Hana tiba-tiba dipulangkan oleh suaminya tanpa sebab yang jelas. Ia tidak tahu menahu apa alasan sang suami menceraikannya. Hana berusaha bangkit dari luka, ia merantau ke kota dan melamar pekerjaan menjadi pengasuh anak orang kaya. Di sana, ia dipertemukan dengan seorang majikan duda yang tampan dan di saat yang bersamaan, dia juga dipertemukan lagi dengan mantan suaminya dengan kondisi berbeda. Bagaimana cerita selanjutnya?
View MorePart 112"Tu-tuan Putra?""Ya, ini aku," sahut Putra singkat, padat dan jelas. Ia menatap tajam perempuan muda di hadapannya.Yolanda mendekat dan bersimpuh di hadapan pria tampan itu. "Tuan, tolong saya. Lepaskan saya dari sini, Tuan. Saya ingin pulang," rengeknya sambil menangis."Saya ingin pulang, Tuan.""Tidak semudah itu. Apa kau tahu kenapa aku membawamu kesini?"Yolanda menggeleng pelan."Apa kau tidak tahu apa kesalahan yang sudah kamu perbuat?"Seketika perempuan muda itu terdiam. Ia menyeka butiran air matanya sekilas dan tertunduk, tak berani menatap pria di hadapannya.Cukup lama terdiam, tak ada satu patah kata apapun yang keluar dari mulutnya."Ehemm ...! Sampai kapan kamu diam? Mau sampai kapan kamu tutup mulut." tanya Putra penuh penekanan."Ma-ma-af Tuan, a-apa maksud Anda?" Dia bertanya dengan nada gemetar.Pria itu tersenyum sinis, melihat kelakuan Yolanda. Apakah dia memang b0doh, tak tahu kesalahannya sendiri?"Ohooo ...! Haruskah aku mengingatkan semuanya? Bah
Part 111"Tuan, kami sudah menemukan keberadaan Yolanda!" ucap sebuah suara di seberang telepon."Oh ya? Dimana dia sekarang?" "Dia tinggal di rumah kerabatnya Tuan Wijaya, Tuan.""Hmmm ...""Tapi sepertinya dia di sini cuma dijadikan pembantu, Tuan. Kami liat dia tengah melakukan pekerjaan rumah tangga," jelasnya lagi."Bawa dia ke tempat biasa, aku ingin dia menghadapku. Tapi ingat, jangan sampai orang-orang tau, bawa dia saat mereka semua lengah!" tukas Putra di ujung telepon."Baik, Tuan, kami mengerti.""Pastikan juga orang-orang yang terlibat dengan Herry untuk segera ditangkap! Aku tidak mau masalah ini makin berlarut-larut!""Baik, Tuan."Putra mematikan panggilan teleponnya. Pria itu menghela napas dalam-dalam sembari menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya.Masalah-masalah besar yang membelitnya sungguh hal itu membuatnya sangat penat. Banyak sekali kejadian rumit, yang tak bisa dicerna oleh akal pikiran.Kenapa musuhnya harus orang-orang terdekatnya sendiri. Untuk apa? Ap
Part 110Putra keluar dari ruangan dan mencoba menghubungi orang rumah."Hallo, dengan kediaman keluarga Mahesa, ada yang bisa saya bantu?" ucap sebuah suara di seberang telepon."Hallo, Bi, ini Putra.""Oh, Tuan Putra. Ada apa, Tuan?""Bi, Mbak Reni apakah ada di rumah? Tolong panggilkan saya ingin bicara sebentar dengannya.""Maaf Tuan, tadi pagi Nyonya Reni pergi sama Tuan Heri. Nyonya Mariana sama Tuan Wijaya juga pergi.""Pergi? Kemana?""Saya kurang tau, Tuan. Nyonya Reni diam saja saat pergi. Kalau Nyonya Mariana pergi ke dokter, katanya mau check-up.""Ya sudah, baiklah. Tolong nanti kabari kalau Mbak Reni sudah pulang.""Baik, Tuan."Panggilan itupun berakhir. Pria itu tak kembali masuk ke dalam ruang perawatan ayahnya. Ia justru pergi dan menghubungi Derry.***Sementara itu, sejak pagi ... Mariana dan Wijaya bersiap-siap, akan check up ke dokter. Semalam, Mariana mengalami flek, maka dari itu, ia merasa sangat khawatir."Sayang, sudah tenang saja, aku akan antar kamu ke dok
Part 109"Aku senang sekali, sebenarnya aku masih belum percaya kau bisa hamil anakku. Mulai sekarang, jaga kandunganmu baik-baik, semoga lancar sampai persalinan nanti," jawab Wijaya.Mendapatkan kabar gembira ini, Bambang Wijaya pun segera memerintah para pembantu untuk memasak membuat kue dan hidangan lain untuk dimakan bersama-sama sebagai bentuk rasa syukur. "Aku akan jadi ayah, benarkan?" tanya Wijaya pada sang istri. Mariana mengangguk."Untuk lebih pastinya, besok kamu periksa ke dokter.""Iya, Mas."Mereka pun menikmati waktu minum teh dan memakan kudapan bersama. ***Di dalam kamar ...Usai menikmati waktu minum teh, Reni dan Heri berlalu ke kamarnya. Ia merasa senang akan kedatangan keluarga baru. Ia bahkan banyak berbicara pada sang suami dan melupakan insiden yang pernah terjadi.Lagi pula, Reni merasa aman karena sikap Heri sekarang baik-baik saja dan tak mengintimidasinya lagi."Aku mandi dulu ya, Sayang," ujar Heri. Ia meletakkan dompet, handphone dan jaketnya di na
Part 108Beberapa waktu sebelumnya ... "Hahaha.... " Suara tawa menggema memenuhi seisi ruangan. Lelaki itu menggelengkan kepalanya sambil membayangkan kejadian yang telah terjadi beberapa waktu terakhir. Tak henti-hentinya, ia terus tertawa seolah baru saja mendapatkan kemenangan."Sebentar lagi kemenangan ada di tanganku. Aku bisa membalaskan dendammu, Ayah. Mahesa sekarang sudah tak berdaya tinggal tunggu waktu saja dan aku akan menguasai semua hartanya."Heri tersenyum simpul saat bermonolog dalam hati."Dia dan keluarganya akan membalas semua sakit hati yang kurasakan selama ini. Ayah, aku akan mengembalikan semuanya dan membersihkan namamu. Ya, meskipun engkau tidak bisa merasakannya, tapi sesuai janji dan tekadku padamu, mereka juga akan hancur pada titik yang terdalam." Batin Heri penuh dengan keyakinan.Tok tok tok terdengar suara ketukan pintu membuyarkannya. Tak lama seorang pria memasuki ruangan. Mereka duduk saling berhadapan saling memberi tahu perkembangan pekerjaan
Part 107"Keadaan rumah tidak baik-baik saja, Tuan!" ujar sebuah suara di seberang telepon. Setelah mengatakan hal itu, panggilan terputus begitu saja.'Siapa tadi yang meneleponku? Kenapa suaranya begitu asing? Apakah ada penjaga baru di rumah? Bukankah seharusnya mereka pakai telepon rumah?'' Putra berpikir keras karena ia tak mengenali suaranya."A, ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Hana.Putra terhenyak dan menoleh menatap istrinya, ia mengusap pelan punggung tangan sang istri. "Tidak apa-apa," sahut Putra seraya tersenyum tipis. Putra menghela nafas dalam-dalam. "Kau tunggu di sini saja ya, aku akan pulang dulu untuk cek keadaan di rumah."Kali kali ini Hana mengerutkan keningnya, mencoba menangkap maksud ucapan sang suami."Katanya ada masalah di rumah, kau tunggu di sini saja ya, tungguin ayah dan juga Alvaro."Hana mengangguk ragu. "Apa aku tidak perlu ikut?""Tidak perlu, Sayang. Di Rumah Sakit ini lebih aman untuk kalian.""Kamu berkata seperti ini membuatku ja
Part 106 Wijaya tertawa mendengar perkataan Yolanda. "Kenapa Tuan tertawa? Saya serius Tuan, saya tidak mau tinggal di sini. Tolong berikan saya tempat tinggal yang lebih layak.""Hmmm ... Iya baiklah kalau itu yang kau inginkan tapi dengan satu syarat. Kau harus menurut padaku, Cantik!""Pasti Tuan, saya akan menurutinya. Saya akan lakukan apapun perintah, Tuan." "Oke aku pegang kata-katamu."Wijaya memberitahu anak buahnya yang lain untuk segera mengantar Yolanda ke suatu tempat.Mendengar hal itu, Yolanda tersenyum karena ia akan terbebas dari tempat kumuh itu."Ah, yang penting aku keluar dulu dari sini, hal selanjutnya akan kupikirkan nanti," batinnya.Gadis itu masuk ke dalam mobil Wijaya. Begitu pula dengan Wijaya. Ia menatap gadis itu sejenak. "Kau sudah siap?""Yolanda mengangguk.""Kalau kau sudah memilih untuk ikut denganku, maka tidak ada jalan untuk kembali."Mobil Wijaya melaju dengan kecepatan kencang. Kendaraan roda empat itu tengah menyusuri jalanan malam. Wijaya
Part 105Yolanda merasa kesal dengan ucapan salah satu preman yang mengejeknya.'Ck! Apa benar yang mereka katakan? Kalau begitu lebih baik aku kabur saja dari sini. Aku punya uang, aku bisa pergi. Ya, pergi.' Yolanda menunggu para preman itu pergi dan tak mengawasinya lagi. Ia pun berjalan ke arah belakang. Menoleh ke kanan dan kiri berharap tak ada yang tahu. Namun sayang, sampai di pintu belakang, ia tak bisa membuka handlenya."Kenapa susah sekali sih!" gerutunya sendiri.Saat ia berbalik, rupanya salah seorang pria sudah berdiri tak jauh darinya."Hahaha, ternyata kelinci kecil mau coba kabur ya? Tak semudah itu kau bisa keluar dari sini!" tandasnya seraya menatap tajam ke arah Yolanda. "Bos sudah menugaskan kami untuk menjagamu di sini Seketika Yolanda tertunduk. "Aku hanya laper, Om, pengin makan dan jajan. Masak aku gak boleh keluar?" elak Yola lagi."Kau lapar?""Iya.""Kau tunggu di sini dan jangan kemana-mana."Yolanda mengangguk. Dan secara terpaksa, gadis itu kembali k
Part 104"Iya, Mas Bama meninggal karena kecelakaan. Tabrak lari."Untuk beberapa saat Putra tak bisa berpikir dengan jernih. Ia benar-benar shock dengan apa yang terjadi pada keluarganya. Kejadian ini begitu cepat, padahal ia belum pulih betul.Tampak embun tebal menggenang di pelupuk mata.Hana ikut merasakan kesedihan yang sama. Putra terduduk di lantai. 'Ayah, Mas Bama ...' lirihnya dalam hati.Hana mengisik bahu suaminya, memberikannya ketenangan. Wanita itupun mengangguk dan berusaha memberikan semangat untuk sang suami."A, harus kuat ya! Aku yakin A Putra pasti kuat menghadapi ini semua. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan kita. Kita bisa bersabar dan jalani ini semua dengan pasrah dan tetap berdoa. Ayo A, bangun! Mulai sekarang Aa harus sehat dan semangat lagi, kami semua membutuhkanmu."Mendengar ucapan Hana membuat setitik cahaya kesejukan menelusup ke dalam hatinya. "Baiklah, Hana. Terima kasih sudah menyadarkanku dan menguatkanku kembali."Putra b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.