Share

Bab 2. Dua bayi lucu

Alexa berjalan pulang ke rumahnya, sebuah rumah sederhana yang di tempati oleh dirinya, ibunya, ayah tiri dan dua saudara tirinya. 

Sebuah rumah dengan 4 buah kamar tidur, dua kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Begitu sederhana, sangat sederhana. 

Dia berjalan memasuki kamarnya yang berada di tengah, melihat dua bayi berusia kurang dari dua tahun yang begitu lucu, keduanya tidur lelap. 

Dia tersenyum lembut dan mengecup dahi keduanya dengan penuh kasih. 

"Lea, Leo. Maafkan Mama ya? Mama tidak bisa membawa ayah kalian untuk melihat kalian. Tapi Mama janji, Mama akan berusaha untuk menjadi ibu sekaligus Ayah yang baik buat kalian."

Dia tersenyum, beranjak dari kasur dia mengganti pakaiannya dan segera keluar untuk makan siang. 

"Alexa, ayo sini cepat kita makan bersama." panggil ayah tirinya. 

Alexa hanya tersenyum tipis, dia sudah dua tahun tinggal di keluarga baru ibunya ini, tapi dia masih saja belum terbiasa. Lebih-lebih dengan adik perempuan tirinya yang masih duduk di bangku SMP itu, dia tidak terlalu dekat seperti dirinya dengan Rendi yang seumuran dengannya. 

"Sya, si kembar udah minum susu nggak, sebelum tidur tadi?" tanya Alexa sebelum memulai makan. 

"Sudah kak. Aku seneng banget deh bisa sama twins mereka lucu banget, hihi ...," jawab Nesya saudara tiri Alexa. 

"Kalau begitu, kamu bisa bantu Bunda untuk merawat twins saat Alexa tidak ada disini nanti, " sahut Bu Kyky. 

"Lah, memang Kak Alexa mau kemana?" tanya Nesya tidak mengerti. 

"Kamu ini. Ujian seleksi masuk HSA bukankah akan segera dimulai? Ya dia mau belajar dan ikut ujian itulah," kata Rendi sambil mengacungkan sendok makannya. 

"Lah. Bukannya kakak udah punya anak, emangnya boleh ya, Kakak masuk ke sana? Kakak masuk ke sekolah Abang aja lumayan belibet dulu." Nesya berkomentar. 

"Tenang aja, itu tidak jadi masalah. Asalkan kita bisa membagi waktu saja, karena sekolah di sana tidak seindah sekolah di sini," jawab Alexa. 

"Sudah, sudah. Ayo makan, jangan bicara terus," ucap Pak Arif. 

Alexa tersenyum, begitu juga dengan Nesya yang nampak sedikit kikuk. 

Mereka makan dengan tenang dan tanpa ada suara lain selain denting sendok, garpu dan piring yang beradu. 

"Waaa ... owaaaa...." 

Suara tangis terdengar, Alexa segera menyudahi makannya. "Bun, Pah. Aku duluan, Anak-anak sepertinya sudah pada bangun," pamit Alexa, dia kemudian pergi meninggalkan meja makan. 

Dia memasuki kamarnya, melihat dua bayi kecilnya sudah bangun. segera dia mengecek pakaian anak-anak itu, ternyata dugaannya benar. Kedua anak itu mengompol, dia segera membawa anaknya satu persatu ke kamar mandi untuk membersihkannya dan kemudian mengganti dengan pakaian yang baru. 

"Kenapa, Lex? mereka mengompol?" tanya Rendi, Alexa mengangguk. 

"Iya, ini mau aku ganti bajunya. Bantuin ya?" jawab Alexa, Rendi mengangguk. 

Keduanya mulai mengganti pakaian si kembar dengan hati-hati. 

"Ah, Lex. Selama ini aku tidak pernah melihat ayah si kembar, di mana dia?" tanya Rendi basa-basi. 

"Eh. I—itu dia ada tapi lagi pergi jauh, " jawabnya dengan menggigit bibir bawahnya, matanya melihat ke kiri-kanan dan bawah,dia terlihat begitu gugup.

Sebenarnya dia tidak tau apakah ayah mereka akan benar-benar mengakui kehadiran mereka. Lebih jauh lagi selama ini dia tidak pernah berhubungan dengannya, rasa sakit yang di alami nya dulu masih membekas di hatinya. 

~~~

Selama beberapa bulan ini dia selalu mendapat perlakuan kasar, sudah berulang kali dia dilecehkan. Tapi dia tidak ingin mengatakan apapun, tapi malam ini perasaanya sedikit kacau, dia ingin tau dimana kekasihnya saat ini. 

Waktu begitu larut, dia berada di sebuah hotel di Hell-City. Hotel ini tidak pernah sepi, hotel ini dinamakan 'Enchantment-hotel'. 

Hotel milik keluarganya, dia berjalan menuju ruang CCTV. 

Seorang penjaga mengenalinya dan membiarkan dirinya masuk, "apakah kau benar-benar kemari?" Bibirnya bergumam, dengan rasa gemetar dia melihat semua aktivitas di hotel. 

Kamar 1045. 

Tubuhnya membeku, air matanya menetes dengan mulut yang tertutup oleh kedua tangannya dia berlari keluar. Rasa perih itu menyayat hatinya, adegan yang sama sekali tak terpikirkan akan dia lihat, kelakuan bejat kekasihnya yang tak pernah dia pikirkan akan dilakukan dengan wanita lain.

Siapa wanita itu? Bagaimana dia bisa melakukan hal menjijikkan itu dengannya? Lalu bagaimana denganku nanti?

Hatinya menjerit, dia mengobrak-abrik seisi kamarnya dengan air mata yang tak henti-hentinya menetes dia memasukan apapun barang miliknya dan pergi secepat mungkin dari apartemen itu sebelum laki-laki itu kembali esok hari. 

~~~

Setitik air mata terpupuk di sudut matanya, ketika kenangan masa lalu itu berputar di pikirannya seperti sebuah kaset rusak, terus berulang dan berulang. 

"Kamu jangan bohong, kamu sudah memberikan jawaban itu berulang kali loh. Kamu tidak takut nanti anak-anak akan menanyakan dia atau sebenarnya dia itu tidak ada?" 

Mendengar perkataan Rendi, Alexa tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya diam tidak menanggapi perkataannya. 

"Baik. Kalau kamu tidak ingin mengatakannya tidak apa, suatu hari aku pasti akan mengetahuinya," ucap Rendi sekali lagi. 

"Ada beberapa hal. Beberapa hal yang memang seharusnya tidak kau ketahui, Ren. Bahkan hingga kini kau tidak tau siapa aku yang sebenarnya, kau hanya tau dari apa yang dikatakan oleh bunda," Batin Alexa berkata. 

"Sudah, aku mau bawa anak-anak cek up ke dokter. Kamu mau ikut?" tawar Alexa. 

"Em, ok. Tunggu jangan kemana-mana." Rendi bergegas menuju kamarnya untuk berganti pakaian. 

***

Alexa sudah ada di mobil dan Kedua anaknya duduk di belakang menggunakan kursi khusus mereka. Dari kaca spion dia melihat kedua saudara tirinya yang berjalan mendekat, dia tersenyum tipis. 

"Lex, ini si unyil minta ikut, gapapa kan?" tanya Rendi, Alexa mengangguk. 

"Iya. Kamu duduk di belakang ya, Sya? Bantu jagain si kembar," balas Alexa. 

"Siap kak!"

Keduanya masuk kedalam mobil dan mereka segera menuju ke Rumah sakit. 

Dalam perjalanan baik Nesya, Rendi ataupun Alexa sibuk dengan kegiatan masing-masing, sedangkan si kembar tidur lelap. 

"Eh, Alexa. Ada kabar terbaru nih dari ujian seleksi HSA wilayah Indonesia, kamu mau denger nggak?" ucap Rendi. 

"Apa?" jawab Alexa. 

"Di sini dikatakan kalau hari ujian akan dimajukan dan akan menjadi lebih sulit dari tahun-tahun sebelumnya, tim yang akan mengurus ujian itu juga di tampilkan. Mereka itu Rea, Reyna,Theo, Tessyana, dan ... Raka," ucap Rendi lirih di akhir kata. 

"Hei, pantas saja dia begitu yakin kalau Aku tidak akan lolos, ada abangnya dan cewek itu toh. Hehe, lihat saja nanti." Alexa membatin. 

"Terus kenapa? biarkan saja, biarkan gadis itu bersenang-senang sebentar sebelum semuanya terbalik." Alexa tersenyum dingin. 

"Maksud kamu, mungkin Sena akan memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta saudaranya melakukan sesuatu saat ujian nanti?" tebak Rendi. 

"Yah, kamu mendengar sendiri apa yang dia katakan tadi siang di sekolah. Anggota OSIS bukan apa-apa, hanya seorang anggota dan bertugas mengawasi saja sudah bangga. Hirarki di HSA tidak mudah yang terlihat, seorang anggota bukan apa-apa bahkan yang memiliki kedudukan lebih tinggi bisa memerintah dirinya bagai anjing," Alexa menjelaskan. 

"Kamu tahu banyak seperti itu, memangnya kamu pernah ke sana? pernah Sekolah di sana?" 

Alexa tidak menjawab dia hanya tersenyum dan kembali fokus ke depan. Begitulah sifat Alexa yang tak disukai oleh Rendi, sok misterius. 

"Ok, kita sudah sampai. Tolong kalian gendong si kembar ya? aku mau ke resepsionis dulu tanya dokter Jasmine ada apa enggak," ucap Alexa sebelum keluar dari mobil. 

"Ok," balas Nesya dan Rendi. 

Alexa berjalan menuju resepsionis, dia melihat Sena dan seorang wanita di sana yang terlihat sangat pucat. 

"Gimana sih, Sus. Ibu saya ini butuh sekali perawatan dari dokter Chris, masa iya dia nggak mau melihat sama sekali. Di mana etika kedokterannya?" marah Sena. 

"Maaf mba, tapi dokter Chris sendiri yang mengatakan kalau dia tidak akan lagi menangani pasien keluarga anda," ucap suster itu tenang dan sopan. 

"Sus! Ibu saya—" ucapannya terpotong. 

"Sus, Dokter Jasmine ada?" ucap Alexa memotong kalimat Sena. 

"Heh! saya lagi ngomong jangan di potong dong. Sopan dikit kenapa?" bentak Sena. 

"Sus, bagaimana? apa dia sedang ada pasien?" Alexa sama sekali tidak memperdulikan perkataan Sena. 

"Ada Nona, dia sekarang ada di ruangannya. Nona bisa membawa anak nona langsung ke ruangan, Dokter Jasmine sedang menunggu," ucap Suster di sana. 

"Tunggu! kok dia bisa sih? kenapa saya enggak?" Sena menarik tangan Alexa, dia terkejut dengan siapa yang dia lihat. 

"Kamu! Jadi ini kamu? kamu kesini mau ngobatin anak haram kamu itu? kasian banget udah nggak punya bapak, penyakitan lagi," Sarkas Sena. 

"Heh. Jaga mulut mu ya, Sen!" Rendi yang baru saja datang langsung menginterupsi. 

Di belakangnya Nesya telah memasang wajah kesalnya. 

"Huh. Apa yang musti aku jaga sih? Emang bener kan? lagian dia masih 17 tahun tapi sudah punya dua anak, apa itu bukan anak haram dia?Heh." lagi, Sena membuat ulah. 

Alexa melihat Bu Retta yang pucat di belakang Sena, "ibu itu kenapa, Sus?" tanya Alexa tak memperdulikan Rendi dan Sena yang tengah adu mulut. 

"Ah, ibu itu adalah salah satu pasien Dokter Chris. Tapi dr. Chris sudah tidak ingin menangani beliau, dr. Chris telah mengalihkan beliau pada dr. Joni tapi anak beliau yaitu nona Sena sama sekali tidak memperdulikan itu dan memaksa untuk dr. Chris yang merawat penyakit ibunya," jelas Suster. 

"Oh." Dia berbalik menghampiri Sena dan Rendi, "lebih baik kamu bawa ibu kamu sekarang ke dr. Joni deh. Ibu kamu itu sudah sangat lemah, kalau tidak segera di tangani akan gawat," Saran Alexa. 

"Huh. Nggak usah sok tau deh, ibu aku tuh cuma mau sama dr. Chris bukan yang lain," jawab Sena. 

"Ibu mu yang mau atau kamu yang mau?" ucap Alexa. 

"Ya, jelas ibu yang mau. Ngapain juga aku yang mau. Hih, " Sena menjawab dengan sedikit gugup, ekspresi wajahnya sangatlah terlihat jelas. 

"Dasar." Rendi berdecak. 

"Kamu dengerin ya, dr. Chris itu udah punya istri dan anak. Aku tau dr. Chris emang tampan, tapi umur dia itu sama dengan ibu aku. Kamu jangan ngada-ngada deh," ucap Rendi. 

"Huh. Sok tau banget sih, kaya kamu anaknya aja," balas Sena sengit. 

"Aku emang anaknya, kenapa? aku memang mungkin bukan anak biologis dia, tapi aku memang anaknya lebih tepatnya anak angkat dia," jawab Alexa tegas. 

Sena tak bisa berkata apapun, mulutnya terkunci dengan pernyataan Alexa. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status