Share

#4 Bertemu Lagi (2)

Tenanglah, semua orang bisa datang silih berganti, itulah yang dinamakan hidup.

                         ~Fall In Love ~

Apa hidupku tidak bisa tenang ? Kenapa aku harus bertemu dengan cowok tidak jelas ini ?

“Enggak inget kalau punya pacar, hmm ?” tanya cowok itu lagi

“Bukan enggak inget !” jawabku

“Terus ?”

“Tapi emang enggak punya pacar !” jawabku. Masa bodo apa yang akan dia pikirkan nanti.

“Lagi pula, apa masalahmu ?” lanjutku ketus

Dia menatapku dengan intens. Ah, aku tidak suka seseorang menatapku seperti itu. Tapi tatapan yang dia berikan berbeda. Itu bukan tatapan menilai atau tidak suka. Itu jelas berbeda.

“Kamu lupa aku pacarmu ?” tanyanya

“Pacar ?” stevie mengulang kata itu karena tidak habis pikir.

Sejak kapan dia berpacaran ? Apa dia lupa ingatan ?

“Kenapa mukanya gitu ?” dia masih menatapku tanpa berniat beranjak dari sana

“Emang aku pacar kamu ?” sekarang giliran stevie yang bertanya

“iya dong.”

Cowok ini sepertinya tidak memiliki pekerjaan lain selain menggombal.

“Aku bukan pacar kamu, titik !” kataku

Aku memberinya tatapan datar dan memperagakan tanda titik saat mengatakan itu.

“Aku enggak suka kamu dekat sama cowok lain, titik !” jawabnya

“Nggak jelas” sinis Stevie

Aku berjalan meninggalkannya, tapi dia malah mengikutiku.

“Ada apa ?” tanyaku

“Enggak papa. Cuman mau jalan ke parkiran !” katanya

Aku menatapnya sambil melipat kedua tanganku didepan dada

“Kenapa jalannya harus di samping aku ?” tanyaku lagi

Aku tidak yakin dia hanya ingin ke parkiran. Atau karena aku terlalu percaya diri dan berpikir dia mengikutiku ?

“Percaya diri banget pacar aku !” katanya

“Aku enggak ngikutin kamu kok !”

“Boong” kataku membantah.

Aku memutar bola mata malas setelah mengatakan itu.

“Kenapa matanya gitu ? Enggak boleh gitu sama pacar sayang,” dia terdengar seperti Ayah yang sedang menasehati Ibu.

Aku terus saja berjalan tanpa menggubrisnya.

“Mau balik bareng ?” tanyanya

Kan, sudah kuduga. Dia tidak hanya akan ke parkiran.

Dia itu modus, dan dia punya banyak cara untuk melakukan kelebihannya itu.

“Aku enggak mau ditolak !”

Aku menatapnya tidak suka. Oh ya, aku ingat jika setiap maba hari ini menggunakan pita yang menunjukan jurusannya. Dia harus memeriksanya.

Saat melihat kearah cowok itu, Stevie menghembuskan nafas berat.

Dia sudah melepaskan almamater kampus dan tentu saja pita jurusan itu juga tidak dia kenakan. Atau bisa saja dia sudah membuangnya. Almamater itu saja sedang di genggamnya sekarang.

Tidak salah sih, memang kegiatan mereka sudah selesai.

Stevie mulai mencopot pita dilengannya dan membuka jasnya saat sudah sampai di parkiran.

“Eh,” kata cowok itu. Dia terlihat sedikit panik disana.

“Kenapa dilepas ?” tanya cowok itu

“Kan udah selesai. Jadi enggak papa dilepas !” jawabku

“Iya tauu. Tapi kenapa lepasnya harus disini ?” tanya dia lagi

Stevie tidak menggubrisnya. Dia hanya mengangkat bahu acuh dan meletakkan jasnya pada lengannya.

“Beib !” panggil cowok itu.

Stevie memilih mengikat rambutnya dibanding mendengarkan ocehan cowok didepannya ini.

Dia bergeser ke samping agar bisa melihat penampilannya pada kaca mobil didepan mereka.

Namun karena mengikat rambut itu, membuat kemeja yang dikeluarkan nya menjadi terangkat keatas dan hampir memperlihatkan perutnya.

“Aisshhh,” cowok disebelahnya itu berdecak kesal dan langsung menutup pinggang stevie dengan menggunakan jasnya. Tidak hanya menyampirkannya, bahkan dia juga ikut memeluk pinggang Stevie.

Untung saja parkiran sedang sepi sekarang. Dia hanya melihat beberapa orang yang sedang bermesraan dengan kekasih mereka.

Stevie tidak masuk hitungan, karena dia sedang tidak bersama kekasihnya.

“Tuh kan. Pamer aja terus !” Kata cowok itu

“Kamu itu punya aku. Nggak boleh pamer ke siapapun !” lanjutnya lagi

Stevie tertawa mendengar itu.

“Maaf, enggak sengaja !” ucap stevie

“Enggak aku maafin. Enggak yang ini.” jawab cowok itu

Oh astaga, harusnya tadi stevie tidak usah meminta maaf.

“Aku maafin kalau ikat rambutnya mau dilepas lagi.” kata cowok itu lagi

“Enggak mau !” tolakku

“Yaudah. Enggak aku maafin.” katanya

Memangnya aku mau meminta maaf darinya ? Itu tadi hanya spontan saja. Stevie memang sering meminta maaf secara spontan seperti tadi.

“Aku enggak perlu jawaban kamu” kataku

“Kalau gitu enggak bakal aku lepasin pelukannya !” 

Cowok ini benar-benar membuatku emosi.

Stevie lalu melepas lagi ikatan rambutnya dan menggerainya.

“Jadi, udah bisa dilepaskan pelukannya ?” tanya stevie

Dia menggelengkan kepalanya

“Enggak mau !” tolaknya

“Aku mau balik. Plisss,” kataku

Akhirnya dia melepaskan pelukan itu dan membuatku lega.

“Balik bareng aku yuk !” ajaknya

Aku masih saja diam ditempat karena aku memang tidak ingin pergi bersamanya.

“Kenapa ?” tanyanya

“Kamu punya tissue ? Aku lupa bawa tadi” kataku

“Punya. Di mobil. Mau aku ambilin ?” tanyanya

“Mobil ? Emang kamu kesini pake mobil ?” aku menatapnya curiga.

Pasti boong !

“Mukanya nggak usah gitu kali. Aku enggak boong kok.” jawabnya

Ah, apakah tatapanku terlalu jujur ?

“Dia menekan tombol yang ada di kunci mobilnya dan sekarang stevie percaya. Bahkan mobil yang tadi stevie gunakan kacanya untuk melihat penampilannya itu, ternyata milik cowok itu.

Kenapa dia harus ketemu cowok kaya ? Oh tidak, mungkin saja itu milik temannya. Jaman sekarang banyak yang seperti itu.

“Bentar,” katanya

Dia berjalan meninggalkanku dan memutari mobilnya.

Ah, aku harus pergi sekarang.

Stevie berlari dan bersembunyi ke beberapa mobil yang sedang terparkir, aku lelah dan ingin segera pulang. Berbicara dengannya hanya akan membuatku sakit kepala.

“Dia tidak akan mengejarku kan ?” kata stevie membatin

“Kemana dia ?” tanya batara pada dirinya sendiri saat dia tidak melihat stevie disana.

Dia mencari keberadaannya namun tidak menemukannya di parkiran.

“Padahal mau diajak jalan-jalan. Kenapa sih di romantisin aja enggak mau ?” katanya lagi pada dirinya sendiri

Baru kali ini dia menemukan cewek yang lari darinya hanya karena melihatnya menggunakan mobil.

Biasanya cewek-cewek akan senang saat mengetahui itu. Tapi kenapa dia berbeda ?

Bahkan dia menyukainya sejak pandangan pertama. Dia tidak pernah dekat dengan mama dan saudarinya. Itu sebabnya dia tidak perlu mengajaknya pacaran dengan menembak lebih dulu.

Tak ada salahnya kan memaksa ?, itu supaya dia tidak punya kesempatan menolak dan Batara tidak perlu mendekatinya sebagai teman.

Batara tidak ingin berteman, tidak dengan cewek yang sudah menarik perhatiannya sejak pandangan pertama.

Lagipula, pacar terdengar cocok untuknya. Tak perlu namanya. Karena batara hanya akan memanggilnya dengan sebutan sayang.

Di lain sisi..

“Akhirnya, mending balik, kasur di rumah nyaman dibanding cowok itu” kata stevie

“Masa bodo dibilang enggak sopan” batinnya

Dia segera memanggil taxi dan pergi dari sana.

Ternyata harapanya tidak terkabul. Dia masih bertemu dengan cowok itu, semoga saja stevie kuat menghadapi semua ketidakwarasannya.

Pertanyaan-nya selalu sama akhir-akhir ini.

Kenapa harus dia yang dipertemukan dengan cowok itu ?

Tapi jangan menyerah, mari berharap lagi. Semoga besok mereka tidak lagi dipertemukan.

. . .

Sampai ketemu di bab selanjutnya. Hope you enjoy it :)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status