mengucapkan kata-kata yang membuat Bibi salah paham! Nanti siang, bagaimana aku bisa menghadapi Bibi?!"Marlon tertawa dan berkata, "Sekarang, kita sudah berhubungan suami istri, kamu masih takut orang lain salah paham? Lagi pula, itu Bos, bukan orang lain!"Adsila meronta dalam pelukan pria ini dengan penuh amarah, dia ingin melepaskan dirinya dari pelukan ini. "Apa pun itu, biar kuperingatkan. Nanti siang, jangan asal bicara lagi pada Bibi. Mengerti?"Marlon berpura-pura ketakutan dan berkata, "Baik! Istriku, aku akan mematuhi ucapanmu
Kalau dipikir-pikir, Justin sedang menjaga ayahnya, jadi tidak tentu dia akan ikut makan. Oleh karena itu, Pamela berkata, "Ajak saja si Ariel. Kita bisa makan bareng, lalu membantu Adsila memilih gaun pengantin bersama."Marlon tersenyum dan berkata, "Baiklah, kalau begitu, aku akan menghubunginya sekarang juga!"Adsila bersandar pada Pamela, seakan-akan dia adalah anaknya Pamela, sambil bergumam, "Bibi, sejujurnya, aku ... aku gugup!"Pamela mengangkat alisnya dan berkata dengan nada bercanda, "Gugup apanya? Kamu juga bukan pertama kalinya menikah, 'kan?"Mendengar ucapan ini, Adsila mengangkat kepalanya dan mengernyit sambil berseru, "Bibi! Kenapa kamu mengungkit hal itu?! Itu masa laluku yang memalukan!"Pamela tertawa sambil mencubit pipi Adsila dan berkata, "Justru itu! Untuk apa kamu merasa gugup? Kali ini nggak akan lebih buruk daripada sebelumnya! Meskipun calon suamimu kali ini juga biasa-biasa saja, dia jauh lebih baik daripada yang sebelumnya! Tenang saja, ada aku, dia ngga
Seusai berbicara, Justin langsung berjalan mengikuti mereka, lalu bergegas duduk di kursi utama!Mereka adalah teman-teman dari satu generasi yang pergi makan bersama, jadi tidak ada yang mementingkan posisi utama dan sebagainya. Oleh karena itu, tidak ada yang memperhatikan Justin.Pamela, Adsila dan Ariel memesan makanan, sedangkan Marlon mengambil peran pendukung. Dia duduk bersila dalam diam di samping sambil menunggu arahan.Sampai setelah semua orang memesan makanan mereka masing-masing, tidak ada yang memperhatikan Justin.Justin tidak tahan lagi, dia langsung berseru, "Hei! Aku belum pesan, kenapa kalian mengembalikan menunya ke pelayan?"Ketiga wanita itu hanya mengangkat kepala mereka dan melihat Justin sekilas. Kemudian, mereka menunduk lagi dan melihat foto gaun pengantin di layar tablet yang dibawa Adsila untuk membantu Adsila memilih gaunnya.Justin merasa murka hingga dia hampir menggila. Marlon menepuk-nepuk bahunya untuk menghiburnya, lalu berbisik padanya, "Tuan Justi
Begitu dipelototi oleh pacarnya, Justin seketika menjadi patuh. Dengan perasaan kesal, dia tidak mengikuti Ariel dan duduk kembali dengan kaki tersilang di tatami.Adsila berkata, "Haha, kamu kena marah lagi, 'kan? Bu Ariel sama sekali nggak berencana untuk menikah denganmu, tapi kamu malah mau membawanya memilih gaun pengantin, mana mungkin dia mau menghiraukanmu!"Ekspresi Justin menjadi masam. Dia memelototi Adsila dengan penuh amarah dan berkata, "Jangan kira karena kamu bersembunyi di samping kakakku, aku nggak bisa melakukan apa pun padamu!"Namun, Adsila malah berkacak pinggang dengan percaya diri dan berkata, "Aku memang bersembunyi di belakang Bibi. Apa yang bisa kamu lakukan?""Kamu ...." Justin menggertakkan giginya dengan penuh amarah. Dia memang sudah merasa kesal karena dia tidak memahami isi hatinya Ariel, tetapi Adsila masih saja terus memancing amarahnya!'Huh, aku memang nggak bisa melakukan apa pun padanya! Dia seorang wanita, jadi mana mungkin aku memukulnya?!'Just
Pamela tersenyum dengan sinis dan berkata, "Kalau kamu begitu memedulikan ayahmu, kenapa kamu nggak menjaganya di rumah sakit? Untuk apa kamu datang ke sini?"Justin menyilangkan tangannya dan berkata, "Bukankah ini jam makan siang, ya?! Kak Jason sedang menjaga Ayah di rumah sakit, jadi aku keluar untuk makan siang dengan Kak Ariel! Oh ya, Kak, nanti, setelah makan siang, pergi jenguk Ayah di rumah sakit, ya?"Pamela menjawab dengan dingin, "Nggak mau. Dia ayahmu, bukan ayahku."Dengan cemberut, Justin berkata, "Kak, anggap saja dia sebagai orang tua biasa dan pedulikan dia dengan perasaan kemanusiaan!"Pamela tertawa dan berkata, "Kalau aku punya waktu untuk melakukan itu, sebaiknya aku memedulikan anjing dan kucing jalanan. Kenapa aku harus memedulikan seorang pria paruh baya yang terlahir kaya dan nggak pernah hidup susah?"Justin seketika tidak bisa berkata-kata.Setelah memakan makanan yang disuapkan oleh Marlon padanya, Adsila berseru, "Kamu ini! Jangan coba-coba membodohi Bibi
Dengan wajahnya yang memerah, Adsila berseru, "Kamu ngapain? Bu Ariel dan Bibi berada di sini! Cepat ... cepat lepaskan aku! Jangan main-main!"Marlon tertawa dan berkata, "Nggak apa-apa, mereka juga bukan orang luar. Sudah pilih, belum? Coba pakai, biar aku lihat!"Adsila melepaskan tangan yang melingkari pinggangnya dan berkata, "Jangan macam-macam ...."Ariel hanya melirik Marlon sekilas dengan ekspresi terbiasa. Dia menoleh dan berjalan ke sisi Pamela untuk berbicara dengan bosnya.Marlon pun berkata, "Benar, 'kan? Ariel memang paling peka, dia nggak mengganggu kita!"Adsila merasa sangat malu. "Kalau tahu begini, kamu seharusnya nggak usah ikut!"...Pamela juga tidak memedulikan kemesraan Marlon dan Adsila. Dia membicarakan tentang situasi terkini perusahaannya Theo dengan Ariel. Saat mereka sedang mengobrol, ponselnya tiba-tiba berdering.Ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.Biasanya, Pamela tidak akan menerima panggilan seperti ini. Namun, sekarang, dia memikirkan
Ariel tampak waspada. "Putrinya Theo mengajakmu bertemu? Bos, kamu harus berhati-hati, sebaiknya jangan pergi, deh," kata Ariel.Meskipun Pamela juga agak waspada terhadap Sonya, firasatnya mengatakan bahwa Sonya dan ibunya tidak sama dengan Theo dan Sophia."Tenang saja, aku akan hati-hati," kata Pamela.Ariel masih ingin menasihati Pamela, tetapi Justin tiba-tiba membawa satu gaun pengantin padanya dan berkata, "Kak Ariel, coba yang ini, dong! Menurutku, kamu pasti cantik sekali kalau kamu memakai gaun ini di pernikahan kita!"Ariel tidak bisa berkata-kata.Pamela tersenyum sambil mendorong Ariel dan berkata dengan nada bercanda, "Pergilah! Coba gaun itu! Dia bahkan sudah membawanya ke hadapanmu!"Ariel membenarkan kacamatanya dan berkata, "Bos, jangan bergurau!"Pamela membentangkan tangannya dan berkata, "Aku nggak bergurau. Gaun yang dia pilih ini memang sangat bagus, cocok untukmu!"Ariel terdiam.Dia merasa sangat canggung.Karena dipuji kakaknya, Justin makin merasa bahwa penil