"M... maksud Mama apa?" tanya Gina terbata."Tama sangat mirip dengan mantan bos kamu itu, apa kalian..." belum selesai Maria berbicara seorang suster datang mengecek keadaan Tama. Gina pun dapat bernafas lega kali ini. Jangan sampai Mamanya kembali curiga dan melihat kebersamaan Alex dan Tama, jika hal itu terjadi,maka Maria yang melihat keberadaan keduanya disaat bersamaan akan melihat kemiripan itu semakin jelas.Pagi menjelang, udara dingin yang tadinya menusuk tulang, kini berubah menjadi hangat seiring dengan munculnya sang surya di ufuk timur.Tama bangun membuka matanya, karena efek obat yang diberikan oleh dokter tadi malam ia bisa tidur dengan nyenyak."Mama Tama lapar!" rengeknya ketika bangun."Mama akan keluar sebentar, mencarikan sarapan untuk kamu. Kamu disini sama nenek ya!" ucap Gina kepada putranya tersebut. Tama mengangguk mengiyakan, dan Gina pun keluar.Ketika berada diluar dirinya dikejutkan oleh kehadiran Alex yang sudah rapi dengan membawa makanan ditangannya,
Sssttt...Angel meletakkan jari telunjuk di bibirnya."Kalau tidak seperti ini aku tidak bisa mengetahui apa-apa tentang Mas Alex!" ucapnya mulai mengaktifkan rekaman video dari cctv tersebut."Apa sudah lama kau melakukan ini?" tanya Laura menatap lekat Angel."Yang ini baru ku pasang kemaren!" ia masih menatap layar handphonenya."Ini rekaman tadi malam, astaga!" mata Angel membelalak ketika melihat Alex yang masuk kedalam mobil dengan seorang wanita, yang sepertinya pernah ia lihat. Dalam rekaman tersebut nampak wanita yang sedang bersama Alex nampak cemas dan mengkhawatirkan sesuatu. Sesekali wanita itu menelpon.Laura yang melihat video tersebut hanya bisa terdiam, sebisa mungkin ia mencegah Angel untuk mengetahui keberadaan Gina. Sekarang Angel malah melihat Gina sedang bersama dengan Alex di dalam mobil yang sama."Ini... aku ingat, Laura dia Gina kan?" tanya Angel menuntut penjelasan kepada sahabatnya tersebut."Sejak kapan mereka bertemu?" tanyanya lagi, namun Laura hanya dia
Akkh...Gina terpekik tatkala merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya. Wanita yang berada di depan pintu itu masuk dan langsung menjambak rambutnya secara brutal. Bukan hanya itu, dia juga menampar wajah Gina sehingga menyebabkan pipi mulusnya menjadi merah. Rasa perih, panas dan kebas Gina rasakan pada pipinya. Kini ditahannya tangan wanita yang tak lain adalah Angel tersebut yang ingin kembali menjambaknya."Jalang sialan, berani sekali kau menggoda suamiku!" ucap Angel sarkas sembari menatap Gina nyalang penuh emosi.Suara ribut-ribut di ruang tamu tersebut terdengar hingga ke dapur dimana Maria dan Tama berada, keduanya keluar dan terkejut melihat apa yang terjadi."Ma, bawa Tama ke kamar!" titah Gina kepada Maria, ia tidak ingin putranya menyaksikan adegan.kekerasan yang dilakukan oleh Angel padanya."Nenek siapa orang itu? Kenapa jahat sama Mama?" tanyanya polos."Nenek juga tidak tahu, mungkin orang gila!" jawab Maria yang mengira Angel memang orang gila yang mengamuk."
"Apa yang terjadi?" Ihsan masuk disusul oleh Ina yang berjalan tepat dibelakangnya. Keduanya yang berniat menjenguk Tama terkejut karena melihat Maria dan Gina saling menangis dan berpelukan erat.Gina mendongak, kemudian menggeleng. "Tama tidak apa-apa kan?" tanya Ihsan celingak-celinguk mencari keberadaan Tama yang tidak terlihat di ruang tamu tersebut."Tidak, Tama tidak apa-apa!" jawab Gina sembari mengusap air mata."Lalu kenapa kalian menangis?" kini Ina yang bertanya.Gina dan Maria saling tatap, kemudian keduanya sama-sama menggeleng. Ina dan Ihsan paham, ada sesuatu yang tidak bisa mereka ceritakan kepada orang luar meski mereka saling dekat."Kami bawa makanan buat makan bersama, dimana Tama, Ma?" tanya Ina kepada Maria, gadis tersebut dan juga Ihsan memang memanggil Maria Mama layaknya seperti Gina memanggil mamanya tersebut."Dia di kamar, biar aku panggil!" jawab Gina yang melangkah ke ruangan tersebut dan memanggil putranya untuk keluar."Tama, kamu sedang apa?" tanya G
"Kamu sedang apa?" Laura menautkan alis ketika melihat isi pesan yang dikirim oleh Satria ke nomornya. Ia coba membalas pesan tersebut namun kemudian menghapusnya.Di tempat berbeda Satria menunggu balasan dari Laura yang terlihat sedang mengetik namun tak juga ada pesan yang masuk ke hpnya tersebut. Lama ia menunggu, namun pesan yang diketik oleh Laura tak juga masuk ke benda pipih yang ia pegang tersebut. Karena tak sabar lagi menunggu, Satria akhirnya menelpon gadis tersebut.Tuuuut...Tuuuuttt...Tak ada jawaban dari Laura, gadis itu membiarkan saja benda pipih itu bergetar di samping bantalnya. Laura hanya menatap benda yang sedari tadi bergetar hebat tersebut, setelah ia berpikir entah mengapa ia merasa sangat jijik kepada dirinya sendiri. Kepercayaan dirinya lenyap seiring dengan bayangan kejadian malam itu dimana ia menyerahkan semua yang ada pada dirinya kepada Satria.Sementara itu Satria sendiri merasa sangat bersalah kepada Laura dan juga Gina. Ia telah menyentuh Laura dan
"Mas, lepas sa... kit!" butiran bening keluar disela sudut netra Gina, saat tangan kekar itu mencengkram kuat batang lehernya."Am puun!" ucapnya lagi dengan suara tercekat."Sudah aku bilang, jangan pernah menyentuh hpku. Kamu malah sengaja membaca semua pesan di hp tersebut," ucap Adam marah dan mengeratkan cekikannya pada leher sang istri.Uuhh uuhhuuukk... hkkk...Gina mungkin saja mati pada saat ini, jika tidak diselamatkan oleh suara ketukan di daun pintu kamar mereka.Hahhh... Haahhh...Dengan rakus Gina meraup udara untuk mengisi penuh rongga paru-parunya yang menyempit karena hampir kehabisan oksigen.Dirabanya lehernya yang terasa sakit, bahkan untuk meneguk air liur. Adam berjalan menuju pintu dan membukanya."Ada apa Ma?" tanyanya kepada ibu mertuanya yang berdiri di depan pintu kamar mereka."Itu ada orang yang nyariin kamu. Katanya ada urusan penting sama kamu," jelas Maria kepada Adam."Oh iya." Adam melangkah menemui dua orang yang sedari tadi menunggunya di depan pint
"Leher kamu kenapa merah seperti ini?" tanya Maria sekali lagi."Ini, karena mas Adam mencekikku Ma!" ingin sekali rasanya Gina berteriak mengatakan semuanya kepada Maria. Namun rasa takut yang teramat besar akan kehilangan sosok yang kini tengah menatapnya tersebut membuat Gina harus mencari alasan lain."Ini Ma. Tadi ketika jemur pakaian aku kejatuhan semut angkrang, mereka bergerombol dan jatuh tepat di pundak aku dan berlarian kesana kemari. Terus menggigiti leherku, rasanya panas dan gatal. Jadi ketika aku garuk, jadinya merah gini," Gina beralasan."Ooh, seharusnya kamu langsung kasih minyak kayu putih, biar gak merah seperti itu!" tambah Maria lagi. Gina hanya meraba lehernya, dan kemudian tersenyum."Mama sudah makan?" tanya mengalihkan perhatian Maria."Ayo kita makan dulu!" ucapnya lagi, sembari menggiring Maria kedapur."Adam belum pulang Gin?" tanya Maria, karena biasanya mereka akan makan bersama. "Belum Ma, kan tadi keluar. Mama tenang... lauk sama sayur buat Mas Adam m
Gina terbangun dari tidurnya karena mendengar ketukan di jendela kamarnya, dinyalakannya lampu kamar tersebut dan menyibak tirai jendela."Mas Adam!" ucapnya terkejut."Buka Gin, aku mau masuk!" ucap lelaki tersebut dengan nada bicara yang normal, seakan tidak pernah terjadi apa-apa antara dirinya dan Gina tempo hari.Adam masuk lewat jendela yang dibuka oleh Gina."Maaf mengganggu tidur kamu!" ucapnya melepas satu persatu pakaiannya yang sangat kotor seperti habis dari pematang sawah.Gina tak menyahut, perasaan marah atas kelakuan suaminya masihlah terasa menghimpit dada. Istri mana yang tidak marah ketika melihat chat mesra suaminya dengan wanita lain, bahkan pada saat itu dirinya dicekik oleh Adam karena terlalu lancang membuka pesan yang masuk ke handphone suaminya sendiri. Juga mengenai sertifikat rumah yang di jadikan jaminan hutang, mereka hampir saja kehilangan tempat tinggal mereka. Belum lagi telpon dari orang pinjaman online. Dan semua bukti chat dari Jamal kepadanya tenta