Share

9. Masakan Yura

Yura baru saja selesai, karena belum ada asisten rumah tangga dia kerja sendiri, dia harus menata semua makanan di atas meja makan. Meskipun lelah habis bekerja seharian, dia masih mampu lho untuk mengurus suami dan anak sambungnya ini, dia lakukan ini juga karena kasian dengan Tian, kalau sama Raga sih bodo amat lah.

“Butuh bantuan?“ tawar Raga baru selesai mandi, dia tersenyum sambil menaiki alisnya berulang kali.

“Kamu ngapain lihat aku gitu?“ Yura sudah langsung negatif thinking, parahnya pria ini langsung menyeret Yura ke kamar tamu.

Gara-gara dapat mendapat kiriman dari temannya dari luar negeri, junior Raga menegang, daripada main solo sendiri, lebih baik berdua Yura, untung dia pintar menyuruh Tian bermain game di kamarnya, tentu bocah itu asik dunianya sendiri, namanya juga bocah.

“Raga, lepaskan!“ Yura terus menahan tubuhnya melarikan diri, tapi pria ini sudah panas dingin ingin meminta haknya, ah tidak bisa kah dia menunggu saat Tian tertidur, kalau gini kan Yura was-was.

“Rag—-hmpptt.“ Raga menyumbat suara Yura dengan bibirnya, dia melumat seperti permen, perlahan dia berjalan mundur membanting Yura di ranjang.

Raga melucuti seluruh pakaian Yura, lalu dia mengelus telapak kaki wanita ini, perlahan menjalar ke atas, sehingga tulang selangka memperlihat lembah miliknya. Lidah Raga kini menjilati paha mulus sambil meremas dada besar Yura.

Tidak dapat menahan gejolak Raga berikan, Yura memberikan akses Raga memasuki miliknya, dia membuka lebar pahanya, lalu menunggu sih perisai menegang. Sesekali Raga menatapnya liar, dia mengganti posisi Raga di bawah, dia memasuki batang Raga menuju rongga mulutnya, lalu menurun naikkan seperti menikmati es cream.

Astaga, bisa saja Yura membuat Raga semakin hareudang, pria ini pun merasa terkaku dalam kenikmatannya sendiri. “Lagi Ra, kamu bikin aku candu,” desah pria ini.

“Sekarang?“ Yura melepaskan dengan sedikit menengadahkan kepalanya.

Raga menaik tubuh Yura berbarik di atas badan yang tampak gagah, setelah itu ia berguling, tak lagi berpikir panjang pria ini memasukkan pedang sudah siap menancap lubang sangkar kewanitaan Yura.

“Pelan-pelan, sedikit perih,” ucap Yura merasakan hentakan Raga berikan cukup kuat.

Permainan mereka semakin panas, Raga meninggal jejak seluruh tubuh wanita ini, dia memberikan guncangan naik turun dengan durasi lebih cepat.

“Ouh … Raga, kau gila!“ umpat wanita ini saat Raga perlahan melepaskan miliknya, pria ini malah memasuki jemari tengah bermain di buah bibir yang selalu tertutup.

Ternyata sensasi membuat Yura berada di puncak, pasrah dengan apa yang Raga lakukan, dia malah meraih sih junior, jika Raga bisa mempermainkannya, dia juga bisa.

Dan benar belum lama Yura merasa ingin pipis, tapi dia tahu itu bukan pipis melainkan klimaks. “Aku mau keluar, Ga.“

Raga langsung memasuki kembali dengan satu hentakan, wajah Yura memerah saat pria ini menjilati daun telinga seakan kelemahan wanita. “Hmmm … ah, buruan nanti Tian datang.“

“Yang dalam, Ga.“ Yura suka setiap gairah yang Raga berikan, dia seakan melupakan kebencian kepada pria ini, soal ranjang pria ini memang memuaskan, pantas Melisa sering menyebutnya penjahat kelamin.

“Sedikit lagi,” bisik Raga. Pria ini mempercepatkan gerakannya sambil meremas dua gunung kembar miliknya, lalu mengisap salah satu seperti bayi.

Tok … tok … tok, suara ketukan dari luar terdengar, keduanya saling menatap takut, masa anak kecil harus melihat beginian, ini kan adegan di bawah umur.

“Itu pasti Tian, gimana dong?“ tanya Yura panik, dia gelagapan tak karuan, padahal kan tanggung banget harus lepas.

Yura menggerang kesakitan ketika bokong pria ini turun naik, menghujani lembah basah itu dengan batang besar dan kokoh milik Raga.

Ketika sudah di ujung tanduk, Raga menghentakkan satu kali guncangan membuat cairan benih menelusuri rahim sang istri. Yura pun ambruk seketika, dia tak berdaya karena hasrat Raga berikan malam ini sangat bergairah.

“Papi, lagi di dalam ya?“ Tian berkata dari balik pintu, berulang kali dia mengetuk tak ada jawaban. Dia tetap menunggu Raga dari luar, karena kan nggak sopan masuk tanpa diberikan izin.

“Tian, cari siapa?“ ternyata Yura keluar duluan, ini kan kamar tamu, takut Tian malah curiga jika Raga yang keluar duluan. Maklum, otak Tian bekerjanya cepat sekali lho, dia bisa curiga kalau Raga yang keluar, pasalnya pria ini tak pernah ke kamar tamu.

“Lha, kok Tante sih, papi mana?“ Yura memasang senyuman lebar, tepatnya senyum terpaksa.

“Tante enggak tahu, memangnya nggak ada di kamarnya?“ Yura pura-pura aja bego, daripada ketahuan ini bocah, kan nggak lucu jadinya.

“Nggak ada, tadi papi bilang mau bantuin Tante masak, padahal aku ngajak papi main video game.“ Yura mengerucutkan bibirnya, pantas-pantas sih otak mesum itu langsung beraksi, ternyata dia suami mengamankan ini bocah sejenak.

“Hah? Papi kamu bilang gitu, tapi Tante nggak ada lihat papi dari tadi.“ Karena Raga, dia jadi bohong, apalagi lututnya masih lemas dan sedikit gemetaran.

“Ya udah deh, aku cari papi dulu,” kata Tian, lalu pergi. Yura kembali masuk ke kamar itu dengan muka kesal, emang otak mesum nih orang, tega amat biarkan anaknya main sendiri, demi mencapai kepuasan birahinya. Dasar Raga bejat!

“Kamu keterlaluan banget tinggalkan Tian main video game sendirian.“ Yura melempar Raga dengan bantal berulang, kesal banget Yura, pria ini malah asik-asikan rebahan, nggak tau kali dia udah berdebar rasa mau copot ini jantung.

“Tian itu udah biasa kok main sendiri,” ujar Raga santai. Apalagi dia tahu Alfira juga sering melakukan hal yang sama, ketika wanita itu sibuk dengan urusan tak pentingnya itu.

“Astaga, orang tua seperti apa kamu? Tega banget sama anak sih.“ Yura sampai menggeleng tak percaya, orang tua zaman sekarang memang lebih banyak nggak peduli sama anak, kan kasihan anak itu butuh perhatian juga kali.

“Udah duduk sini, lanjut lagi nggak?“ Raga berkata sambil menepuk ranjang agar wanita inu segera duduk di sampingnya.

“Lebih baik sekarang kamu pakai baju, lalu keluar ajak Tian makan, itu masakan aku keburu dingin.“ Semua ini ulah Raga, dia sepertinya harus memanaskan lagi masakannya, pasti udah dingin masakan Yura, bisa nggak enak.

“Buru-buru amat sih, duduk dulu kenapa?“ Raga malah menarik ke pangkuannya, ini suami beneran nggak ada kata puasnya, hobby banget memancing Yura.

“Ish, udah deh, Ga. Aku nggak mau Tian melihat kita, kamu nggak kasihan sama anak kamu, dia pasti kelaparan.“ Kan Tian juga yang kelaparan tadi, kalau bukan karena bocah itu, mana mau sih Yura masak, untuk Raga? Ogah banget Yura, capekkan dia saja.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status