Akhirnya, tiba juga di ujung cerita. Terima kasih untuk kakak-kakak, yang sudah mengikuti kisah Lily, Juna dan Baskara. Mohon maaf jika selama ini author jarang up-bab. Jangan lupa untuk mengikuti cerita-cerita author yang lain di Good Novel, ya kak? Sampai jumpa di cerita-cerita lain yang akan menyusul. See you.
Prolog Lily seorang gadis lugu yang bekerja sebagai desainer pemula di sebuah butik terkenal di kota S, terpaksa menjalani pernikahan yang tidak sesuai dengan impiannya, membuatnya terjebak dalam cinta kakak-beradik, Juna dan Baskara. Ia sebenarnya anak angkat pasangan Ikhsan dan Melati, pasangan yang sudah menikah selama 15 tahun namun belum dikarunia keturunan, berprofesi sebagai saudagar kain di pasar besar di kota S. Ikhsan menemukan Lily diletakkan di depan pintu rumahnya setelah ia mendapat tiga kali ketukan di pintu rumahnya. Saat itu pukul 3 pagi, suara tangis bayi mungil yang kemudian mereka beri nama Lily, memecah kesunyian pagi yang dingin dan berkabut. Ikhsan dan Melati sepakat untuk merahasiakan asal usul Lily yang sebenarnya, merawat dan membesarkan layaknya putri kandung mereka sendiri Lily terpaksa menerima pernikahan dengan seseorang yang tidak ia kena
PenyesalanAcara pernikahan dadakan itu akhirnya selesai sudah. Lily melihat kedua orang tuanya masih berbincang dengan (mungkin) kedua orang tua pria yang duduk di sampingnya, yang sekarang sudah sah menjadi suaminya.Lily mengangkat tangan kanannya melambaikan ke kanan dan kiri, dengan maksud orangtuanya akan melihat ke arahnya. Namun sayang, nasib Lily benar-benar sedang tidak mujur. Mereka sama sekali tidak mengindahkan lambaian tangannya.Ia lalu berdiri dari duduknya hendak menghampiri kedua orangtuanya, tapi tangan kekar milik pria di sampingnya memegang pergelangan tangan kirinya."Mau kemana?" tanyanya dingin memandang wajah Lily dengan tatapan angkuh, lalu mengalihkan ke arah yang lain."Ke sana," jawab Lily sambil mengarahkan jari telunjuk ke tempat orang tuanya berada."Tidak usah. Masih banyak tamu yang ingin memberikan ucapan dan doa untuk kita," ujar pria itu dengan tanpa melihat ke arah
Flashback Juna teringat 2 minggu yang lalu. Hari Rabu tepatnya. Saat itu dirinya baru saja tiba dari kantor. Ketika ia berjalan memasuki rumah, terdengar suara kakek yang ia lihat sedang berteriak-teriak pada kedua orang tuanya yang duduk di seberang kursi tempat kakeknya duduk. Keduanya menunduk pasrah.Teriakan kakek berhenti ketika melihat Juna berjalan ke arahnya hendak memberi salam. Belum juga lama berhenti berteriak-teriak, pria tua itu kembali berbicara dengan nada keras dan kencang."Nih dia calonnya sudah datang satu. Yang satunya mana?" tanyanya sambil melihat ke segala arah, mencari satu lagi cucunya yang bernama Baskara. Namun yang dicari belum juga muncul batang hidungnya.Juna mendudukkan dirinya di kursi sebelah sang kakek. Sambil melonggarkan ikatan dasinya, Juna menanyakan sebab si kakek berteriak-teriak ala tarzan di hutan. Tidak memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan Juna, kakek tua itu justru balik bertanya."Kamu, umur berapa? Udah 40 kan?" tanya Kakek
Flasback 2Juna masih sibuk mewawancarai dirinya sendiri. Antara sang kakek dan egonya, mana yang akan ia pilih.Baskara beranjak dari tempat duduknya, ia menatap ke arah Juna lalu berbicara sesuatu yang membuat Juna merasa kesal bukan main."Karena aku adalah anak nomor dua, berarti kewajiban kakaklah untuk mengikuti keinginan kakek. Jangan sampai gadis pilihan kakek ditumbuhi lumut saking lamanya menunggu jawaban kakak atas permintaan terakhir kakek," ujar Baskara lalu meninggalkan ruangan itu.Adik durhaka. Dasar tak tahu terimakasih. Bila bukan dirinya yang mengorbankan diri untuk menggantikan sang papa mengelola perusahaan jasa konstruksi yang sudah dirintis sejak papanya masih muda, tentu Baskara tidak bisa sesantai ini. Tatapannya memandang nanar pintu yang baru saja dilalui Baskara.Setelah berpikir sekian lama, akhirnya ia memutuskan untuk melihat dulu seperti apa gadis yang hendak dinik
Pertanyaan Baskara Yang Mengejutkan Hari sudah menjelang petang, beberapa jam ke depan, sholat taraweh sudah akan dimulai. Pernikahan antara Lily dan Juna memang dilaksanakan satu hari sebelum memasuki bulan ramadan, dan saat ini, Lily sedang bersiap mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat maghrib. Sekeluarnya dari kamar mandi, ia mengambil sajadah lalu dibentangkannya sajadah itu dan mulai bersiap untuk sholat.Suara dehaman membuatnya urung mengangkat tangan untuk takbiratul ikram."Sudah bersuami itu ya harusnya sholat berjamaah bersama dengan suaminya, bukan malah sholat sendiri," ujar Juna, pria yang kini resmi menjadi suami Lily.Lily tertunduk. Bukan tertunduk malu melainkan tertunduk kesal, karena sindiran yang diucapkan Juna. Ia segera mengambil sajadah lagi untuk sang suami, ketimbang dirinya nanti kena sindir lagi.Juna yang baru saja selesai mengambil wudlu, segera mengenakan baju kok
Siapa Pria Itu? Semua yang berada di kamar itu terkejut. Terlebih Lily, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Juna mengepalkan kedua tangannya. Ingin ia melayangkan bogem mentahnya ke wajah Baskara saat itu bila ia tidak ingat adiknya itu baru saja sadar dari pingsannya dan wajah itu masih terlihat lemah dan pucat. Mama Amelia yang tidak kalah terkejut dengan pertanyaan Baskara, berjalan mendekati Baskara dan duduk di pinggir kasur empuk itu. "Apakah kepalamu masih pusing? Belum makan sejak pagi?" Baskara terus di berondong Amelia terkait pertanyaan yang dianggap halusinasi Baskara sesaat karena dirinya baru saja sadar dari pingsannya. Pak Broto menghela nafas kasar. Ia tahu bahwa cucunya itu sedang menahan kecewa karena telah salah memilih langkah. Penyesalan selalu datang terlambat kan? Pak Broto langsung mengajak Pak Yono untuk mengantarkannya kembali beristirahat di kamarnya, tidak tega melihat wajah penu
Niat Lily dan Ingatan Baskara Baskara kembali memejamkan matanya. Obat yang baru saja ia minum mulai bereaksi. Pikirannya masih terbayang-bayang gadis yang tadi ia lihat di samping kakaknya. Lily, gumamnya lirih. Lupakah gadis itu padanya, tanyanya dalam hati. Diantara bayang-bayang Lily, Baskara akhirnya tertidur. Satu jam kemudian, Baskara terbangun dari tidurnya. Sakit kepala yang di deritanya mulai berangsur hilang, badannya kini lebih enteng dibanding sebelumnya. Pakaiannya basah karena keringat yang berhasil keluar dari pelipis dan sekujur tubuhnya. Baskara lantas bangun dari tidurnya secara perlahan. Ia berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahnya dan bersikat gigi. Hari sudah subuh, ia bergegas menunaikan kewajibannya sebelum matahari meninggi, lalu keluar dari kamarnya. -0- Lily mengambil mushaf Alquran yang ada di lemari buku yang letaknya paling tinggi. Setelah sahur, ia menyegerakan diri untuk bersiap menunaikan sholat subuh, bukan di masjid, namun sendiri di kamarnya. Ju
Kakek Tua Yang Menyebalkan Lily bangun pagi seperti biasa, namun bangun dengan perasaan yang luar biasa bahagia. Rona bahagia terlihat jelas sejak ia membuka matanya. Lili berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya mengusir rasa malas dan kantuk yang masih sedikit menggantung di pelupuk matanya dan dengan cepat keluar dari kamar hendak membantu menyiapkan santapan sahur. Tampak olehnya, pria yang hobbynya berkata pedas padanya masih terlelap tidur, membuat lily berjalan sedkit pelan agar tidak membangunkannya.Lily menyiapkan empat piring dan 4 mangkuk kecil sebagai wadah untuk menikmati sup jamur yang ia masak sendiri. Lily memasak sup jamur spesial untuk suaminya sebagai ungkapan terimakasih karena sudah mengijinkan dirinya untuk bekerja kembali. Ia menyiapkan semua itu dengan perasaan yang bahagia.Ia bersenandung kecil ketika menaiki tangga hendak membangunkan suaminya. Baru saja dirinya tiba di depan pi