Siska mencari Dewangga yang memintanya datang ke sebuah cafe ysng yang masih ramai dikunjungi oleh pengunjung di malam hari. Dewangga melambaikan tangannya, dan tersenyum melihat Siska yang datang menemuinya. "Datang juga si Ayang," ucapnya menyengir. "Kamu mau kasih tahu apa tentang tadi di telepon?""Hem, sabar dong Ayang, duduk dulu disini, mau pesan apa?""Dewa, ini itu sudah malam banget, cepat katakan rencana apa yang ingin kamu katakan?""Sebelumnya aku minta maaf ya, kalau ikut campur urusan pribadi keluarga kamu, tapi sebagai pria yang memiliki hati nurani, jujur aku enggak tega sama Ayu yang terus-terus jadi bulan-bulanan Runia.""Kamu tahu dari mana? Kalau Runia yang ...""Begini Siska, sebelum kamu menjadi teman Runia, aku sudah mengenal Runia dengan Ayu, mereka teman-temanku saat SMP, dan selama dua tahun Ayu harus mengikuti sekolah pergantian pelajar di Amerika, yang seharusnya Runia lah yang harus pergi, kenapa Ayu? Karena saat itu kedua orang tua Runia meninggal duni
Ayu merasakan pilu di hatinya melihat kondisi Dika yang kedua tangan, kedua kaki, dan wajahnya terbalut perban, dadanya terasa sesak mengingat ia tidak bisa menghentikan kepergian Dika saat Dika bertemu dengannya dan pamit untuk pergi menuju luar negeri.Hati Ayu bergetar, saat menyentuh tangan Dika, ia tidak bisa menahan tangisnya, ia sendiri termasuk manusia yang bersalah atas kondisi Dika saat ini. "Maafkan aku Kak, andai saja waktu itu, aku mencegah kakak untuk pergi!" ucapnya terisak. Tangisan Ayu membuat kekesalan ada pada hati Runia, adik angkat Dika, Runia benar-benar muak, selama ini ia sudah melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan Ayu, agar Dika tidak bisa mengharapkan kehadiran Ayu juga cinta Ayu. 'Semua ini karena kamu Ayu, orang yang aku sayangi harus menderita, dan itu akibat ulahmu!'Runia mencoba melangkahkan kakinya untuk menyergap Ayu yang terlihat sedih keadaan Dika, sayangnya suara kedua orang tua angkatnya datang bersama dokter yang menangani Dika.Ayu terk
Ayu merebahkan tubuhnya, rasa sakit di kepalanya perlahan menghilang, ada rasa bersalah yang singgap dihatinya, ia membohongi Ardian, sementara ia sudah berjanji pada dirinya akan selalu membuka hatinya, namun saat ininia kembali bimbang, melihat Dika, cinta pertamanya berada dalam kondisi antara hidup dan mati. Ayu mendengar suara langkah seseorang yang ia kenal, Ardian masuk dengan menghela napasnya. Kekhawatirannya memang berlebihan, namun Ardian merasa takut untuk melihat Ayu kembali berjuang menghadapi masalah yang ia hadapi. Ayu memalingkan wajahnya, ia tidak sanggup melihat tatapan bola mata Ardian yang seperti memiliki makna tentang sikapnya. "Ayu, bisakah kamu melihat aku? Tatap aku Ayu!" pintanya saat berlutut dihadapan Ayu. Ayu memberanikan diri, ia benar-benar merasa sudah menghianati cinta Ardian, jika ia kembali menaruh hati kepada Dika. "Ayu, kamu itu siapa aku?"Pertanyaan Ardian, seketika membuat Ayu merasa heran, kenapa ia bertanya hal yang sudah ia tahu jawaban
Ardian berjalan mundur, ia meletakkan piring yangbia bawa, ucapan Ayu membuatnya tidak percaya. Wanita yang berada di depannya ini tengah ragu dengan perasaan cintanya untuk Dika atau dirinya. "Apa maksudmu, Ayu? Kamu bicara apa?" tanya Ardian. "Aku minta maaf, aku keluar dari rumah, awalnya aku ingin menemui Ibu, tapi ada kedua orang tua Kak Dika yang datang memintaku untuk melihat keadaannya yang kritis di rumah sakit!"Ardian menegang, hatinya terasa kesal, selalu di bohongi oleh istrinya. "Jadi kamu bohong, kamu tidak lupa ingatan? Kamu mempermainkan aku Ayu!" "Bukan seperti itu ..., aku tidak bermaksud untuk ..." "Sudah Ayu, aku muak, aku lelah menanti kamu mau menerima hatiku, dan ternyata kamu senang kan menyakiti perasaanku, salahku apa Yu?""Mas, jangan marah, aku mohon, dengarkan penjelasan aku Mas!""Cukup Yu, aku menyerah, aku mencoba menerima kamu, aku tidak tahu harus menceraikan kamu atau tidak, aku ingin sendiri ...,"Ardian berjalan keluar dengan perasaan sakit di
Tanpa berpikir panjang, Ardian segera mengejar Ayu, mengejarnya sampai ia bisa menggapai tangan Ayu dan menjelaskan semuanya. Ayu tidak bisa membendung tangisnya, kali kedua ia melihat Ardian tengah bersama Sekar, Ardian selalu menebar senyum kepada Sekar, sang mantan istri. Bukankah sama saja jika ia masih berharap pada Sekar. Ardian berhasil menarik lengan Ayu dan membawa Ayu ke dalam pelukannya. Entah harus merasa senang atau sedih Ardian tidak ingin melepaskan Ayu. "Kamu bohong, kamu pasti menyerah karena wanita itu kan? Kamu masih memcintai dia kan?" tanya Ayu kesal. Ardian tersenyum senang, sang istri menaruh rasa cemburu untuknya. "Ayu, sudah aku katakan hanya kamu wanita yang aku cintai, aku senang kalau kamu cemburu, benar kan?""Tidak, aku tidak cemburu, aku kesal karena kamu terlihat bahagia dengan dia!""Lalu apa tujuanmu menemuiku? Dari mana kamu tahu aku disini?""Aku merindukan kamu, Mas! Aku minta maaf, melihatmu marah, dan pergi meninggalkanku membuat aku sadar j
"Mas hentikan, malam ini kita harus kembali pulang, Siska sedang ulang tahun Mas!" tutur Ayu, yang baru saja teringat ada acara pesta ulang tahun dirumah Ardian. "Memang malam ini?" tanya Ardian. Ayu mengangguk, dengan sangat terpaksa Ardian menyudahi kegiatan mereka. Wajah Ardian berubah menjadi datar, padahal sedang merasa nikmat. "Nanti bisa kita lanjut lagi di rumah Mas!" balas Ayu, sehingga Ardian menghujani wajah Ayu dengan ciuman. Ardian dan Ayu tengah bersiap, mereka akan kembali ke rumah, karena Siska sudah menghubungi Ayu sejak tadi siang. Ayu beringsut manja kepada Ardian, ia terus merangkul lengan Ardian, sampai masuk ke mobil. Cuaca mendung, masih menghiasi walaupun langit terasa gelap, ada kegelisahan di dalam hati Ayu. "Kenapa Sayang?""Hem, aku tidak tahu, kok perasaanku tidak enak seperti ini ya?""Hem, mungkin bawaan Ibu hamil Sayang, jangan terlalu banyak pikiran, kamu dan bayi kita harus sehat!""Iya Mas!"Entah mengapa, Ayu benar-benar merasa gelisah, namun
Sebuah benda kecil keluar dengan kecepatan kilat, menembus hati seseorang pria yang merelakan diri untuk sang perempuan. Warna merah segar keluar dari tubuh Ardian, kebahagiaan berubah menjadi kesedihan, suara teriakan Ayu menggelegar seisi ruangan, kedua matanya fokus meraba tubuh Ardian yang terluka, sementara Siska bergetar melihat pria kesayangannya jatuh tidak berdaya. Kedua tangan Runia bergetar, wajahnya pucat pasi, bisikan jahat menghilang meninggalkan penyesalan. 'Aku membunuhnya!' bisiknya, tidak percaya. Para tamu undangan berseliweran mencari jalan keluar, mereka takut, mereka berlari mengatur napas yang membuat mereka sesak melihat penembakkan terjadi secara langsung. Dewa pun segera mencari keberadaan Runia yang sudah meninggalkan jejak, namun langkahnya terhenti mengingat kondisi Ardian yang parah dan harus mendapatkan pertolongan pertama. Ayu histeris, kejadian itu bagaikan momen yang tidak bisa ia lupakan, Siska menangis mengikuti kemana sang ayah akan dibawa oleh
Runia berlari menuju ke kamarnya, semua barang-barang dan pakaian miliknya ia kemas dan ia masukkan ke dalam koper besar, rasa gugup tengah hadir di hatinya saat ini, ia merasa takut dengan keadaan yang menjadikan dirinya sebagai seorang buronan di kota itu. "Arghhh ...," pekiknya. Runia menangis dengan kesal, ia tidak pernah menyangka jika hidupnya akan sesulit ini, cinta dan kebahagiaan yang ia inginkan semua tidak bisa ia dapatkan. Ia hanya bisa menjerumuskan dirinya dalam masalahnya sendiri karena sebuah dendam, yang sebenarnya hanya sebuah titik kebencian yang timbul di hatinya. Air matanya mengalir deras, dengan dadanya yang terasa sesak, ia ingin sekali menemui Dika, kaka angkat yang selama ini ia cintai dan ia sayangi, pistol yang masih tersimpan di saku jaket miliknya ia lempar ke arah jendela, demi menghilangkan jejak. Tanpa berpikir panjang Runia segera membawa kopernya dan pergi jauh dari kota ini. ***Berita penembakan pun menjadi viral, Ayu dan keluarga tetap harus b