Semua mata di ruangan meeting melihat ke arahku. Tanpa aba-aba, Pak Adi berdiri seolah kaget dengan kedatanganku yang disebut Krisna sebagai pemilik asli pabrik Endan Group.
"Tidak bisa begitu, Bu. Ini namanya jebakan! Mana boleh ibu mengunci file kami setahun belakangan, barangkali kami menemukan kesalahan di laporan tahun lalu, kami tentu tidak bisa mengubahnya," ucapnya panik.Aku tersenyum sinis, "Saya mempunyai wewenang atas itu! Anda harus tau diri, Bapak Ferdinan yang terhormat, saya Endang Sarasvati, pemilik Endan Group tempat anda bekerja, jadi untuk melakukan hal seperti mengunci file atau sebagainya, saya memiliki kuasa penuh atas itu!" ucapku hampir tersulut emosi."Lagipula, kenapa bapak terlihat panik sekali?" cecarku, membuat Pak Ferdinan gelagapan."Tentu saja saya panik! Itu namanya ib
Setelah membaca pesan dari Bu Hajjah Aminah, gegas aku membersihkan diri dan berganti pakaian mahal yang kupunya. Jika mereka mengenal fashion, tentu akan menyadari berapa harga baju yang sedang kupakai kini.Tak lupa kupakai kalung dan satu cincin berlian hadiah dari ibu mertua di hari ulang tahunku tahun lalu, sempurna!Kusambar tas kecil dengan brand "Louis Vuitton" berwarna putih di lemari penyimpanan tas milikku.Kurasa sudah cukup mewah penampilanku kali ini, bahkan sudah seperti mau pergi kondangan saja. Baju berwarna peach dengan panjang selutut dengan perhiasan mewah yang membuat fashionku semakin berkelas."Dek, mau kemana?" tanya mas Danu dengan memicingkan matanya, menelisik penampilan
Aku memasukkan kembali Diamond selector ke dalam tasku. Semua wanita di ruangan ini berdiri karena suami Bu Hajjah Aminah yang terhormat itu sudah pulang. Aku menoleh ke arah lelaki yang sudah berdiri di antara kami semua, ketika mata kita beradu, kakinya mundur selangkah seolah terkejut melihatku berada di sini."Bu ... Bu Endang?" tanyanya memastikan.Aku mengibas satu tangan di udara, dan berjalan santai mendekati Bu Hajjah Aminah yang sudah berdiri di samping suaminya."Lain kali, jangan menilai orang lain dari seberapa banyak perhiasannya, jika suatu saat kamu tau kalau semua kekayaan yang didapat suamimu dari cara yang salah, kamu tentu akan bingung meletakkan mukamu di mana!" bisikku dengan membetulkan ujung jilbab milik Bu Hajjah Aminah.
"Kamu bercandanya nggak lucu deh, Sayang!" celetuk Reina disela-sela tawanya.Aku mengerutkan dahi, benar-benar wanita bebal!"Siapa bilang aku bercanda? Dia memang kakak perempuanku, Mbak Endang!" jawab Krisna ketus.Bibir Reina seketika mengatup, ditatapnya netra Krisna dengan air muka tegang."Ja-jadi ... Dia?""Perkenalkan, nama saya Endang Sarasvati, pemilik resmi Endan Group," ucapku dengan mengulurkan satu tangan ke arah Reina.Ibu-ibu di rumah Bu Hajjah Aminah menatap ragu ke arahku.
***"Kris, jawab mbak! Benarkah wanita itu hamil anakmu?" cecarku pada Krisna yang sejak tadi terdiam.Krisna mendesah, dan berjalan mendekati Reina yang kini menangis di pelukan Bu Hajjah Aminah."Kamu sengaja mau merusak namaku, bukan? Kalaupun kamu memang hamil, itu tentu bukan anakku!" elak Krisna."Jangan berkilah! Kamu lupa kalau kita pernah ngelakuin itu?" Aku menutup mulutku, merasa tidak percaya dengan apa yang sudah Reina ucapkan. Benarkah Krisna ...? Bu Hajjah Aminah tersenyum tipis ke arahku, kasak-kusuk para ibu-ibu yang lain mulai terdengar. Mereka memaklumi sikap Reina yang terkesan tidak ingin diputuskan oleh Krisna, karena wanita itu sedang hamil, entah hamil anak siapa. "Jangan mengada-ada Reina! Bahkan menciummu saja aku tidak pernah!" bentak Krisna nyalang.Reina menangis tersedu-sedu, memukul-mukul perutnya yang terlihat masih rata. Seketika rasa perih menjalari ulu hatiku, jika benar dia hamil, tentu janin di dalam rahimnya tidak bersalah, calon bayi itu berha
****Aku melangkah mendekati Pak Ferdinan yang sudah duduk di kursi ruangan milikku. Percaya diri sekali pria ini, dia pikir aku akan takut dengan ancamannya. Apalagi, bukti tentang siapa ayah dari calon anak Reina sudah kuketahui kebenarannya.Kutarik sudut bibir hingga membentuk senyuman tipis. Menghadapi laki-laki rakus seperti Pak Ferdinan memang tidak perlu pakai otot, cukup mengandalkan orang-orang kepercayaan ayah, maka semuanya beres. "Apa anda pikir saya takut dengan ancaman itu? Bagaimana jika saya balik keadaan yang sebenarnya?" Aku menaikkan satu alis, mencoba memprovokasi emosi Pak Ferdinan. Aku yakin, akan ada sedikit banyak kebenaran yang akan keluar dari mulutnya saat emosinya terpancing."Memang seperti apa keadaan yang sebenarnya? Bu Endang pikir saya percaya dengan sikap sok tenang anda itu?" cibir Pak Ferdinan.Aku menyilangkan tangan di dada, "Silahkan saja sebar foto syur Reina dan Krisna, saya tidak takut!"Pak Ferdinan menatap nyalang ke arahku, dadanya terlih
***"Bagaimana, Jo?" Aku menelpon Jonathan, sepanjang bekerja, pikiranku tidak bisa fokus mengingat keberanian Reina mengekspos foto-foto syurnya bersama Krisna."Aman, Bu! Saya sudah menghubungi pihak media, tapi kita tidak bisa menghambat kecepatan sosial media jika ada salah satu netizen yang berhasil menscreenshoot dan kembali mempublikasikan nantinya." Benar juga, tidak mungkin media hanya bisa terfokus pada kasus ini, apalagi harus memblokir semua yang berkaitan dengan Krisna.Lagi, kepalaku terasa pening. Sepertinya aku butuh bantuan Mas Danu, aku percaya dia pasti punya jalan keluar nanti.Tring!Tring!Tring!Pucuk dicinta ulam pun tiba, apa ini yang dinamakan kekuatan batin?"Assalamualaikum, Mas.""Waalaikumsalam, pulang jam berapa? Ada yang ingin mas bahas terkait Krisna, langsung ke rumah ibu, ya!"Aku menggigit bibir bawah, jangan-jangan mas Danu sudah mengetahui berita ini?"OTW!" sahutku cepat dan menyambar tas di atas meja. Sengaja, beberapa hari ke depan aku tidak meng
***Plak!Plak!Bu Hajjah Aminah menampar pipi Reina kanan dan kiri. Wanita cantik itu meringis dengan memegangi kedua pipinya yang terlihat memerah."Kakak nggak nyangka kamu ternyata semurah ini, Rei!" desis Bu Hajjah Aminah. Aku yakin, hatinya tengah diliputi rasa marah, sampai menghardik Reina pun tidak bisa dia tunda hingga pulang nanti. Wajar sih, jika aku jadi Bu Hajjah Aminah, tentu hatiku akan sangat hancur, adik kandung telah hamil dengan suami kakaknya. Bukankah tidak ada yang lebih memalukan dari pada ini?Dia datang dan berkoar-koar meminta pertanggungjawaban pada Krisna, tapi apa yang didapat, rasa malu akibat keganjenan Reina hingga menyebabkan Pak Ferdinan tergoda. Ah, entahlah. Aku tidak berhak menghakimi masalah mereka, yang jelas Krisna sudah bisa lepas dari jerat Reina sekarang."Bukan aku yang murahan, Kak! Tapi kakak yang ngga bisa urus suami dengan becus, sampai-sampai dia harus mendatangi kamarku malam-malam dan merenggut kesucianku kala itu!" teriak Reina tid