Rudi membernarkan posisinya."Buat apa ikut?" tanya Rudi sambil mencium keningnya."Aku gak bisa lama-lama pisah denganmu, Mas," ujarnya beralasan. Suaranya terdengar manja di telinga Rudi. Membuat lelaki itu gemas dan kembali memberinya sebuah ciuman."Hanya dua hari, Sayang," sahutnya, kali ini lelaki itu mencium rambut Santi yang mengeluarkan aroma wangi shampoo."Lama, Mas. Aku gak bisa jauh-jauh darimu," ucapnya. "Pasti nanti kamu menghabiskan waktu dengan wanita bau bawang itu.""Dia kan istriku, Sayang. Nanti kalau aku tak memanjakannya, dia malah curiga," sahut Rudi sambil menowel hidung Santi karena gemas...Pagi-pagi Rudi dan Santi siap untuk bekerja. Mereka sarapan sambil bercanda gurau, terkadang juga membahas tentang masa depan mereka, benar-benar seperti pasangan halal yang bahagia.Setelah selesai Santi berangkat terlebih dulu, agar tak menimbulkan kecurigaan dari rekan kerjanya. Untuk saat ini memang belum ada yang tahu karena mereka sangat pandai menyembunyikan hubun
Hampir setiap bersama, kedua insan yang tengah dimabuk asmara itu melakukan penyatuan, tak ada kata lelah bagi keduanya. Seolah benar adanya, jika kesalahan itu dilakukan maka akan mendapatkan sensasi yang berbeda."Terima kasih, Sayang," ucap Rudi sambil mencium pucuk kepala Santi. Setelah raganya merasakan kelelahan yang luar biasa karena dipaksa bekerja menuruti hasratnya."Apa sih nggak buat kamu, Mas, yang penting kamu bahagia," sahut Santi sambil tersenyum menggoda. Dengan Rudi gadis bukan perawan itu mempunyai perasaan lebih. Tak seperti lelaki yang sempat singgah di hidupnya, yang hanya dimanfaatkan hartanya saja."Kamu memang paling mengerti diriku, Sayang," balas Rudi. Setelah itu lelaki itu memejamkan matanya dengan bibir mengulas senyum kepuasan. Tak lama kemudian sudah terdengar dengkuran halus dari bibir tipisnya. Santi tersenyum, baginya wajah itu tak pernah membosankan, semakin dipandang semakin membuatnya terpesona.Besok Rudi akan pulang, menemui anak dan istrinya. Me
Kerasnya kehidupan yang dulu dialami Santi, membuatnya menghalalkan segala cara agar keinginannya bisa tercapai. Santi terjebak dalam pergaulan bebas. Gadis itu sudah berpetualang dalam dekapan lelaki hidung belang sedari memasuki bangku SMA. Santi muda sempat berpikir untuk mengakhiri pekerjaannya. Namun, keadaan ekonomi orang tuanya yang pas-pasan tak bisa memenuhi keinginannya untuk meneruskan pendidikan ke bangku kuliah. Hingga dia kembali menjadi wanita panggilan.Dengan tekad yang kuat, dia pamit kepada orang tuanya untuk menempuh pendidikan di kota. Banyaknya tuntutan gaya hidup membuatnya tak bisa melepaskan diri dari lembah hitam kenistaan. Namun, ada satu hal yang bisa dibanggakan darinya, Santi tetap berhasil menamatkan kuliahnya walaupun dengan sedikit sogokan pada dosen pembimbingnya. Dengan kemolekan tubuhnya.Selepas kuliah Santi langsung bekerja sebagai asisten manajer di sebuah kantor. Sesekali dia masih menerima panggilan jika memasuki akhir bulan. Gajinya yang tak
Ambar masih bertahan di dalam taksi, menunggu kira-kira apa yang akan terjadi. Firasatnya mengatakan kalau dia adalah wanita yang berada di video itu. Namun, Ambar tak mau gegabah, ibunya Alif itu mengamati gerak-gerik sang wanita yang masih berdiri di depan dengan membawa sebuah bungkusan di tangan kirinya.Pintu rumah terbuka, Rudi terlihat keluar sambil menggendong Alif. Seketika Ambar menjadi emosi. Namun, dia mengurungkan niatnya untuk turun setelah melihat Rudi membuka pagar. "Hallo, Alif," sapa Santi. Namun, bocah berambut ikal itu terlihat cuek bahkan memundurkan tubuhnya ketika hendak dicium Santi. Alif juga diam saja ketika Santi memberikan bingkisan yang sedari tadi dipegangnya."Ini Tante bawain mainan buat Alif. Diterima dong, Nak ganteng," ranyunya. Mendengar kata mainan bocah itu tampak tertarik, dia terlihat mencondongkan badannya. Namun, tiba-tiba dia kembali mundur."Nggak pa-pa, Sayang. Ini ambil gih," rayunya lagi. Kali ini Alif malah menyembunyikan wajahnya di be
Ambar masih terpaku di tempatnya sambil menatap ponsel yang sudah tak berbentuk. Perlahan wanita berambut ikal itu menunduk lalu mengambil pecahan ponsel tersebut. Dengan sangat menyesal dia berjalan ke arah taksi yang masih setia menunggunya."Bapak, maaf. Ponsel bapak rusak. Em, gini sekarang tolong antar saya ke ATM terdekat, setelah itu kita ke counter untuk beli ponsel baru. Em, Bapak masih ingat email-nya kan?" tanya Ambar panjang lebar, wanita yang suka dengan warna merah hati itu benar-benar merasa bersalah."Wah, saya nggak tahu kalau urusan itu, Bu. Anak saya yang ngotak-ngatik itu," sahutnya polos."Oh, ya udah kalau gitu. Sekarang kita langsung ke ATM ya, Pak. Terus beli ponsel untuk bapak. Semoga saja anaknya ndak lupa sama email-nya ya, Pak.""Iya, Bu. Gak pa-pa. Ibu gak usah khawatir. Saya yang minta maaf, karena ponselnya rusak jadi gak punya barang bukti.""Kok malah bapak yang minta maaf," sahut Ambar yang masih merasa tak enak hati. Setelah itu Ambar dan Pak supir t
"Fitri ... bagaimana, susah ndak nyari kamarnya?" tanya Rahayu dengan suara lirih sambil tersenyum.Santi mengehentikan langkahnya, perempuan itu terlihat heran dengan sikap ibunya Rudi. Dia juga berpikir apa wanita tua itu sudah gila?"Permisi, Mbak," ucap seseorang dari belakang Santi. Menyadari siapa yang datang, wanita yang hendak menceritakan hubungannya dengan Rudi pada Rahayu itu langsung balik badan dan segera berlalu dari ruangan itu."Siapa dia, Bu?" tanya Fitri setelah duduk di bangku plastik yang disediakan pihak rumah sakit untuk keluarga yang menjaga pasien.Rahayu menggeleng tanda tak mengerti. "Bagaimana kondisi di rumah?" tanyanya kemudian."Ndak terjadi apa-apa, Bu. Mbak Ambar dan Mas Rudi hanya saling diem-dieman," sahut Fitri berbohong sesuai permintaan Ambar. Agar mertuanya itu tidak begitu memikirkan masalahnya."Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang ...." Rahayu tidak melanjutkan, wanita itu memejamkan matanya. Di usianya yang sudah renta, dia di hadapkan denga
Rudi kehabisan kata-kata, tetapi itu tak berlangsung lama. Lelaki itu kembali mengancam Ambar. "Jika kamu ingin berpisah, maka kamu harus keluar dari rumah ini. Tanpa membawa harta benda, kecuali barang yang sedang kamu pakai di badan. Ingat perjanjiannya kan, siapapun yang menuntut perceraian dia akan keluar."Ambar memejamkan matanya, jelas dia masih ingat dengan perjanjian yang mereka sepakati bersama. Bodohnya saat itu, dia merasa satu-satunya wanita yang dicintai Rudi, jadi dia yakin tak mungkin suaminya itu akan berpaling. Hingga janji itu dibuat, bukan siapa yang berselingkuh tapi siapa yang menginginkan perceraian. Bodoh."Aku akan keluar bersama Alif, karena aku tak mau anakku diasuh oleh wanita yang tak bermartabat.""Keluar dari rumah ini tanpa membawa apapun. Termasuk Alif!" tegas Rudi lagi. Merasa di atas angin Rudi pun bangkit. Namun, langkanya kembali terhenti."Kalau begitu video itu akan sampai ke kantormu, dan kamu tahu kan akibatnya," ucap Ambar tenang."Jangan meng
Ambar dan Alif sudah siap di atas motor, bocah yang masih belajar di Pendidikan Usia Dini itu duduk di depan ibunya, keduanya terlihat ceria seperti hari-hari sebelumnya. Sesekali membalas sapaan tentangga yang kebetulan lewat. Ambar sudah bisa tersenyum, mata yang beberapa hari terakhir tampak redup kini kembali berbinar. Wanita penyuka kopi tanpa gula itu sudah memutuskan untuk melepaskan. "Aku berhak bahagia, dan bahagiaku tak selalu dengan Rudi" Itu yang selalu dibisikkan pada dirinya sendiri. "Aku kuat, aku bisa!" Kalimat sederhana yang mampu merubah jalan pikirannya."Alif udah siap?" tanya Ambar setelah memasangkan helm bergambar Bobo boy pada putranya itu."Udah," sahut bocah sambil mengangguk penuh semangat. "Baca doa dulu yuk," ajak Ambar, keduanya pun membaca doa naik kendaraan seperti yang dipelajari Alif di sekolahnya. Di sepanjang jalan Alif bercerita banyak hal, termasuk pertemuannya dengan Santi yang katanya menyeramkan. "Bunda ndak tahu sih, dia benar-benar menyeram