Share

Bab 2

Malam begitu muram, petir menyambar-nyambar dan badai begitu kuat. Menerbangkan anak rambut seorang gadis yang tengah berjalan di bawah guyuran hujan dengan payung yang melindunginya. Jalan ini sangat sepi, toko-toko telah ditutup oleh pemiliknya dan mungkin ia satu-satunya yang mau berjalan di bawah guyuran hujan ini.

"Dingin sekali." Ambera Cressida, gadis itu berjalan dengan mata yang bergerak liar menatap sekitarnya. Gadis 18 tahun itu di perintahkan untuk membeli rokok oleh sepupunya, Ambera tidak punya pilihan lain selain menaatinya mengingat ia menumpang tinggal di rumah pamannya.

Ya, selama ini ia hanya hidup menumpang di rumah pamannya yang merupakan kakak dari ibunya karena kedua orang tuanya sudah meninggal ketika ia berusia 10 tahun karena kecelakaan. Mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba saja meledak dan terbakar. Di saat itulah Ambera di adopsi oleh keluarga pamannya.

Dari pada mengadopsinya mungkin lebih tepatnya menjadikan Ambera sebagai pembantu, Ambera mengerjakannya semua pekerjaan rumah. Ia juga yang membantu menyiapkan semua kebutuhan Paman, bibinya, dan juga sepupu laki-lakinya. Yah, meski mereka membantu membayar uang sekolah Ambera, tapi ini sudah berlebihan.

Ambera sudah berjalan sejak tadi, tapi ia tidak menemukan toko yang masih buka. Rambut hitamnya bahkan telah basah karena rembesan air hujan. Matanya yang sekelam malam itu masih berusaha mencari toko yang masih buka hingga ia menemukan sebuah toko yang lampunya masih menyala.

Bergegas, Ambera menghampiri toko itu dan membeli rokok yang dimaksud. Ugh, sepupunya itu memang suka sekali membuatnya kesulitan. Padahal ia punya motor dan bisa membelinya sendiri, tapi ia masih saja menyuruh Ambera untuk keluar pada malam hari untuk membelinya.

"Terima kasih." Ambera menerima rokok yang diberikan oleh penjaga toko itu, setelah itu Ambera berbalik dan kembali ke rumah.

Sama seperti tadi, hujan asih deras. Ambera merapatkan cardigan yang ia pakai agar lebih menghangatkan tubuhnya. Rambut hitamnya juga telah terkena beberapa tetes air hujan meski ia masih memakai payung, kakinya juga basah karena air hujan. Entah kenapa perjalanan pulang ke rumahnya terasa jauh sekali.

"Sepi sekali." Ambera menatap langit yang gelap, sesekali petir menyambar dan membuat langit itu terang meski hanya beberapa detik. Suasana ini membuat bulu kuduk Ambera merinding.

Petir menggelegar.

"Apa itu?" Ambera menatap ke langit, ketika petir berkilat tadi ia melihat sesuatu yang terbang. Namun yang Ambera lihat saat ini hanyalah langit gelap. Ambera menggelengkan kepalanya. "Mungkin aku salah lihat." Ambera kembali melangkah.

Bum!!

Namun baru saja Ambera melangkah tiba-tiba sesuatu jatuh di hadapannya, Ambera sangat terkejut hingga ia jatuh. Payungnya pun terlepas dan terbang karena angin. Ambera menatap sesuatu yang ada di depannya itu. Semula Ambera tidak melihat apa-apa karena asap hitam di sana tapi Ambera membelalakkan matanya ketika melihat sosok yang keluar dari kumpulan asap hitam itu.

"S-siapa kau?" Ambera beringsut ke belakang ketika sosok itu mendekat ke arahnya, Ambera takut. Sangat takut. Sosok didepannya ini tidak seperti manusia, ia memiliki dua mata merah yang menyala, dua tanduk, sepasang sayap hitam dan rambut yang senanda dengan warna matanya.

Hujan mengguyur tubuh mereka berdua, sosok itu -Lucifer- menatap balik gadis manusia yang memandangnya penuh rasa takut itu. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah gadis manusia itu bersamaan dengan beringsutnya si manusia. Berusaha menjauh darinya.

Lucifer mendecih, ia dengan sekejap mata ia sudah berada di hadapan Ambera seraya memegangi kepala gadis itu dan di saat itu juga Ambera tidak sadarkan diri. Lucifer membuatnya pingsan.

"Kita harus pergi dari sini." Lucifer membawa Ambera ke dalam gendongannya, ia berdiri dan mengepakkan sayapnya lalu terbang. Waktunya hanya sedikit, ia harus segera melakukannya dan membuat gadis ini hamil anaknya.

~~~

Ambera membuka matanya perlahan karena suara ayam yang berkokok yang masuki indera pendengarannya, suara ayam itu memang rutin membangunkannya karena ayam itu adalah milik tetangganya yang rumahnya persis di samping rumah pamannya ini. "Ugh!" Ambera mencoba duduk, tubuhnya terasa sangat lelah dan tulangnya seperti mau remuk.

"Ya Tuhan, sakit sekali." Ambera tidak tahu kenapa ia merasakan pegal yang teramat sangat pada tubuhnya, belum lagi ia yang merasakan sakit di bagian perutnya. Ambera melirik jam dan ternyata baru pukul 6 pagi.

Ambera berdiri, tapi ia kembali terjatuh karena kakinya yang terasa lemas. "Aduh." Ambera akhirnya hanya bisa kebingungan dengan semua yang terjadi. Ambera mencoba mengingat apa yang ia lewatkan, rasanya ia seperti melupakan sesuatu. Hal yang terakhir Ambera ingat adalah ia yang dalam perjalanan pulang dari membeli rokok.

Ambera memukul-mukul kepala. "Ah, aku tidak ingat apapun. Apa karena aku mengantuk? Jadi aku langsung pulang dan tidur?" Gadis itu mencoba untuk berdiri lagi, ia harus segera memasak sarapan untuk Paman, Bibi, dan Sepupunya. Jika tidak ada sarapan sebelum jam tujuh, mereka akan ribut dan menyalahkan dirinya.

Butuh perjuangan bagi Ambera untuk bisa keluar dari kamarnya, kakinya terasa lemas. "Lemas sekali, apa karena kedinginan semalam?" gumam Ambera ketika ia sudah sampai di dapur, ia ingat semalam ia menggunakan celana pendek ke luar dan memakai cardigan. Sekarang pakaian itu telah berganti dengan baju tidur yang panjang.

Ambera kaget sendiri. "Oh? Apakah aku yang menggantinya?" Lupa dengan hal-hal yang terjadi memang menyebalkan. Tapi, Ambera bukannya lupa hanya saja ingatannya dihapus oleh Lucifer.

Selesai membuat dan menyiapkan sarapan, Ambera kembali ke kamarnya. Ia perlu mandi dan segera bergegas ke sekolah, ia tidak boleh ketinggalan bis jika tidak ia akan berjalan kaki ke sekolah dan berakhir dihukum karena terlambat. Paman dan bibinya memang tidak pernah mengantarnya ke sekolah, padahal pamannya bisa saja memberikannya tumpangan karena ia ke kantor. Begitu juga dengan Jonatan yang memiliki motor.

Namun, Ambera tidak masalah dengan hal itu. Ia juga tidak mau merepotkan mereka lebih banyak. Ambera masuk ke dalam kamar mandi, pakaian ganti ia gantungkan lada gantungan Nyang tersedia. Kemudian Ambera melepaskan pakaiannya.

"Astaga, ini kenapa?" Ambera terkejut melihat bayangannya yang ada di cermin, dari pundaknya hingga punggung dan leher atasnya penuh dengan bercak merah. Seperti digigit serangga. Ambera mendekat pada cermin itu agar bisa melihat dengan lebih jelas. "Apa aku terkena alergi?" Ambera menggosok-gosok bercak itu dengan tangannya.

"Atau aku terkena gigitan serangga?" Ketika Ambera menggosoknya ia tidak merasakan gatal di sana, tidak ada rasa apapun dan terasa baik-baik saja. "Sudahlah, nanti saja aku obati." Dan Ambera melanjutkan mandinya, mengabaikan ada banyak bercak-bercak merah yang ada pada tubuhnya.

Lagi-lagi Ambera tidak tahu jika Lucifer lah penyebabnya, Lucifer yang saat ini tengah tertidur sampai pada akhirnya anak yang berada dalam rahim Ambera lahir ke dunia dan membuatnya terbangun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status