Share

16. Kencan Pertama

"Mengapa lama sekali?" Arya menatap tajam Dinda yang baru saja datang ke ruangannya.

"Hmm, Maaf, Pak. Tadi pagi badan saya agak meriang, tapi sekarang sudah lebih baik."

"Kamu sudah sarapan?"

"Sudah, Pak."

"Banyak?"

"Dua lapis roti tawar plus selai kacang dan keju, satu gelas coklat panas."

"Berarti itu belum cukup untuk mengembalikan stamina kamu hari ini. Temani saya makan." Arya bangkit dari duduknya, dan tanpa banyak bicara ia langsung menarik tangan Dinda, memaksa gadis itu mengikuti kemauannya.

"Eh, tapi, Pak .... Bagaimana kalau ...."

Arya menghentikan langkahnya. Ia menatap wajah Dinda dengan begitu serius. Dinda menjadi salah tingkah sesaat, namun gadis itu tiba-tiba teringat sesuatu. Ia membuka tas lalu mengambil masker dan langsung memakainya.

"Anak pintar." Arya tersenyum tipis, membuat Dinda langsung mengucap kalimat istighfar. 'Mengapa Tuhan menghukum gua dengan melihat pemandangan seindah ini?'

"Ikuti saya dan jangan banyak protes."

Dinda diam. Ia menyerah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status