Share

07 Meet Alpha and Luna

Tadinya Sakha ingin berolah raga pagi, tapi dia urungkan karena melihat ibu Liana atau nyonya Marina sedang menyuruh pekerjanya untuk memotong tanaman bonsai import dari luar negeri miliknya.

Sakha ingat, Liana memberinya tugas untuk membuat orang tua Liana merasa Sakha adalah laki-laki yang tepat untuk Liana.

"Pagi, Tante," sapa Sakha.

"Hai, Sakha. Kamu sudah sarapan?" tanya wanita paruh baya itu.

"Udah Tante, aku denger Tante yang masak ya? Enak banget Tan." Senyuman Sakha itu seolah benar-benar memuja nyonya Marina.

"Benar kah? Kebetulan hari ini memang Tante yang masak, soalnya Om kamu lagi mau makan masakan Tante, syukur deh kalau kamu suka, kapan-kapan Tante masakin lagi." Wanita itu tampak berseri ketika pacar dari anak sulungnya itu memberikan pujian.

Sakha mengangguk dan tersenyum ramah. "Ini bonsai pinus kan Tante? Kalau ini Azalea kan Tan? Wah, ini import kan?"

Sakha membawa obrolan jadi menyenangkan, membuatnya banyak disenangi oleh orang-orang di rumah ini.

"Iya, kamu kok tahu? Suka bonsai juga?" tanya nyonya Marina.

"Aku suka juga Tan, nilai seni dari bonsai ini tinggi Tan, jaman dulu saja ini sudah jadi hobi berkelas, perawatannya juga harus ekstra sabar. Keren deh, Tante bisa suka sama bonsai, setau aku yang lebih gemar bonsai itu laki-laki Tan."

"Oh ya? Kalau gitu kita bisa sharing tentang bonsai ya."

"Oh iya kamu, mau kemana tadi?" tanya nyonya Marina.

"Tadi aku mau lari pagi, tapi tidak jadi karena tanaman bonsai Tante lebih menarik." Sakha terkekeh dengan candaannya.

"Kamu ini bisa saja. Dimana Liana?"

"Mungkin belum bangun Tante."

"Tidak mungkin, dia itu tidak bisa bangun kesiangan, coba kamu cari di belakang sana."

Yah, dari pada bicara bonsai lagi dan kehabisan kata-kata lebih baik Sakha undur diri. Jujur saja Sakha tidak tertarik sama sekali dengan bonsai, dia hanya melalukan sedikit searching di g****e karena beberapa hari lalu melihat kesibukan Tante Marina dengan tanaman miniaturnya itu.

"Aku pamit dulu ya Tan."

Sakha lelah berjalan, kenapa rumah sebesar ini tidak punya transportasi di dalam rumah. Hampir 100 meter Sakha berjalan untuk menuju belakang rumah ini. Punya rumah kecil rasanya sempit, punya rumah besar rasanya lelah.

Akan sia-sia jika sudah sampai belakang Sakha malah tidak bertemu dengan Liana.

Sakha berlari saat melihat Liana di dalam area yang di pagari dengan kaca, bersama hewan buas yang sangat mengerihkan.

"Liana!" Nada suara Sakha meninggi kala hewan buas itu mendekati Liana yang sedang lengah.

Wanita itu berbalik, dia menatap Sakha datar. "Ada apa?"

"Kamu gila ya! Mereka bisa memakan kamu hidup-hidup!" Panik Sakha.

"Maksudmu mereka?" Liana menunjuk 2 serigala yang kira-kira tingginya sekitar 1 meter dengan tubuh yang besar dan dipenuhi oleh bulu.

Sakha menganggu, dia ingin menolong Liana tapi dia rasa itu terlalu berbahaya.

Liana tertawa kecil. "Mereka temanku."

Apa orang-orang kaya selalu bertingkah aneh? Selain pembunuh, Liana juga memelihara binatang buas.

"Maksudmu?" tanya Sakha.

"Mereka jinak, tapi jika kamu bertingkah, aku bisa menyuruh mereka mencabik-cabik seluruh tubuhmu sampai darah pun enggan mengalir lagi di pembulu darahmu." Tatapan yang mengerihkan itu membuat Sakha bergidik ngerih.

"Kamu benar 31 tahun kan?" tanya Liana.

"Ya, memangnya kenapa?" Sakha tak bisa mengalihkan pandangannya dari 2 serigala yang ada di sekitar Liana sedang memakan daging segar itu.

"Tidak." Liana tidak akan mengatakan kalau Sakha sangat menghibur dengan tingkah konyolnya itu.

Liana keluar dari kandang yang terlihat lebih bagus dari rumah Sakha sebelumnya. "Namanya Alpha dan yang satunya adalah Luna."

"Kenapa memelihara binatang buas seperti itu, serigala bukan hewan yang cocok untuk dipelihara. Pasti Papamu yang memelihara mereka."

"Ya benar, tapi aku yang memilih mereka untuk di pelihara."

Mulut Sakha terbuka, sebenarnya dia sedang berada di dunia apa sekarang, membunuh itu mudah, berkata dan bersikap kasar itu kecil, sekarang serigala di dalam rumah. Keluarga ini sungguh gila.

"Kemarilah, sepertinya mereka ingin berkenalan denganmu." Liana menggerakan sedikit kepalanya untuk menyuruh Sakha mendekat. Sakha berada 10 meter jauhnya dari Liana.

"Tidak... terima kasih, aku lebih baik mati saja dari pada berkenalan dengan mereka," ucap Sakha dramatis.

"Baiklah mati saja, lagi pula kamu tidak berguna." Lagi-lagi perkataan Liana itu membuat Sakha merasa kesal setengah mati, bagaimana kata-kata tajam itu keluar dari mulut seorang wanita cantik sepertinya.

"Apa maksudmu!" Sakha tidak terima tentu saja. Liana tersenyum sinis.

"Memangnya kamu berguna sekarang? Berdiri saja bergetar karena takut dengan peliharaanku."

"Manusia normal mana yang tidak takut dengan hewan buas itu," protes Sakha dengan lantang.

Tatapan Liana berubah menjadi mengerihkan, sontak saja Sakha mundur. "Alpha..."

"Baiklah! Aku yang gila." Belum selesai Liana  berbicara pada Serigala jantan itu, Sakha sudah menyela, dia lebih baik mengalah dengan orang gila seperti Liana.

Liana tersenyum atas kemenangannya itu.

"Kemari, aku akan membawamu berkenalan dengan mereka."

Sakha berjalan sangat pelan, ini seperti mengantarkan dirinya sendiri ke akhirat. Hewan buas akan mengeluarkan insting liarnya jika bertemu dengan orang asing, Sakha tentu saja tidak bisa menahan rasa takut yang dia rasakan.

Liana menunggu Sakha sampai bosan, sedangkan Sakha merasa jalannya sangat cepat. Liana berjalan mendekati Sakha, menarik tangannya.

Mengarahkan tangan Sakha pada kelapa Alpha yang keluar pagar. Sakha memejamkan matanya, berharap tangannya masih utuh ketika selesai mengelus serigala itu.

Ketika tangannya mendapati bulu tebal itu, Sakha mencoba mengintip. Namun Liana melepas tangan Sakha ketika ponsel di sakunya berdering.

"Hallo Pa?"

"Oke aku akan segera ke sana."  Liana meninggalkan Sakha tanpa pamit, terlihat jelas dia menyimpan kemarahan juga terselip rasa khawatir pada raut wajahnya.

Sedangkan Sakha yang tangannya sudah dijilati oleh kedua serigala itu tidak bisa kemana-mana, karena takut jika dia ikut pergi, serigala itu akan melompati pagar dan mengejarnya.

Sakha juga panik karena hanya sendiri dengan hewan peliharaan yang menyeramkan ini.

Ingin berteriak memanggil Liana pun, dia tidak berani. Ada banyak hal yang dia pikirkan jika berteriak dan mengejutkan Alpha dan Luna, salah satunya menjadi haedline di surat kabar "seorang pemuda meninggal diterkam serigala karena berteriak".

Lama kelamaan bulu-bulu serigala itu terasa lebih nyaman. "Kenapa dia suka sekali menghilang?"

Perlahan Sakha mengakrabkan diri dengan Alpha dan Luna. "Kemarin juga dia pergi, apa dia membunuh orang lagi?"

"Tidak mungkin kan, wanita cantik sepertinya membunuh?" Sakha berusaha meyakinkan dirinya sendiri, lebih tepatnya menenangkan dirinya.

"Dia melakukan apapun yang keluarganya mau, dia jahat tapi kenapa dia jadi penurut saat dengan keluarganya?"

Masih banyak pertanyaan yang muncul di kepala Sakha tentang wanita yang menjebaknya ke dalam atmosfer gelap ini.

•••

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status