Share

Gelora Hasrat Sang Ipar
Gelora Hasrat Sang Ipar
Author: LazuardiBianca

Chapter 1 - Hasrat Terlarang

Pria bermata teduh dengan iris bernuansa gelap nan menghanyutkan, duduk di sofa sambil menonton channel berita tengah malam ditemani segelas Pinot Noir (anggur merah).

Telinganya terusik oleh sayup-sayup suara ketukan keras yang bergema hingga mengetarkan daun pintu apartemennya.

Mike beranjak turun dari duduknya, meletakkan gelas berkaki jenjang di atas meja lalu menyeret langkahnya melewati ruang tengah, menuju pintu masuk.

"Gaby?" Gumamnya saat melihat wajah yang muncul di layar intercom.

Tanpa aba-aba, Mike menyibak daun pintu dan menatap tamunya dengan kening berkerut.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya pada wanita yang menyandarkan kepalanya di kusen pintu.

Tubuhnya limbung, sempoyongan ke kiri dan kanan—tak mampu untuk menopang bobot tubuhnya sendiri.

"Kamu mabuk?"

Mike mendekatkan wajahnya untuk mencium bau alkohol yang cukup menyengat dari tubuh sintal berbalut pakaian minim itu.

Gaby menggeleng. "Aku mau masuk," ucapnya setengah bergumam tak jelas.

Wanita itu mendorong tubuh dihadapannya hingga menghasilkan celah baginya untuk menerobos masuk ke dalam apartemen.

Mike menggelengkan kepala lalu mengikuti langkah sang wanita ke ruang tengah. "Kamu tunggu disini. Aku akan bersiap-siap dan mengantarmu pulang ke rumah," ujarnya sambil mendudukkan Gaby di sofa.

"Aku nggak mau pulang," sentak Gaby. Dia menangkap jemari Mike dan menariknya untuk ikut duduk di sofa yang sama. "Jangan pergi, temani aku disini," pintanya memelas.

"Hmm … apa yang terjadi padamu hari ini?"

Mike mengelus kepala Gaby yang bersandar di pundaknya. "Seandainya saja kamu seperti ini setiap hari," desahnya senang.

Gaby mengangkat kepalanya seraya memasang senyum menggoda. "Kenapa? Apa kamu masih menyukaiku?"

Mike mencubit kedua pipi bulat, mengemaskan. "Apa kamu masih perlu bertanya?"

"Kalau begitu ..." Gaby melepaskan jaket jeans yang dikenakannya hingga menyisakan crop top dan rok mini. "Peluk aku malam ini."

Gaby mengangkat tangan pria disampingnya, membawa dan menempelkan ke pipinya. Membuat pria itu meresapi hangat tubuhnya. "Hmm," gumanya samar.

Jemari Mike mengelus lembut pipi yang bersemu merah di bawah pengaruh alkohol. Tangan lainnya bergetar, perlahan terangkat untuk menyentuh, membelai serta memuja wajah ayu itu.

"Saat sadar, kamu akan menyesali apa yang kamu lakukan sekarang," kata Mike dengan suara serak.

Ia meraup tubuh Gaby, mengendongnya ala pengantin menuju kamar utama. Tubuh itu direbahkan di atas king bed.

Mike mengeram dalam saat menyadari di bawah sana ada yang terusik, perlahan-lahan naik—semakin membesar hingga membuat kain elastis yang menutupinya tak lagi mampu membendung, penuh sesak.

'Ah, sial! Kendalikan dirimu Mike Jr.'

Gaby membuka matanya, menatap sayu sosok yang berdiri disamping ranjang. Ia mengulurkan tangannya, meraih ujung piyama satin berwarna gelap.

"Dingin, peluk aku," bujuknya.

"Oh, Tuhan. Gaby, kau mau membunuhku?"

Mike menarik lepas kancing teratas, meloloskan piyama itu dari balik tubuhnya. Ia merangkak naik, mengukung tubuh yang tengah mengeliat resah di bawahnya. Wanita itu menarik tubuh Mike agar turun untuk menjamah setiap jengkal kulitnya.

Hangat, sensasi pertama yang bisa Mike ungkapkan saat bibirnya menempel di kening cinta pertamanya.

Bibir Mike bergerak turun, bergantian untuk mengecup kedua mata yang terpejam lalu beralih pada kedua sisi pipi. Sesaat lalu ia mengangkat wajah, gerakannya mengambang di udara dengan mata berapi.

Pandangannya jatuh pada bibir semerah kelopak mawar, bulat dan penuh. Mendesah kan kata yang terdengar samar hingga sulit untuk di mengerti.

"Aku tahu, Tuhan akan mengutuk ku," desis Mike. "Tapi biarkan aku meneguk dosa manis ini."

Mike melumat bibir yang langsung menyambutnya dengan desahan tertahan. Ia terbuai oleh candu, menyambut gerakan terburu yang membelit lidahnya.

Keduanya saling berlomba untuk saling membagi kerinduan yang telah lama terpendam.

Ciuman itu begitu dalam, basah dan panas. Terlebih saat Gaby mengalungkan lengannya untuk mendekap lebih erat tubuh yang tengah mengelus kulit di bawah lapisan kaus ketat yang melekat di tubuhnya.

"Hmm." Gaby mengerang pelan ketika dua cup yang menutupi bukit kembar tersibak lepas bersama kaus yang dikenakan.

Ia mendesis tajam saat sentuhan hangat dan basah, mengulum puncak yang mencuat tegak. Setiap sentuhan disertai gigitan kecil yang menggelitik, memaksa Gaby untuk mendesah nikmat.

"Ah, pelan," desah Gaby saat hisapan panjang di puncak kirinya hampir saja membuatnya mencapai klimaks tak berbatas.

'Dia tak pernah menyentuh ku selembut ini,' batin Gaby.

Mike menjilat ujung kerikil yang merah karena ulahnya. "Kamu suka, Sayang?" Pancingnya.

Tak ada kata, hanya erangan halus yang terdengar. "Aku nggak tahan lagi," racau Gaby.

Mike membuka kancing dan menurunkan resleting yang membungkus pinggul Gaby. Ia menarik turun rok mini beserta dalaman berwarna pastel dengan pinggiran renda halus, membuat tubuh sintal itu terekspos tanpa sehelai benang pun menghalangi pandangan.

"Hmm, Sayang. Cepat!"

Rengekan bernada manja itu semakin membuat hasrat Mike tak terbendung. Ia turun dari ranjang untuk melepas semua kain yang masih bersisa—menutupi bagian tubuhnya.

Matanya menatap nyalang, tak lepas dari tubuh seksi yang mengeliat di atas ranjangnya. Mike merangkak naik, mendaratkan kecupan mesra di bibir yang terus mengundang.

"Cintaku, kamu sangat indah," puja Mike.

Bibir Mike terus turun untuk meninggalkan jejak cinta kemerahan di setiap jengkal kulit putih itu.

"Ah, Sayang. A—aku …"

Napas Gaby tersengal-sengal membuat setiap kalimat yang keluar dari bibirnya terbata. Ia menengadah, menekuk sebisa mungkin untuk memberikan akses bagi Mike menjelajahi lehernya.

Di kala bibirnya sibuk, jemari Mike tak berpangku tangan. Ia turun untuk menyibak lipatan, mengakses jalan menuju kenikmatan duniawi.

Leguhan panjang keluar dari bibir Gaby, membuatnya tak mampu bertahan akan dorongan hasrat yang merangkak naik.

"Tidak, Sayang. A—aku … ahhh …"

Gaby melolong panjang. Tubuhnya menggelinjang bersama gelombang gairah kala mencapai pelepasan yang pertama.

"Aku selalu memimpikan saat-saat seperti ini," bisik Mike.

Ia mengengam Mike Jr yang berdiri tegak—tegang dan keras, dengan urat-urat menonjol. Ujungnya mengetat, terkulup bagai helm prajurit yang siap untuk bertempur.

"Gaby, aku tak mampu lagi menahannya," ujar Mike dengan napas memburu.

Ia mengesek miliknya di pintu masuk, perlahan menekan ke dalam, membelah lipatan menuju pintu masuk lorong surgawi.

"Akh." pekik Gaby kaget. Ia mengigit bibir bawahnya, menahan perih yang amat sangat.

"Jangan gigit bibir mu, kamu bisa membuatnya terluka," ucap Mike. Memaksa Gaby untuk berhenti menyakiti dirinya sendiri.

"Sakit," rintih Gaby.

"Sa—sabar, Sayang." Mike mengerang dalam. "Sebentar lagi kamu akan merasakan nikmatnya."

Bulir keringat membasahi keningnya. Mike pun merasakan hal yang sama saat lorong sempit itu membungkus miliknya dengan erat.

Ia kembali mendorong, kali ini dengan hentakan keras. Melesakkan seluruh bagian dari miliknya ke dalam kantung hangat yang berdenyut hebat. Mike mengerang, menikmati sensasi pijatan nikmat di setiap jengkalnya.

"Akh, sakit." Jerit Gaby.

Kuku-kuku tajamnya menancap ke punggung Mike, mencakar apapun yang bisa dijadikan pegangan untuk menyalurkan rasa sakit yang tak terbendung.

"I—ini besar," lirih Gaby dengan pandangan sayu.

Mike terkekeh pelan. Ia menghapus jejak airmata di sudut mata wanita impiannya.

"Katakan, Sayang. Apa kamu menyukainya?" canda Mike untuk memberi kesempatan bagi organ intim Gaby terbiasa dengan bagian yang terhubung.

"Hmm." Gumam Gaby malu-malu. "Bergeraklah, aku baik-baik saja," balasnya.

Bak gayung bersambut. Mike menarik miliknya hingga menyisakan ujung katup dan sepersekian detik menancapkan tongkat keras itu hingga kembali bersarang jauh dan dalam.

"Akh."

Desahan merdu dari bibir Gaby semakin memacu hasrat. Mike mempercepat tempo saat di rasa lorong lembab itu telah mampu menerimanya.

Satu … dua … tiga …

Dorongan yang dilakukan Mike semakin meningkatkan intensitas desahan di antara dua tubuh yang saling bertumbukan.

"Akh, tunggu!" Pekik Gaby panik saat gelombang pelepasan yang kedua mengejarnya. "Ahh …"

"Tahan, Sayang. Kita lakukan bersama," bujuk Mike menenangkan wanita yang mengepalkan tangannya, mencengkram erat seprai untuk memastikan tubuhnya tak melayang ke angkasa bersama hempasan gelombang cinta.

"Sedikit lagi." Napas Mike memburu. Ia mempercepat kayuhan, memaksa otot yang selama ini rutin menjalani latihan kardio di gym untuk bekerja lebih keras.

"Akh, tidak!" Gaby tak lagi mampu bertahan, ia menyambut pelepasan keduanya dengan dagu menengadah dan dada membusung tinggi.

"Hmm … Ahh …" Mike mengeram terputus. Ia melepaskan dua tembakan tajam di dalam rahim wanitanya.

Bibirnya menyunggingkan senyum puas lalu turun untuk menyapa bibir yang masih terengah-engah, menghirup sebanyak mungkin oksigen yang mampu di tampung oleh paru-parunya.

"Kamu tak akan bisa lepas dari ku lagi, Gaby," ucap Mike sambil menarik keluar miliknya dan mengelus lembut perut wanita dalam dekapannya.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status