Selamat membaca❤️ °°"Pergi kalian dari hadapan saya dan anak saya! Kami sudah terlalu malas untuk berurusan dengan para pengkhianat seperti kalian. Manusia sok suci!""Astagfirullah, Bu Liana! Apa maksudnya? Kenapa Ibu menampar anak saya? Keterlaluan!"Ibu mana yang tak marah saat mendapati Sang anak disakiti oleh orang lain? Bahkan tepat di depan matanya, dan hal itulah yang kini sedang dirasakan oleh Inka.Pasalnya, ia sendiri sama sekali tak pernah menyakiti putri semata wayangnya itu, bahkan untuk memiliki niat saja rasanya tak mungkin. Tetapi, bagaimana dengan orang asing itu? Yang mana ia justru dapat dengan mudahnya meninggalkan bekas luka yang begitu besar. Tak hanya di fisik, tetapi juga di hati."Kamu yang nyatanya jahat, Bu Liana!" sambung Inka, masih mencoba untuk meluapkan rasa kesal di hatinya, "Bisa-bisanya kamu mengotori pipi anak saya dengan cara seperti itu, yang bahkan saya sendiri saja tidak pernah melakukannya!""Loh, bukankah kejahatan memang harus dibalas denga
Selamat membaca❤️ °° "Bima, hentikan! Jangan coba-coba untuk menyakiti anak saya atau saya akan melaporkan kamu pada pihak yang berwajib!""Ya, silakan, lakukan saja sesuka hati kalian. Tetapi ingat, saya tak berani menjamin kalau kalian bisa bertemu dengan Dahayu lagi setelah kalian melakukan hal itu."Inka menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan. Air matanya mengalir dengan begitu deras, fikirannya pun juga sudah melayang jauh entah kemana — membayangkan akan jadi seperti apa dan bagaimana keadaan yang nantinya akan terjadi jika Bima benar-benar melakukan hal bodoh itu pada putrinya."Apa kamu belum puas, Bima? Belum puaskah kamu untuk menghancurkan hidup anak saya? Yang bahkan sekarang kamu juga memiliki niat untuk membunuhnya. Ada dimana hati kamu, Bimantara? Tega sekali, jahat!"Bima yang mendapati pertanyaan itu pun hanya terdiam, tak mau untuk menjawabnya dan justru memilih untuk mengarahkan senjata api yang ada di tangannya itu ke arah langit, sebelum pada akhirnya terdengar
Selamat membaca❤️ °° “Cukup, hentikan!"Dahayu, Inka, dan Liana yang mendapati keributan itu pun tentu merasa takut, namun dengan cepat mereka mencoba untuk memisahkan dua lelaki itu dari petarungan yang cukup sengit, yang mana Dahayu dan Inka langsung menjauhkan Bima dari Arka, sementara Liana langsung menarik dan membawa Arka ke dalam pelukannya."Cukup, Arka. Hentikan! Mama tidak mau kamu terluka hanya karena perbuatan bodoh lelaki itu," ucap Liana"Tetapi lelaki itu sudah menyakiti hati dan fisik Dahayu, Ma. Aku harus membalasnya!" saut Arka dengan arah tatap yang masih saja ia tujukan pada Bima, tentu dengan deruan nafas yang menggebu-gebu, "Aku tidak terima!""Kenapa harus tidak terima? Toh, saya melakukan hal itu demi kebaikan Dahayu agar dia tidak terjebak ke dalam permainan yang sudah anda buat!" balas Bima, lalu ia menepis tangan Dahayu dan Inka dengan kasar, "Seharusnya anda bisa menggunakan otak anda dengan baik, Bapak Arkatama Maheswara.""Apa saya tidak salah dengar? La
Selamat membaca❤️ °°"Aku sangat mencintaimu, Dahayu. Sungguh, tolong maafkan aku, tolong maafkan semua kesalahanku.""Aku tidak pernah marah atau bahkan menaruh rasa benci di dalam hati dan diriku terhadap kamu, Mas. Kamu tidak salah, jadi tidak ada alasan bagiku untuk membenci kamu. Tidak ada yang perlu untuk dimaafkan, ya?""Terima kasih banyak, Dahayu."Dahayu menganggukan kepalanya, sebelum pada akhirnya Arka melepas pelukan itu dan mengalihkan pandangnya ke arah Inka. Ya, lelaki itu ingin meminta maaf pada Inka karena sudah berani untuk berkata kasar dan menuduhnya kemarin, yang bahkan sampai tadi saat mereka belum tahu jika nyatanya semua kesalahan dan permasalahan berasal dari Bima."Bu Inka, maafkan Arka dan Mama ya? Maaf karena kami sudah berkata dan menuduh hal yang tidak-tidak," ucap Arka diakhiri dengan meraih tangan Inka dengan maksud untuk bersalaman, "Maaf atas ketidaksopanan kami, maaf sudah membuat Bu Inka dan Dahayu merasa sakit hati karena perkataan kami.""Iya, Ar
Selamat membaca❤️ °°"Nak, sudah ya? Ikhlaskan, mungkin kamu dan Arka memang tidak ditakdirkan untuk berjodoh. Ibu yakin jika suatu saat nanti kamu pasti akan menemukan pasangan hidup yang lebih baik dari Arka, lelaki yang mau menghargai dan menghormati kamu sebagai perempuan."Dahayu yang mendengar nasihat baik dari Sang Ibu pun hanya bisa menganggukan kepalanya, lalu ia memejamkan matanya sejenak sembari mengatur nafasnya setelah mendapati mobil Arka yang sudah mulai pergi untuk meninggalkan tempat itu."Bu, janji ya? Janji untuk jangan pernah pergi meninggalkan Dahayu. Dahayu sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain Ibu, hanya Ibu yang bisa memberikan semangat baru untuk hidup Dahayu. Dahayu butuh Ibu," pinta Dahayu"Iya, sayang. Ibu tidak akan pernah pergi meninggalkan kamu," balas Inka dengan senyumannya, lalu ia meletakan tangannya pada dada Dahayu dan mengusapnya dengan lembut, "Ibu akan selalu ada di sisi kamu," lanjutnya"Terima kasih, Bu. Dahayu sayang Ibu," ucap DahayuKed
Selamat membaca❤️ °° "Dahayu, aku tahu kalau hal ini sangat berat bagi kamu karena aku sendiri juga pernah mengalaminya. Kehilangan orang yang kita sayang itu memang sangat menyakitkan, tetapi aku yakin kalau kamu bisa dan mampu untuk melewati semuanya dengan baik. Kamu perempuan hebat, Yu."Kalimat itu berhasil untuk menyapa rungu Dahayu dengan sangat baik — halus dan lembut, penuh dengan perhatian, membuat yang mendengarnya merasa lebih tenang dan damai, walau tak bisa dipungkiri jikalau nyatanya rasa sedih yang ada tak akan mungkin bisa hilang dalam kurun waktu yang cepat.Semua butuh proses, begitu pula dengan Dahayu."Mas Arka?!" Dahayu cukup tersentak saat dirinya sudah mengetahui siapa orang yang sudah mengatakan hal itu padanya, lalu ia melempar arah pandangnya ke sisi lain — mendapati adanya keberadaan Liana yang sedang berdiri sembari memalingkan wajahnya, "Bu Liana?" lanjutnya"Hm..." Liana merespon ucapan Dahayu tanpa melihat ke arah yang bersangkutan, "Jangan terlalu lam
Selamat membaca❤️ °° Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat bagi Arka dan Dahayu setelah proses perceraian antara keduanya selesai dan mereka sudah dinyatakan resmi untuk berpisah, yang mana hari-hari itu juga sudah berhasil untuk mereka lewati walau dengan suasana hati yang terasa sangat hancur dan berantakan, bahkan hari-hari itu juga terkesan sangat datar seperti tak tercipta adanya suatu kebahagiaan di dalamnya.Ya, baik Arka maupun Dahayu, keduanya sama-sama merasa seperti hidup di dalam sebuah sangkar yang sangat sepi dan sunyi, yang mana rasa takut juga sering kali datang menghampiri — selalu menyelimuti hati dan diri mereka di setiap harinya.Dahayu Ishvara, wanita itu hanya bisa terdiam di dalam kamarnya — menangis sembari meringkuk di atas kasur, hanya memeluk guling karena tak ada seorang pun yang menemaninya, yang bahkan saat itu ia merasa tak pantas untuk hidup karena sudah tak ada satu pun orang yang peduli dengan hidupnya, termasuk dirinya sendiri.Sementara itu pa
Selamat membaca❤️ °°"Akhirnya harapan kita untuk kembali hidup bersama kini menjadi kenyataan ya, sayang?"Ya, benar, harapan itu kini menjadi nyata.Setelah sudah melewati waktu yang cukup lama dan proses yang terbilang cukup panjang, kini akhirnya Arka dan Dahayu resmi untuk kembali menjadi sepasang suami istri, yang mana setelahnya Arka juga memutuskan untuk membawa Dahayu agar tinggal di rumahnya bersama dengan Liana — pergi meninggalkan rumah yang sudah ditempati selama bertahun-tahun oleh Sang puan, rumah yang menyimpan berbagai macam kenangan.Dan untungnya Dahayu mau, wanita itu menerima sekaligus mengikuti keputusan Sang suami, walau sebenarnya hati terdalamnya terasa sangat berat."Dahayu, ada apa? Kamu tidak apa-apa, kan?"Nyatanya, fokus Arka teralihkan oleh Dahayu yang sejak tadi hanya terdiam sembari memandang ke arah jalan, bahkan wanita itu juga terlihat memainkan ujung bajunya — suatu tanda jikalau suasana hatinya sedang tidak tenang, wanita itu sedang tidak baik-bai