Share

Wanita Itu Kembali

"Jadi, kau tadi pergi kemana Tuan Alden? Kau meninggalkan pesta begitu saja dan membuatku menyapa para tamu sendirian," Tanya Keina dengan sinis saat Alden sudah kembali. Alden terlibat merebahkan dirinya ke atas kursi dengan rambut dan kemeja yang acak-acakan.

Pria itu terlihat menengadah dari rebahnya lalu menatap tidak senang ke arah Keina. Seolah Keina ini hanya parasit yang begitu mengganggu padahal ia hanya ingin bertanya.

"Bukankah sudah ku katakan di pesta tadi bahwa aku ada pekerjaan. Apa aku harus mengulang-ulang alasanku hingga kau bisa mengerti? Apa kau tidak mengerti bahasaku?"

Keina mendengus, "Bukan Erik, bukan? Orang yang meneleponmu tadi bukanlah Erik, bawahanmu. Aku tidak tahu siapa itu tapi sepertinya orang itu cukup penting. Kau bahkan berbohong tentang pekerjaan yang begitu mendesak pada istri dan seluruh keluarga besarmu,"

Terdengar Alden menghela nafas, "Jadi, kau mulai mencari-cari informasi tentang suamimu diam-diam? Kau sangat luar biasa, Keina. Setelah mengekangku dalam pernikahan ini, kau juga ingin menahan segala pergerakanku?"

Keina mengedikkan bahunya, "Aku melakukan itu karena suamiku orang yang tidak bisa dipercaya. Apa yang salah?"

Alden memberikan tatapan tajamnya ke arah Keina lalu bangkit, "Jangan campuri urusanku, kita menikah hanya untuk menyenangkan hati orang tua kita."

Keina menatap Alden dengan tatapan terluka, namun nyala di matanya menantang ke arah Alden. Meski ia mencintai pria itu, Keina tidak akan merendahkan harga dirinya sejatuh-jatuhnya. Ia juga bisa mengeluarkan segala amarahnya.

"Meski kau tidak menganggapku, kau tidak bisa memperlakukan aku seperti ini, Alden. Ayahmu mempercayakan perusahaan karena kau menikah denganku. Bukankah sudah ku bilang agar jangan membuat masalah di pesta kita? Apa kau tahu berapa banyak orang yang bergunjing atas tindakan cerobohmu tadi?"

Alden terlihat bangkit, ia balas menatap tatapan Keina yang menantang, "Lalu kau mau apa? Permintaan maaf? Baiklah, aku minta maaf! Sudah puas?"

Hati Keina seolah diiris kecil-kecil melihat tatapan Alden yang menatapnya dengan jijik. Alden terlihat mengambil jasnya yang tergeletak di lantai, "Bahkan untuk beristirahat saja aku tidak nyaman berada disini. Aku ingin mandi, aku benar-benar lelah!"

Tenggorokan Keina terasa tercekat mendengar ucapan Alden. Alden bahkan tidak mau repot-repot memberi alasan kemana ia pergi hingga baru tiba di rumah hampir tengah malam. Netra Keina mulai memanas lalu mengeluarkan lelehan cairan hangat dari dalam sana. Keina mendengus. Cih! Lagi-lagi ia menangis, lagi-lagi ia mengeluarkan air mata untuk pria yang bahkan tidak menatap dirinya saat bicara.

Drrt!

Air mata Keina segera terhenti saat mendengar getaran ponsel Alden dari arah meja disana. Rupanya Alden melupakan ponselnya. Perhatiannya segera teralihkan saat melihat sebuah pesan singkat tertera di layar. Pesan yang hanya separuh terlihat itu membuat Keina melebarkan matanya tidak percaya. Itu pesan dari Shiren. Kenapa Shiren kembali menghubungi Alden setelah sekian lama dia menghilang?

"Terimakasih Alden karena kau sudah memaafkanku, aku harap kita bisa..."

Hanya separuh pesan itu terlihat, tapi mampu membuat perasaan Keina yang rapuh menjadi semakin gelisah. Firasatnya seketika memburuk, apa yang ditemui Alden saat pesta ulang tahun pernikahan mereka tadi adalah Shiren Athalia, mantan kekasihnya?

*****

Keina mengetuk jari jemarinya dengan gugup di ruangannya. Pesan semalam dari Shiren sungguh sangat mengganggunya. Keina segera menarik ponselnya lalu menghubungi Erik. Meskipun Erik adalah bawahan dari Alden, tapi ayahnya lah yang memperkerjakan Erik sebelumnya. Jadi, Erik pasti dapat dipercaya untuk mengawasi pergerakan Alden. Ia bukan ingin mengekang, hanya saja ia penasaran apa Shiren dan Alden bertemu kemarin?

"Erik, bisa tidak kau datang ke kantorku hari ini?"

"Bisa Bu,"

"Kau tidak sibuk sekarang?"

"Tidak Bu, saya tidak sibuk karena Pak Alden tiba-tiba meninggalkan area kantor,"

Kening Keina mengernyit mendengar ucapan Erik. Alden meninggalkan kantor di jam seperti ini? Tapi, untuk apa?

"Apa dia bertemu klien?"

"Saya tidak yakin Bu,"

Keina menghela nafasnya, "Aku ingin tahu seluruh pergerakan Alden, Erik. Kau bisa mencari tahu kemana dia pergi sebenarnya?"

Hening sejenak selama beberapa saat, namun kemudian Erik menjawab dengan cepat, "Baik Bu, saya akan berusaha mencari tahu,"

"Terimakasih Erik,"

"Sama-sama Bu,"

Setelah itu Keina menutup panggilan ponselnya, hatinya benar-benar gelisah. Bagaimana jika Shiren dan Alden memang bertemu kemarin? Keina menghela nafasnya berat lalu memijat kepalanya yang berputar. Apa hatinya akan sanggup menghadapi kehadiran Shiren kembali ke kehidupan mereka?

*****

"Pak Alden sepertinya mengunjungi perumahan ini setiap malam,"

Hati Keina berdenyut nyeri mendengar perkataan Erik. Ia menatap potret Alden yang tengah masuk ke dalam suatu apartemen kecil. Ia menelan ludahnya susah payah, mencoba mencari kembali konsentrasinya yang mulai terpecah.

"Baik Erik, terimakasih,"

"Apa saya harus membuntutinya lagi, Bu?"

Keina menggeleng, "Tidak, tidak perlu. Biar aku yang mencari tahu sendiri untuk sementara ini. Kau bisa pergi, Erik. Terimakasih atas bantuannya,"

Keina segera menyimpan foto itu ke dalam laci kerjanya lalu menghela nafasnya berat. Selama setahun ini meski Alden tidak mencintainya, Alden tidak pernah bertindak macam-macam. Namun sekarang berbeda, firasatnya mengatakan hal buruk bahwa Alden tengah sibuk dengan hal lain. Selama beberapa hari terakhir Alden terus pulang terlambat, terkadang Alden bahkan pulang dini hari. Tidak ada waktu untuk berbicara karena keesokan harinya Keina hanya mendapati ranjangnya telah kosong. Sikap Alden yang semula dingin, terasa makin tak terjangkau olehnya. Keina menarik nafasnya lalu menghembuskannya kasar, ia akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya nanti malam.

*****

Benar seperti dugaan Erik, Alden akan muncul di perumahan ini jam delapan malam.

Keina menghela nafasnya saat melihat bayangan Alden mulai masuk ke dalam sana. Perlahan, ia mengawasi dari arah mobil. Lantai dua, Alden menaiki tangga ke lantai dua. Tidak berapa lama pintu terbuka dan suaminya menghilang dari balik pintu. Keina mendesah, si pembuka pintu tidak menampakkan dirinya seperti penuturan Erik.

Keina akhirnya keluar dari mobil, sekali lagi ia menarik nafas. Mencoba mengumpulkan seluruh kekuatannya agar bisa memajukan kakinya untuk melangkah. Dengan tangan terkepal di samping tubuhnya, Keina membawa kakinya mengikuti langkah Alden. Entah apa yang akan dilakukan Keina nanti, ia sendiri tidak tahu. Untuk sementara ini ia hanya penasaran. Ia melakukan karena ingin tahu kemana Alden sering menghilang.

Keina akhirnya sampai. Dia mengetuk pintunya dengan gugup, namun tidak ada yang menjawab. Dengan tekad yang kuat, Keina menarik gagang pintu. Ternyata pintunya tidak terkunci.

Keina segera masuk ke dalam, matanya membelalak lebar saat melihat bayangan Alden yang tengah memeluk seorang wanita lalu menundukkan wajahnya ke wajah si perempuan membuat Keina seketika terpaku. Jelas sekali bahwa bibir mereka tengah saling melumat hingga tak menyadari kehadirannya.

Suara Keina gemetar memanggil nama suaminya, "Alden?"

Aktivitas itu segera terhenti, kedua sejoli itu terlihat membalikkan tubuh. Dunia Keina terasa runtuh saat melihat siapa yang tengah Alden rangkul disana. Itu Shiren Athalia, wanita yang dicintai Alden itu kembali.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Yunita Yunita
𝘯𝘩 𝘬𝘯 𝘬𝘦𝘡𝘒𝘩𝘢𝘒𝘯 𝘨𝘳𝘦𝘨𝘦𝘡 𝘸𝘦𝘩
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
Gemes deh sama Alden.. huuh
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
tega sekali Alden. semangat keina, kamu wanita kuat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status