“Selamat datang di rumah, suami.” Zaviya menyambut Svarga pulang dari kantor.Berdiri tidak jauh dari pintu dengan kedua tangan terentang dan senyum lebar yang menambah kecantikannya.Tidak bisa Svarga pungkiri kalau Zaviya memang cantik, apalagi kalau sedang tersenyum.Svarga melangkah pelan mendekat, raut wajahnya datar seperti biasa tapi Zaviya sudah terbiasa.Pria itu berhenti tepat di depan Zaviya sehingga dia bisa memeluknya.Pelukan Zaviya terasa erat sampai Svarga bisa merasakan satu sisi wajah Zaviya menekan dadanya.Kedua tangan Svarga yang penuh membawa jas dan tas tidak bergerak tetap berada di sisi tubuh.Meski sebenarnya dia bisa melakukan effort lebih besar lagi untuk membalas pelukan Zaviya namun Svarga memilih tidak melakukannya karena sedang kecewa karena Zaviya memblokir nomor Gladys.“Aku masak menu baru, kamu cobain ya!” Zaviya yang merasa tidak bersalah apalagi berdosa itu merangkul lengan Svarga menuntunnya ke ruang makan.Mereka sempat berhenti di ruang televi
“Aku enggak suka sama Gladys … aku mau kamu jauhin dia!” Keceriaan di wajah Zaviya menghilang berganti dengan amarah.“Kamu enggak bisa melarang aku menjauhi Gladys, dia itu sahabat aku … aku kenal Gladys jauh sebelum aku kenal sama kamu.” Padahal Svarga mengatakannya biasa saja tapi Zaviya emosi mendengarnya.“Lalu kenapa kamu enggak menikah dengan dia? Kenapa kamu enggak nikahin dia dari kecil, Hah?” Zaviya sedang bersarkasme, kepalanya terangkat menantang bersamaan dengan nada suaranya yang meninggi.“Karena dia sahabat aku! Kenapa kamu menginginkan aku menjauhi Gladys? Salah dia apa?” Svarga menuntut penjelasan sebelum dia menjelaskan panjang lebar tentang perasaannya terhadap Gladys.“Dia menyukai kamu, aku udah bilang berapa kali kalau Gladys menyukai kamu!” “Tentu saja, aku harus mengatakannya berapa kali? Tentu saja dia menyukai aku, dia sahabat aku … aku juga menyukainya karena kalau kami tidak saling menyukai, berarti kami bermusuhan.” Zaviya menggelengkan kepala. “Bukan …
“Maaaas, bilang donk sama Svarga … tegur Svarganya, aku enggak mau diselingkuhin! Argo aja setia banget sama aku padahal hubungan kami enggak ada kepastian.” Zaviya memaksa sang kakak agar menegur Svarga setelah tadi dia menceritakan tentang hubungan Gladys dan Svarga.Pasalnya Zaviya merasa kalau Svarga sudah keterlaluan, pria itu menantangnya dengan tidak peduli dan tidak mengirim pesan hingga detik ini padahal dia pergi tanpa ijin.Zaviya inginnya Svarga mencarinya lalu membujuk agar berhenti merajuk.“Zaviya … kalau Svarga sendiri bilang enggak mencintai Gladys dan yang kamu rasakan juga seperti itu, lalu masalahnya di mana? Mungkin memang sebenarnya mereka hanya berteman.” Reyshaka mencoba mengubah pola pikir Zaviya.“Enggak ada persahabatan yang tulus antara laki-laki dan perempuan, Mas … dan aku yakin Gladys mencintai Svarga tapi dia tahu kalau enggak bisa memaksa Svarga jatuh cinta sama dia … jadi dia ingin Svarga enggak punya pasangan,” kata Zaviya berpendapat.Reyshaka menge
“Pak … bu Zaviya kecelakaan di jalan tol, mobilnya hangus terbakar.” Willy berbisik yang masih bisa sang klien dengar.“Apa?” Mata Svarga terbelalak, suara pria itu juga tanpa sadar keluar lantang saking terkejutnya.“Ibu Zaviya itu istri Anda?” Sang klien bertanya.“Iya Pak ….” Svarga menjawab cepat berharap sang klien memberikan keringanan dengan menghentikan meeting ini dan melanjutkannya nanti agar dia bisa pergi mengecek kondisi Zaviya.“Pergilah! Kita jadwal ulang pertemuan ini,” katanya membuat Svarga mendesah lega.“Mobil sudah di depan, Pak.” Willy memberikan dompet dan ponsel Svarga yang dia ambil dari laci di mana Svarga biasa menyimpannya.“Saya duluan, Pak!” Svarga yang memiliki tampang datar tidak bisa menyembunyikan kepanikannya.“Iya … Iya ….” Svarga keluar dari ruangannya diikuti Willy. “Kamu dapat informasi dari mana?” Svarga bertanya saat langkah mereka beriringan menuju lift.“Dari sekretaris Pak Ghaza, Pak … Pak Ghaza yang bawa ibu Zaviya ke rumah sakit.” “Kena
Langkah Svarga menderap di lorong yang menghubungkan ke rungan pemulihan, gema suaranya sampai membuat beberapa petugas medis di sana memberikan tatapan peringatan.Svarga tidak peduli, rumah sakit ini milik kerabatnya dan dia terlalu khawatir dengan kondisi Zaviya saat ini.Dia singkap tirai yang menutupi sebuah ruangan yang diarahkan oleh perawat tadi.“Zaviya … istri saya di mana?” Svarga bertanya kepada perawat pria yang duduk dibalik meja.“Sebelah sini, Pak!” Seorang perawat wanita memanggilnya dari salah satu bilik.Svarga bergegas ke sana, Zaviya berbaring dengan mata terpejam dan alat oksigen menutup bagian mulutnya.“Tolong Bapak bangunkan istrinya ya, nanti kalau sudah bangun panggil saya.” Sang perawat wanita paruh baya berpesan.Beliau pergi usai mendapat anggukan kepala dari Svarga yang tatapannya terkunci pada Zaviya.Kondisi Zaviya tampak menyedihkan dengan kepala diperban dan kaki di gips.Svarga menyingkap selimut yang membalut tubuh Zaviya.Ternyata istrinya hanya m
“Pulang Bang! Aku bisa jagain istri aku di sini sendiri!” Svarga tidak berteriak tapi terdengar jelas dan tegas bahkan terselip kesal di sana padahal Ghazanvar yang menolong istrinya.Anggap saja Svarga egois dan tidak tahu berterimakasih karena sesungguhnya dia cemburu dengan Ghazanvar.Kenapa harus Ghazanvar yang ada di tempat kecelakaan Zaviya, kenapa bukan dirinya?Dan kenapa dia tidak memiliki sikap hangat seperti Ghazanvar yang jadi disukai orang-orang termasuk mertuanya?Sampai Reyshaka saja begitu hati-hati bila bicara dengannya.Kenapa semua orang seolah menganggapnya aneh?Langkah Ghazanvar sontak terhenti mendengar kalimat Svarga barusan.Pria itu juga sudah menangkap makna tersembunyi dibalik kalimat Svarga.Zaviya sendiri syok mendengar Svarga mengusir Ghazanvar dengan nada sinis, apakah suaminya tidak tahu kalau Ghazanvar yang telah menolongnya?Zaviya sempat berpikir mungkin terjadi sesuatu antara mereka selama dirinya di ruang operasi. “Oke … aku pulang, ayo Mi!” Ghaz
“Tanda tangan sebelah sini dan sebelah sini, Pak ….” Willy menyodorkan iPad ke depan Svarga beserta pen-nya dan Svarga langsung melakukan tanda tangan di atas layar sebanyak dua kali sesuai permintaan Willy.“Untuk data tiga bulan lalu sudah saya kirim ke email Pak Svarga beserta laporan yang Bapak minta.” Willy berujar sembari memasukan iPadnya ke dalam tas.“Oke … saya kerjakan dulu nanti saya kirim balik,” balas Svarga mengakhiri diskusi mereka yang dilakukan di ruang rawat Zaviya.Svarga tidak pergi ke kantor meski kedua orang tua Zaviya datang untuk merawat putrinya.“Baik, Pak … saya akan kembali ke kantor.” Svarga menganggukan kepala memberi ijin setelah itu Willy berpamitan kepada kedua mertua dari bosnya tidak lupa pamit kepada Zaviya.“Semoga lekas sembuh Ibu Zaviya.” “Makasih Pak Willy.” Dan sekretaris Svarga pun pergi meninggalkan ruangan tersebut.Svarga membuka MacBook, dia mulai menyelesaikan pekerjaannya.Cukup lama Svarga duduk di sofa untuk bekerja, ayah bunda jad
“Oke … besok kami akan pulang.” Ayah mengulang kalimatnya di depan Svarga.“Aku siapkan privat jet untuk mengantar Ayah sama Bunda pulang besok,” kata Svarga sembari mengotak-ngatik ponselnya meminta seseorang menyiapkan privat jet.Gila sih, Svarga sampai bersedia menyiapkan privat jet demi mengantar mertuanya pulang ke Surabaya sehingga dia bisa bebas bergerak dan bersikap kepada Zaviya.*** Selama di rumah sakit, Svarga full menemani Zaviya, dia merawat istrinya selayaknya seorang suami dengan penuh kasih sayang dan perhatian meski wajah datar dan dinginnya tetap terpatri.Seperti pagi ini, dia meminta Willy menunda jadwal zoom meeting karena harus menemani Zaviya theraphy berjalan.Svarga mendapat banyak lirikan dari perawat perempuan muda saat menuntun Zaviya belajar berjalan.Tampang Svarga yang cool dan gesture tubuhnya yang masculin membuat rahim para perempuan yang melihatnya menghangat.Dan saat dia harus menjawab panggilan telepon tapi tetap membantu Zaviya berjalan bolak-