Aku terbangun dari tidurku, badanku masih terlihat lemas, aku membuka ponselku dan melihat jam yang tertera,
‘Huft.’ suara helaan nafasku.
“ Jam 10 pagi” ucapku lirih melihat kelayar ponselku,
Aku melirik kearah air laut yang berada dikamarku, ingin rasaku aku menceburkan diriku kesana, air laut itu seperti memanggilku dan ingin bermesraan denganku, namun keinginan itu terhalang oleh pakaian dan handuk yang tidak aku miliki.
Diatas tempat tidur itu, aku mulai menatap kesekeliling ruangan, fokusku tertuju pada sebuah lemari yang berdiri disudut dekat pintu, aku berfikir kalau ruangan ini untuk seorang tamu, berarti seluruh isinya adalah untuk tamu.
Aku berjalan mendekati lemari tersebut dam membukanya, aku mulai tersenyum jahat ketika melihat beberapa lipatan pakaian pria dan handuk didalam itu. Aku menanggalkan pakaian dan hanya menyisahkan celana pendek,
‘Cbuarrr’ suara jasadku yang loncat kedalam air.
Di luar panas sangat menyengat, mobil berlalu lalang sesekali, Restaurant ini terletak di jalan Arogane, jalan Arogane tidak jauh dari jalan Spinx dan sangat dekat dengan pusat kota, restaurant itu bernama 'Niceafood' pelesetan dari Nice Sea Food. Liliana menunjuk kearah sudut restaurant itu, dan mengajak kami untuk memilih tempat itu, kami berjalan perlahan menuju meja disudut reataurant, Liliana menarik bangku dan duduk diatasnya. Kami menyusul perbuatan Liliana, “ Diluar sangat panas, pilihan bagus memilih bagian indoor, Yah” ucap Liliana pada Paman Jhonny. Seseorang waitress datang menghampiri sembari membawa menu, dia menawari menu terbaik ditempat itu, dibarengi senyumnya kini dia menyapa Paman Jhonny dan Liliana. “ Sudah lama anda tidak berkunjung Tuan” ucapnya, Paman Jhonny hanya membalasnya dengan senyuman dan meminta kepada pelayan tersebut untuk membawa menu biasanya dia pesan, “ Bagaimana dengan kalian?” tanya Paman Jhonny pa
‘ Ingin menebang?’ sebuah pesan dari Juna, Aku hanya melirik isi pesan itu dan tidak membalasnya. Kami telah tiba di hutan perbatasan Lostcity, aku benar-benar tidak tahu di mana posisi Lhome Funeral itu, tapi cukup aneh, jika mereka membawaku ke hutan perbatasan Lostcity dan mengatakan bahwa Lhome Funeral terletak tidak jauh dari hutan. Disana terlihat sebuah jalan kecil yang dikanan dan kirinya ditumbuhin semak belukar, dan jalan kecil seperti jalan yang sering dilalui orang-orang, perihal jalan itu sangat bersih. Erina menuntun kami, dia juga mengatakan padaku bahwa tempat tinggal mereka berada tidak jauh dari hutan perbatasan Lostcity. Aku tidak terlalu mengingatnya. Setahuku, kami semua baru saja saling bertemu dan mengenal, namun hubungan kami sudah sedekat ini, aku tak menyangka bahwa itu akan terjadi. Seminggu lalu aku hanya menatap Erina sebagai gadis polos yang ramah, sekarang aku memandang dia sebagai wanita yang berambisi, Empat hari lalu aku men
Aku kembali kerumah indah itu bersama Liliana, Mia dan Randa. Aku menatap kearah kanan dan kiriku hingga penglihatanku mendapatkan sesuatu yang tak asing bagiku, aku melihat seorang wanita yang sedang menyapu halaman rumahnya, rumahnya adalah salah satu diantara kesepuluh rumah disana, dia membelakangi kami. Kami berjalan hingga melewati wanita tersebut, aku mulai sedikit meliriknya dan memperhatikannya, dia sama sekali tidak menghiraukan pandanganku dan hanya fokus tertunduk menatap apa yang dia sapu. ‘Huft’ suara nafasnya sembari menegakkan diri dan mengusap keringat dikeningnya, Aku menatapnya dan ternyata dia benar-benar adalah wanita yang kukenal, sebelumnya Erina juga bertanya-tanya tentang kenapa aku yang dipilih oleh Rosalina untuk mengantarnya keliling, dan dari apa yang kulihat saat ini, aku sadar makna dari ucapannya, bahwa Rosalina yang kerap kami panggil Bu Ros adalah salah satu dari mereka, maksudku Para Gresmonian. “ Bu
Kami berjalan meninggalkan rumah tersebut, dan pemukiman disekitar terlihat sangat sunyi, padahal waktu menunjukkan pukul Lima sore, seharusnya banyak orang-orang yang sedang bersih-bersih halaman mereka. Kami melanjutkan perjalanan ke Tarling menuju kerumah Paman Jhonny, Selang satu jam kami sampai dirumahnya, badanku begitu lelah karena aktifitas beruntun hari ini dan tidur yang tidak teratur, aku seperti menganggap rumah Paman Jhonny sebagai rumahku, setelah Liliana memutar kunci dan membuka pintu rumah, langsung saja aku masuk dan menuju kekamar yang disediakan, aku berbaring diatas kasur akibat kelelahan, aku berharap malam ini akan mendapatkan pesan yang lebih baik dari sebelumnya. ‘Knock, knock.’ Suara ketukan pintu dari luar kamar, Jujur aku sangat ingin tidur saat itu, namun seseorang mengganggu istirahatku. Aku bangkit dan membuka pintuku, terlihat Paman Jhonny sedang memegang sebuah buku, dia memberikan buku itu padaku untuk
Sore ini ada konferensi di Lhome Funeral, aku memberi pesan kepada Erina untuk hadir, namun tetap memakai identitas sebagai anak Paman Jhonny, setelah mendapatkan mimpi itu, aku menjadi sedikit was-was jika menunjukkan identitas asliku, untungnya Paman Jhonny sudah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Kami telah memasuki Lostcity, Paman Jhonny tidak mengucapkan sepatah katapun dari awal mengemudi hingga memasuki kota Lostcity, aku masih bingung dengan tingkah Lidya, tidak pernah sedikitpun dia menangis seperti itu sebelumnya, setahuku dia adalah adik yang cukup cuek. Setelah kami sampai dirumahku, aku lekas keluar dari dalam mobil dan menuju kedalam rumah, pintu depan tidak terkunci sehingga aku menerobos masuk, jika pintu tidak dikunci kemungkinan ibu dirumah, sebab jika Lidya sendiri, terkadang dia mengunci pintunya karena khawatir pencuri. Aku berlari kecil mencari Lidya, “ Lidya!” pekikku, mencari kordinat Lidya. Aku tertuju kekamar Lidya yang tertutu
Aku tidak menatap kepada apapun, aku tidak merasakan apapun, semuanya hanya kosong. Suara-suara yang awalnya tidak ada, kini mulai terdengar. Aku bisa mendengar suara detakkan jam, suara kicau burung dan beberapa suara lainnya, perlahan-lahan aku mulai tersadar bahwa aku telah bangun dari tidurku, aku menatap kearah jam disudut atas kamarku, dia menunjukkan kearah 02.30 siang, tidak terlalu lama aku beristirahat. Aku keluar dari kamar dan mencoba memastikan keadaan Paman Jhonny dan Liliana, aku berjalan menuruni tangga dan melihat mereka sedang duduk diruang tengah bersama Lidya, mereka menyaksikan kartun yang tayang ditelevisi, “ Apa kita berangkat sekarang?” tanyaku pada mereka, sembari menuruni tangga dan berjalan mendekat. Paman Jhonny yang mendengarnya, langsung mengalihkan pandangannya kearahku sembari melihat jam ditangannya, lalu dia menaikkan salah satu alisnya, “ Bersiaplah, kita akan berangkat.” Ucapnya Aku hanya membasuh wajahku de
Aku menatap keseluruh penjuru ruangan, ruangan yang penuh dengan orang-orang yang diluar nalar, posisi hall ini sama seperti posisi hall didalam sebuah gereja. Bedanya, disini tidak terdapat patung, atau tanda semisalnya, ruangan ini tidak memiliki ukiran apapun. Seorang pria memulai konferensi dan menjadi seorang moderator, seluruh orang didalam hall menjadi hening. “ Salam, demender jami’ah fi associate…”( Salam, selamat datang semuanya di perkumpulan/konferensi) ucap moderator, Salah seorang bangkit dari kursi dan mengangkat tangannya, dia mencoba mengajukan pertanyaan, “ Tuan Gulliver, bisakah kau menggunakan bahasa latin. Banyak perwakilan baru dari setiap marga yang tidak mengerti bahasa Gresognian.” Semua mata tertuju pada pria yang bertanya itu. Pertanyaan pria itu sekaligus mewakiliku yang tidak paham dengan bahasa Gresognian, pria itu diam sejenak dan tampak sedang berbicara dengan Laire yang duduk disam
Para Dorrothy itu merubah wujudnya, tubuh mereka kembali membengkak dan mengoyakkan baju-baju yang mereka gunakan, bulu-bulu mulai bertumbuhan di sekujur tubuhnya. Mata mereka menjadi hitam, lalu mereka terkuyuh jatuh, tak lama kemudian mereka bangkit dan menjadi Coyote berbulu emas secara bersamaan. Ukuran mereka sangat luar biasa, Dorrothy yang mereka lihat sangat asing bagi mereka, ada sekitar dua belas ekor Coyote dihadapan mereka. Coyote-coyote itu meraung dan melolong dengan seringaian yang ingin membunuh. Lolongan coyote - coyote tersebut menerbangkan burung-burung yang hendak beristirahat di sore hari. Kulit putih miliki Gulliver dan Wilhem menjadi sedikit memerah, “ Aku bisa bangkit, mereka tidak bisa melawan anjing hutan itu sendiri, aku akan membantu, Lumia panggilah bantuan dari Lhome” ucap Randa berusaha berdiri. Aku mencoba menghitung ulang, dan ternyata total coyote itu bertambah menjadi lima belas. “ Jhonny, sudah lama kit