Malam harinya,Duke Charles dan Aaron di sambut dengan hangat di ruang makan itu. Kaisar Kairo begitu senang dengan sikap dinginnya Duke Charles dan tegasnya Duke Charles. Hal itu ilah yang paling dia sukai. Selesai makan malam, Duke Charles berdiri di depan jendela ruangan itu, ruangan tamu yang khusus untuknya. Sedangkan kamar Aaron berada di samping kamarnya, namun anak itu ingin tidur dengannya. Entahlah, mungkin karena merasa kurang nyaman."Sofia, bagaimana kabar mu? apa kamu masih mengingat ku. Ah iya, kamu pasti mengingat semua keburukan ku, kan."Duke Charles memijat pelipisnya, air matanya keluar merambat di pipinya. Ia begitu merasa kehilangan Sofia, seandainya ia bisa memutar waktu, ia akan mengatakan lebih dulu dan tidak melakukan hal bodoh."Baginda."Kaisar Kairo tersenyum, "Duduklah, Yang Mulia Duke." Kaisar Kairo menyodorkan sebuah Document. "Ini informasinya," ucapnya.Duke Charles membuka satu Ducument itu, mata dan bibirnya bergerak secara bersamaan, membaca setia
"Baginda," seru sang Kesatria.EhemKaisar Kairo berderhem, "Besok, aku mau ke kota, tapi tidak berpakaian formal, seperti rakyat biasa."Sang Kesatria malah melongo, semenjak kapan Kaisar Kairo berbicara panjang dan lebar. Laki-laki yang begitu dingin, super irit bicara pada istrinya. Kini berbicara panjang padanya."Kesatria Giovano!" sentak Kaisar Kairo."I-iya Baginda. Apa kamu mendengarkan ucapan ku?""I-iya Baginda, cepat siapkan dan lukisan Alice dan simpan di laci. Jangan sampai para istri ku tahu, o iya malam ini jadwal ku dengan siapa?""Selir Ketiga, Baginda," ujar Kesatria Giovano. Selama menikah dan menambah istri, Kaisar Kairo membuat sebuah jadwal dimana dia akan tinggal satu minggu dengan para istrinya secara bergelir, di mulai dari Permaisuri."Apa Baginda tertarik pada nona Alice?"Tanpa ragu sedikit pun. Kaisar Kairo tersenyum."Astagah!" Kesatria Giovano mengusap wajahnya secara kasar, majikannya tertarik pada anak yang baru berusia 6 tahun, mau taruh di mana waja
Kota Neuschwanstein Castle , sebuah kota yang terletak di perbatasan Kekaisaran Ronaldo Alexander dan Kekaisaran Adrien. Kota yang terkenal sangat indah, penginapan yang berlantai dua dan Luas, Penginapan Moonlight. Penginapan yang sangat memanjakan para bangsawan yang menginap, ada Restauran dengan berbagai macam hidangan, toko gaun yang terkenal, menjual bahan sutera yang sangat berkualitas dan modelnya tidak kalah menarik, hingga para bangsawan berbondong-bondong mendatangi toko itu, toko yang sangat terkenal di kedua Kekaisaran itu.Tak hanya itu, Penginapan Moonlight menyediakan rumah kaca yang lumayan luas itu bersantai sekaligus menyediakan kue cokelat dan berbagai macam jus serta menyediakan toko bunga.Kota Neuschwanstein Castle juga terkenal tanah yang sangat subur, bagus untuk memanen berbagai macam sayuran.Sehingga rata-rata penduduk di sana seorang bercocok tanam."Ibu," sapa seorang anak laki-laki, memakai kemeja warna hitam dan tuxedo berwarna gold. Kedua tangannya di
"Williams akan menyusul Alice ke kota, Bu." Anak kecil bernama Williams itu bangkit dari duduknya."Hati-hati," ujar sang ibu mengingatkan. Anak kecil itu mengangguk dan tersenyum. Kemudian beranjak pergi.Sedangkan di kota.Seorang gadis kecil tengah asik memakan kue cokelat di Restauran Moonlight. Tangannya mungil begitu elegan menyodorkan kue cokelat itu ke dalam mulutnya. "Frans, ayo makan!" seru sang gadis itu tersenyum.Sang pelayan tersenyum kikuk, ia memakan kue di depannya. Kemudian menyeruput teh hangatnya. "Apa nona sudah selesai? kita tidak bisa berlama-lama di sini nona.""Tunggulah sebentar, aku belum puas." Celoteh Alice sembari melahap kue cokelat di tangannya. Pelayan Frans hanya tersenyum pasrah menanggapinya.Dari luar pintu, seorang anak kecil menatap kagum melihat nama Restaurant itu, tampa banyak berfikir, dia langsung berlari menuju ke dalam di ikuti satu pelayan dan satu kesatria."Tuan kita duduk di sana," ujar sang pelayan menunjuk ke salah satu tempat yang
"Apa laki-laki itu temannya? dia akrap sekali," ujar Aaron. Dia menaruh sendok itu di atas piringnya. Wajahnya menunduk lesu, baru kali ini tidak ada yang mau berteman dengannya.Sang Kesatria itu mengepalkan tangannya, ia langsung keluar dari Restaurant itu untuk menghampiri dua anak yang sudah mengabaikan tuan mudanya. "Tunggu!" teriaknya.Williams mengamati pakaian laki-laki di depannya, baju zirahnya dan pedang di samping pinggang kanannya. "Ayo Alice,"ujarnya menarik sang adik."Tunggu! apa kamu tidak memiliki sopan santun? sudah beruntung dirimu di sukai tuan muda ku," ujarnya menatap tajam."Apa itu penting?" Williams melangkah ke depan, tatapannya tak kalah dingin. Ibunya selalu mengajarkan tidak boleh membedakan status. la sangat benci seseorang yang mengandalkan statusnya dalam hal yang tidak benar.Sang Kesatria itu selangkah mundur, apa yang ia takutkan pada anak kecil seumuran majikannya? tapi aura membunuh itu lebih kuat dari auranya. Entah kenapa? ia pernah merasakan au
"Tuan, Duke. Apa ada sesuatu yang mengganggu tuan?" tanya Kesatria Lion. Sejak malam itu, Duke Charles suka menghabiskan waktu malamnya di atas balkom. Di balkom inilah, sebagai saksi, Duchess Sofia melihat ke arah luar gerbang untuk melihat Duke Charles dan menyambut dengan senyuman. Sudah lima tahun lamanya, Duke Charles merasa kesepian, meskipun ada Nyonya Kimberly, tapi tak membuat Duke Charles tersenyum.Duke Charles menghembuskan nafasnya melalui mulutnya, terlihat sebuah asap keluar dari mulutnya, kedua tangannya menggenggam erat pagar pembatas itu. "Kenapa aku baru menyadarinya? kenapa aku baru mengakuinya? setelah semuanya berubah dan tak tersisa."Duke Charles memukul pagar balkom itu dengan kasar, pikirannya berkalut dalam bayangan istrinya, istri yang ia abaikan. Sekalipun wanita itu tertawa di depannya, menyambutnya, kadang dia menangis karena ucapannya, ia tidak menoleh ataupun menghiburnya. Selama satu tahun dia hidup dengan wanita itu, wanita yang selalu tersenyum, men
Duke Charles menyilangkan kedua tangannya di dadanya, matanya tertuju pada satu arah, melihat perapian yang sedang menyala. Duke Charles merasakan sentuhan di bahu kanannya, perlahan lehernya berputar menatap sosok yang ia rindukan. "Duchess,"Matanya mengembang, dada kembang kempis merasakan sesak. Wanita itu tersenyum, lalu memakaikan sebuah pakaian tebal. "Salju semakin deras, Duke semakin kedinginan kan.""Tuan, Duke."Duke Charles terhenyak, ia melihat sekelilingnya, tidak ada bayangan Sofia. Jadi tadi, hanyalah bayangan semu."Ada apa Tuan?"Duke Charles tertawa, ini bukan perasaan bersalah. Melainkan perasaan kecil yang semakin tumbuh. Duke Charles menunduk dengan bahu gemetar."Tuan!"Kesatria Lion semakin panik, "Apa ada sesuatu yang mengganggu Tuan?""Ini bukan perasaan bersalah, ini murni perasaan yang semakin tumbuh dari hari ke hari. Kamu tahu Lion, saat itu aku bermaksud mengakhiri hubungan ku dengan Kimberly, aku ingin mengakhiri, karena aku tahu, aku sudah memiliki cin
Keesokan harinya...."Ibu, aku sudah siap," ujar anak kecil berambut pirang. Syal yang melekat di lehernya dan pakaian hangat yang menyelimuti tubuh kecilnya."Aku juga sudah selesai, Bu," ujar seorang anak laki-laki.Sofia tersenyum melihat kedua anaknya, matanya kembali beralih melihat keluar, salju turun lumayan deras, ia sudah menolak agar putra dan putrinya tidak ikut, apalagi cuaca dingin seperti ini, namun kedua anaknya tetap keukeh ingin ikut ia pun menyuruh sang anak memakai pakaian tebal dan syal sebelum keluar, dan kedua anak itu pun menuruti permintaannya. "Baiklah, ayo kita berangkat Ingat! mainnya jangan terlalu jauh, kalian harus melekat pada ibu asuh." Nasehat Sofia seraya menggenggam kedua tangan anaknya yang memakai pelindung tangan. Sofia membantu Alice memasuki kereta lebih dulu, lalu di susul oleh Wiliams setelah itu dirinya.Dua Kereta kuda itu melaju meninggalkan sebuah rumah berlantai dua di kelilingi perkebunan yang lumayan jauh dari keramaian kota. Satu keret