Share

Bab 3. dr. Chris dan dr. Jasmine

"Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada mereka," lanjut Alexa. 

"Huh." Sena menghentakkan kaki dan membawa ibunya pergi. 

Nesya yang hanya diam mendengarkan saja juga terkejut. Dia bergegas mendekati Alexa dan menanyakan apa maksud darinya berkata demikian. 

"Kak. Apa maksud kakak bicara seperti itu?" ucap Nesya. 

"Kenapa memang, Sya? adakah yang salah?" tanya Alexa. 

"Enggak, bukan begitu kak. Maksudnya itu, kalau kakak sudah muak dengan ocehan Kak Sena bukankah lebih baik untuk pergi saja. Kalau kakak ketahuan bicara yang tidak-tidak tentang dr. Chris, mungkin kakak bisa di tuntut."

"Benar itu, Lex. Lebih baik kamu bicara saja yang sejujurnya, agar kita tidak mendapatkan masalah yang lebih besar lagi," sambung Rendi. 

Alexa tersenyum, "kalian tenang saja. Tidak akan terjadi apapun, tidak usah terlalu takut seperti ituitu. Bersikaplah seperti biasa saja," jawab Alexa. 

"Ayo, kita ke ruangan dr. Jasmine sekarang." Alexa mengambil alih kedua anaknya dan membawanya ke ruangan dr. Jasmine. 

Sesampainya di ruangan dr. Jasmine dia mengetuk pintu tiga kali dan masuk begitu saja. 

"Tante. Aku datang bawa twins," ucap Alexa. 

Di dalam sana terlihat dua orang memakai pakaian putih panjang khas seorang dokter. Kedua orang itu berbalik melihat Alexa dan kedua anak kembar yang ada di dorongan. 

"Eh, Alexa. Akhirnya kamu datang juga, mama udah tungguin dari tadi juga," ucap dr. Jasmine. 

"Hehe, maaf tante tadi ada sedikit tragedi. Hehe," balas Alexa terkekeh. 

"Ah, ini pasti dua saudara tiri kamu ya? kenalin, saya dr. Jasmine dan ini suami saya dr. Christopher," kata dr. Jasmine memperkenalkan dirinya dan seorang dokter laki-laki di samping dirinya. 

"Hai, sayang. Apa kabar? bagaimana dengan ibu kamu?" sapa dr. Chris. 

"Kabar baik, Om. Bunda juga baik-baik aja, gimana kabar dia, Om? apakah dia masih sama?" jawab Alexa. 

"Yah, dia baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir, mama sama papa sudah tidak peduli lagi, dia sudah menjadi seseorang yang berbeda sama sekali berbeda dengan dia sebelumnya," ucap dr. Chris. 

"Dia? dia siapa?" kata Nesya ambigu. 

"Ha? hahahaha." tawa Alexa dan dr. Chris. 

"Kamu tidak perlu tau siapa dia, sekarang tugas kamu dan yang perlu kamu pikirkan hanya sekolah, belajar dan menjadi baik di kemudian hari," ucap dr. Chris. 

"Benar dengan apa yang dikatakan suami saya, sekarang kamu hanya perlu memikirkan sekolah kamu saja. Tidak usah memusingkan hal yang tidak perlu, ini urusan kita sebagai orang dewasa," kata dr. Jasmine. 

"Lex, jadi kamu beneran?" ucap Rendi, Alexa hanya tersenyum. 

"Ada apa? apa ada sesuatu yang tidak kami ketahui?" tanya dr. Chris

"Ah, bukan apa-apa om. Hanya mereka tidak percaya kalau aku adalah anak angkat kalian. Itu saj," jawab Alexa. 

"Iya, dia adalah anak kami." dr. Jasmine memukul bahu Alexa sambil tersenyum. 

"Bukan cuma anak angkat, seharusnya juga dia menjadi menantu kami. Tapi, ya begitulah semuanya tidak pernah sesuai dengan yang kita harapkan, pasti ada saja rintangan dan halangan yang menghadang," sambung dr. Chris. 

"Jadi yang di katakan kakak tadi bener. Wah, memang kakak kenal dr. Chris dan dr. Jasmine sejak kapan?" tanya Nesya. 

"Sudah dari lama. Mereka berdua ini adalah dokter keluarga kami, dr. Chris adalah kakak angkat bunda sedangkan dr. Jasmine adalah sahabat bunda, dr. Chris juga sebenarnya sahabat ayah aku, atau ayah Roxy," ucap Alexa menjelaskan. 

"Oh. Jadi seperti itu," ucap Nesya dan Rendi bersamaan. 

"Ah, sampai lupa. Tante tolong periksa kesehatan si kembar ya dan ada sesuatu yang mau aku katakan sama om. Bisa kita bicara berdua aja om?" kata Alexa sambil menaikkan dua anaknya ke ranjang pasien. 

"Bisa kok. Ayo kita ke ruangan papa aja, ayo." dr. Chris berkata sambil membimbing Alexa keluar dari ruangan tersebut. 

"Aku pergi dulu ya, tolong jaga si kembar dulu," pamit Alexa. 

"Iya kak."

"Ok."

Alexa keluar dari ruangan tersebut bersama dengan dr. Christopher Hamilton menuju ruangan dokter Chris. 

Sesampainya mereka di sana, Alexa langsung duduk di kursi menghadap dokter Chris di sana. 

"Jadi, apa yang mau kamu katakan sayang?" ucap dr. Chris. 

"Om, apa bener om menyetop penanganan pasien bernama Bu Retta?" kata Alexa to the poin.

"Yah, benar. Papa memang mengoper penanganan pasien bernama Ny. Retta pada dr. Joni, karena papa kurang nyaman dengan anak perempuannya yang terlihat seperti akan memakan papa."

"Hehe. Om, bisa aja," ucap Alexa terkekeh, "tapi apa yang om bilang ada benarnya juga. Sudahlah, aku tidak mau bahas itu lagi," lanjutnya menahan tawa. 

"Kamu ini. " dr. Chris tersenyum, "Ah, bagaimana ya. Papa sebenarnya tidak enak sama kamu, tapi ini juga memang salah anak papa," ucap dr. Chris tiba-tiba. 

"Kenapa om? ada sesuatu dengannya?" tanya Alexa. 

"Yah, sejak dia dekat dengan gadis itu. Dia selalu hanya memperdulikan ambisinya tanpa memperdulikan bagaimana keadaan disekitarnya, papa bahkan seperti sudah tidak mengenalinya lagi, dia seperti orang lain," kata dr. Chris dengan wajah kecewa. 

Christopher sudah sejak lama menginginkan perempuan di hadapannya ini sebagai menantunya, tapi sifat anaknya yang semakin lama menjadi semakin tak terkendali membuatnya cukup kecewa. 

Terlebih keberadaan seorang gadis lain di samping putranya saat ini membuatnya lebih kesal lagi. 

"Sejak dia bermain dengan wanita lain, aku sudah tidak peduli dirinya lagi. Tapi biar bagaimanapun dia adalah ayah biologis si kembar, aku tidak mungkin untuk tidak menanyakan tentang dirinya." 

Kini percakapan keduanya mulai serius. 

"Ngomong-ngomong apakah kamu tidak ingin mengatakan yang sebenarnya tentang mereka berdua padanya? atau kamu mau papa bantu berbicara dengannya?" tawar dr. Chris. 

"Tidak. Itu tidak perlu, suatu saat dia akan mencari tahu sendiri tentang si kembar, aku yakin sangat tentang itu," jawab Alexa menolak. 

"Bagaimana mungkin kamu bisa begitu sangat yakin dengan hal itu? dari pengamatan papa dengan sifat dia yang sekarang itu tidak mungkin."

"Bagaimana jika, kekuatan utama dari pihak musuhnya kembali? Bagaiamana pula jika kekuatan itu berhubungan dengan anaknya sendiri, bukankah dia akan melakukan sesuatu?" Alexa tersenyum miring

Entah ide-ide gila apa lagi yang ada di pikiran wanita itu sekarang, yang jelas itu bisa menjadi sebuah boom besar nantinya. 

"Asal kamu tidak apa-apa saja. Papa akan selalu dukung kamu, hanya kamu yang kami inginkan jadi bagian dari keluarga kami seutuhnya." 

Alexa melihat arloji di tangannya, dia kemudian menyudahi pembicaraannya. 

"Kalau begitu. Aku pulang dulu ya, om? sepertinya anak-anak sudah selesai. Kasihan mereka menunggu terlalu lama," pamit Alexa. 

"Baiklah. Ayo kita ke sana bersama-sama?" tawar dr. Chris yang langsung di iyakan oleh Alexa. 

Keduanya kembali ke ruangan praktek dokter Jasmine, di sana benar saja si kembar Lea dan Leo telah selesai melakukan perawatan mereka. 

"Oh. Anak mama udah selesai di periksa, ya? duh, duh pintarnya," ucap Alexa. "Mereka tidak rewel, kan tante?" tanya Alexa kemudian. 

"Enggak. Mereka kooperatif banget malah, masih kecil tapi udah pinter kaya kamu banget dulu. Hahaha," puji dr. Jasmine 

"Ah, tante bisa aja. Kalau begitu kita pamit ya tante, untuk hasil pemeriksaan seperti biasa tante bisa kirim lewat email."

"Baik. Hati-hati di jalan, jangan ugal-ugalan kaya biasanya, ingat yang di dalam mobil itu bukan cuma kamu," ujar dr. Jasmine mengingatkan. 

Alexa hanya tersenyum dan tak menanggapi lebih lanjut, dia membawa anak-anaknya keluar dari rumah sakit tersebut menuju mobil, dan mereka berlima kembali pulang ke rumah. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status