Share

Benda yang Mencurigakan

Setelah kejadian yang membingungkan kemarin malam. Larissa mencoba melupakannya sejenak. Sebab dirinya juga masih tidak mengerti mengapa lampu padam begitu saja dan apa yang Larissa lihat seperti ada bayangan suaminya.

Dan yang lebih membingungkan lagi, Larissa juga mendapati suaminya datang dari arah belakang bukan dari balkon. Meskipun Adrian telah memberikan alasan yang se-masuk akal mungkin, tetap saja Larissa merasakan ada bayang-bayang mencurigakan atas penyebab lampu padam semalam..

Kemudian semenjak beberapa hari yang lalu setelah rekaman yang dikirim oleh seorang misterius kepadanya. Larissa tidak lagi menemukan pesan chat atau hal-hal lain dari sosok tanpa nama itu akhir-akhir ini.

Padahal, Larissa merasa terbantu oleh adanya bukti-bukti kecil yang telah dikirim dari sosok misterius tersebut. Agar menjadi petunjuk wanita siapa yang dibersamai oleh Adrian.

Untuk memastikan kembali, Larissa mengcek pesan tersebut. Wanita itu mulai membuka layar ponselnya dan mencarinya pesan suara desahan mirip suaminya.

Setelah memasuki room chatnya, ternyata pesan itu telah hilang. Kedua matanya membulat sempurna atas keanehan yang dia dapati.

"Apa! Hilang ... bagaimana bisa pesan suaranya bisa hilang? Siapa yang telah menghapusnya?"

"Demi Tuhan aku tidak menghapusnya setelah pesan itu kubiarkan terarsip!"

Larissa bangkit dari sofa saat di ruangan pribadi di rumahnya. Dia kembali dengan teliti untuk mengecek rekaman itu di penyimpanan berkas memori ponsel, tapi ternyata nihil.

"Sialan! Apa-apaan ini, mengapa tiba-tiba hilang!" kesalnya dan pikirannya secara langsung tertuju pada Adrian.

Larissa terdiam sesaat, ketika isi kepalanya mencoba berpikir keras atas kecurigaan-kecurigaan tentang suaminya.

"Mungkinkah Adrian yang telah menghapusnya?" gumamnya sembari menatap pintu ruangan yang masih rapat.

"Apa mungkin Adrian ingin menutupi perselingkuhannya dariku dan berusaha melenyapkan bukti yang kudapat?" tambahnya lagi yang membatin.

Larissa merasa kalau ada sesuatu yang direncanakan oleh Adrian. Sejak kemarin malam, Larissa tidak pernah tidak merasa curiga kepada suaminya. Keanehan-keanehan semakin dia rasakan.

Larissa pun memutuskan akan memperhatikan setiap detail yang akan berkaitan dengan Adrian. Dia tak ingin kalah untuk menguak bahwa Adrian memang berselingkuh, dan tidak akan membiarkan pria itu untuk berusaha menutupi dalam segala hal.

•••

Mendengar pria itu sudah datang dari satu jam yang lalu dari kantornya. Larissa diberi tahu oleh kepala pelayan, kalau Adrian sedang menikmati waktu sorenya di bagian halaman belakang rumah mereka.

Larissa pun pergi untuk menghampiri, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat berada di ambang pintu. Dia memang melihat Adrian tengah bersama putra mereka—Robin.

Doaarrrr!

Suara tembakan terdengar nyaring ketika Adrian sedang bermain skeet shooting di bagian halaman belakang rumahnya. Sambil diperhatikan Robin, anak itu mulai bertanya.

"Ayah, mengapa kau sangat suka dengan hobi mengerikan ini?" tanya anak itu yang tengah memakai Earmuff milik ayahnya.

"Mengerikan?" ulang Adrian.

"Ya, kau terus menembak dan menembak," sahut Robin.

Sambil mengutak-atik senapannya, Adrian menjawab, "Robin ... ketika kau menembakkan sesuatu terhadap target yang terlihat, itu artinya kau memiliki kesempatan untuk mengambilnya."

"Saat tembakan itu telah lepas dari senapan, kau akan merasakan reaksi tubuh yang berbeda. Ada kepuasan tersendiri jika kau dapat menaklukan apa yang kau lihat!" sambung Adrian.

Robin tak begitu mengerti. Namun, Larissa yang mendengarnya di sana, merasa ada makna yang dikatakan oleh suaminya. Larissa semakin tak jadi untuk mendekati mereka.

Wanita itu memilih untuk kembali masuk ke dalam dan mencari sesuatu di ruangan pribadi milik Adrian.

Sesampainya di ruangan itu. Perlahan Larissa mengedarkan pandangannya terhadap benda yang mencurigakan. Entah mengapa, Larissa merasa bahwa Adrian pasti ada menyembunyikan sesuatu darinya.

Hingga akhirnya, Larissa benar-benar telah menemukan barang berupa kalung berlian di jas milik Adrian. Larissa menggertakan giginya merasa kesal dengan benda yang dia temukan.

"Sudah kuduga, Adrian memang bermain dengan wanita lain!" gumamnya seraya memperhatikan kalung tersebut.

"Dasar pria brengsek, bisa-bisanya kau memiliki kalung seperti ini di dalam jasmu! Aku yakin kau pasti ingin memberikannya kepada selingkuhanmu!"

Saat Larissa hendak membawa kalung itu keluar. Tiba-tiba Adrian datang sambil membawa segelas kopi di tangannya. Rupanya pria itu telah selesai dengan hobinya tadi.

"Mengapa kau di sini, Larissa? tanyanya.

Larissa melihat Adrian yang mengalihkan tatapannya kepada benda yang ada di tangannya. Tanpa mengulur waktu, Larissa mendekati dan mengangkat benda itu di depan wajah Adrian. Tanpa menjawab pertanyaan pria itu.

"Apa ini Adrian? Apa kau ingin memberikan kepada wanita lain dengan kalung ini?" tebaknya.

Adrian terdengar menghela napas. Dia seolah santai menghadapi sikap Larissa yang sudah seperti makanannya setiap hari.

"Ternyata kau ke sini hanya ingin mencurigaiku? Oh, ayolah Larissa ... apa kau tak lelah, hm?" ucap Adrian.

Pria itu melangkah melewati istrinya dan menuju ke arah kursi kerja miliknya untuk duduk.

"Adrian, jangan mengalihkan pembicaraan. Katakan, wanita mana yang akan kau beri dengan kalung ini, hah!" Larissa kekeuh mempertanyakan.

Setelah menaruh gelasnya di atas meja, pria itu menatap istrinya dengan hangat serta mengulas senyum. "Itu kalungmu, Sayang. Apa kau tak sadar kalau aku telah mengambil kalungmu dari ruangan perhiasan?" ujarnya.

Larissa menaikkan satu alisnya. Dia merasa tak percaya.

"Larissa ... aku sengaja mengambil benda milikmu untuk kuganti dengan yang lebih mahal. Kurasa kau sudah tak cocok memakainya. Lagi pula kalungmu itu sudah lama dan aku hanya berniat untuk menggantinya, mengerti?" jelas Adrian.

"Adrian, kau-"

Pria itu memotong, "Jika kau tak percaya, lihat saja di ruangan perhiasanmu yang sudah tidak ada. Benda yang kau curigai itu adalah milikmu sendiri, Larissa. Berhenti untuk berpikir macam-macam."

Larissa menurunkan tangannya. Dia melihat-lihat benda itu sekilas dan setelah dicermati, memang mirip dengan perhiasannya lima tahun yang lalu pemberian dari Adrian.

"Untuk apa kau ingin menggantinya?" tanya Larissa.

Adrian melempar senyum ke arah istrinya. "Aku ingin kau tampil lebih cantik, maka dari itu akan aku ganti perhiasan lamamu dengan yang baru."

Adrian terus mengangguk kecil untuk meyakinkan istrinya. Sementara Larissa tak bisa percaya begitu saja.

"Akan aku periksa ke ruanganku!" ucapnya dan pergi meninggalkan Adrian.

Adrian pun menatap punggung istrinya tajam. Lalu, perlahan dirinya menyandarkan diri pada punggung kursi. Sambil menggelengkan kepalanya, tak habis pikir.

Kemudian, sampai di ruangan perhiasannya. Larissa dengan cepat mencari perhiasan tersebut. Dibantu oleh sang pelayan khusus, dia pun akhirnya benar-benar tidak menemukan kalung miliknya di tempat itu.

Larissa pun percaya atas perkataan Adrian. Larissa jadi terlamun. 'Mungkinkah Adrian melakukan ini secara diam-diam karena ingin memberikan surprise untukku?' batinnya.

Dia pun mencoba bertanya kepada pelayan, "Pelayan," panggilnya.

"Ya, Nyonya?"

"Menurutmu mengapa seorang suami mengambil perhiasan lama istrinya dan berniat ingin menggantinya? Mungkinkah dia ingin memberikan surprise?" tanyanya.

"Itu bisa terjadi, Nyonya. Namun, bisa saja karena ingin memberikannya kepada orang lain," jawab pelayan dengan jujur dan polosnya.

"Apa maksudmu suamiku ingin memberikannya kepada orang lain, begitu!" marah Larissa.

"Eh, maaf, Nyonya. Saya tidak bermaksud begitu. Saya hanya beropini secara asal, Nyonya. Maafkan perkataanku," mohonnya dan berkali-kali menundukkan diri.

Alih-alih memaafkan. Larissa justru mendapati sesuatu pada kalung tersebut. Sebelumnya dia tidak menyadari bahwa ada hal yang timpang pada benda itu. Namun, kemudian ditatapnya lama dan ternyata ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status