Setelah mendapat telfon dari Angga, Luna panik. Dia tidak menyangka pria suruhannya itu ditangkap Angga. Dan kini dia ketahuan sebagai dalang dari masalah perselingkuhan Fatimah. "Aku harus kabur, aku nggak mau ditangkap polisi," ucap Luna panik. Luna membereskan bajunya ke dalam koper. Dia tidak membawa ikut serta Clarisa karena bagi dia akan merepotkan. "Bagaimana kalau sampai aku tertangkap?" tanya Luna. Dia menyeret kopernya keluar kamar. "Bu, kamu mau kemana?" tanya Mbok Inah saat melihat Luna membawa koper. "Aku mau pergi, kamu jaga Clarisa. Aku nggak mungkin bawa dia," jawab Luna panik. Dia segera membawa mobilnya pergi dari rumah Angga. Dia terburu-buru sekali. Di tengah jalan dia mendengar ada sirine mobil polisi dia semakin parno. Dia tancap gas sekencang mungkin agar tidak bertemu polisi. Luna bahkan beberapa kali menerobos lampu merah di jalan yang sedikit sepi. Dia tidak peduli dengan keselamatan dia lagi. Dari arah yang berlaw
Fatimah terus saja berpikir keputusan apa yang akan dia ambil. Dia tidak mungkin meneruskan gugatannya. ''Ibu tahu kamu sangat menyayangi Shaka dan Clarisa. Apa lagi aku lihat Clarisa dekat sekali dengan kamu dan Naura. Jika kamu memutuskan untuk kembali pada Angga Ibu silahkan," kata Aminah. "Ibu akan coba bicara dengan Angga agar dia berubah," kata Aminah. "Sepertinya aku memang harus kembali pada Mas Angga, Bu. Kalau aku meninggalkan dia itu tandanya aku egois," ucap Fatimah. "Semoga Mas Angga mau merubah sikapnya," kata Fatimah. Hari ini adalah tujuh harinya Luna. Itu tandanya Fatimah harus memberi jawaban pada Angga. "Bagaimana Fatimah? Aku menunggu keputusan kamu. Aku harap kamu mau kembali bersamaku. Kita rawat anak kita sama-sama," kata Angga. "Setelah saya pikirkan, saya rasa saya harus tetap bersama kamu, Mas. Anak-anak butuh aku," kata Fatimah. "Angga, aku mau kamu jangan sampai sakiti Fatimah lagi. Kalau sampai kamu sakiti Fatimah lagi, aku
Jaka dan Yunita tidak hanya mengundang Fatimah dan Angga. Mereka juga mengundang keluarga Adam, keluarga Hasan juga. Dam tentu Santo dan Aminah tidak ketinggalan. Meskipun Jaka hanya mantan menantu tetapi dia tetap menghargai Santo dan Aminah. Pagi sekali Fatimah sudah menyiapkan baju untuk ketiga anaknya. Dia sudah mandi sejak awal. Baru dia memandikan ketiga anaknya. "Ya ampun repot sekali," kata Fatimah. Padahal dia sudah di bantu Mbok Inah dan baby sitter Shaka. Mbok Inah tertawa melihat Fatimah gugup. Dia bahkan sempat kebalik saat memakaikan kaos dalam untuk Shaka. "Jangan gugup, Bu. Nggak akan ketinggalan kereta," goda Mbok Inah. "Bari gantiin baju mereka aja sudah ribet apalagi nanti di sana. Mana Mas Angga nggak mau ajak kalian," kata Fatimah. "Ya nanti kan ada Bu Aminah biar dibantu beliau, Bu," kata Baby Sitter Shaka. "Kalau Shaka pasti main sama Jonathan pasti anteng," lanjutnya. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Kal
Jaka dan Fatimah telah menikah 5 tahun, namun belum juga memiliki keturunan. Keluarga Fatimah dan keluarga Jaka sangat mengharapkan keturunan dari mereka.Saat Aminah bertemu Bu Susi, dia membuat Aminah merasa emosi."Aminah, anak kamu mandul ya? Masa sudah lima tahun Jaka dan Fatimah belum punya anak." Mendengar hal itu dari Bu Susi, Aminah merasa tidak terima. "Jangan asal bicara, Fatimah tidak mandul. aku yakin yang mandul itu suaminya." Aminah terbawa emosi karena ejekan para tetangga. Bukan hanya Bu Susi yang mengatakan hal itu, tetapi Bu Umi juga mengatakan hal yang sama. Selain tetangga, Adik Aminah juga memojokkan Fatimah mandul. "Aminah, kamu yakin salah satu diantara Fatimah dan Jaka tidak ada yang mandul? Lihat menantuku saja sudah melahirkan, masa Fatimah belum ada tanda apa-apa," kata Anita.** Jaka dan Fatimah tinggal di rumah keluarga Fatimah, karena Fatimah merupakan anak bungsu. Karena keinginan mempunyai keturunan, mereka melakukan tes kesuburan. "Fatimah, aku
Fatimah masih menunggu jawaban Jaka, ada rasa takut pada diri Fatimah. Jaka tidak akan mengizinkan istrinya untuk berzina dengan pria lain. Tetapi Jaka juga tidak ingin menceraikan Fatimah. "Maaf, Pak. Bukannya itu sama saja zina?" tanya Jaka pada Santo. "Kalau begitu, Fatimah kamu gugat cerai saja suamimu yang tidak berguna ini!" perintah Santo. "Apa? Tidak. Aku tidak akan melakukan itu, Pak!" tolak Fatimah. "Benar Fatimah, gugat saja Jaka. Pria mandul seperti dia hanya akan menyusahkan kita," tambah Aminah. "Fatimah, apa yang kamu harapkan lagi dari suami mandul? Cinta?" tanya Rani. "Apa dengan cinta saja kalian bisa bahagia? Hah aku rasa tidak," ucap Rani setengah mengejek. "Tidak, aku tidak akan menggugat Mas Jaka. Aku juga tidak akan melakukan zina," tolak Fatimah lalu berdiri dan berlari menuju kamarnya. Dia menutup pintunya dengan kasar kar
Jaka tidak menyangka akan bertemu Rani, Jaka segera mendekati Rani. "Ada apa, Jaka? Kamu takut jika Fatimah tahu?" tanya Rani ketika melihat raut ketakutan di wajah Jaka. "Aku tidak akan memberitahu Fatimah, tetapi ada syaratnya," kata Rani. "Kita bicarakan nanti di rumah," kata Rani lalu pergi. Rani kembali ke mejanya lalu memesan makanan bersama Fatimah. Mereka tidak lupa membungkus makanan untuk Aminah dan Santo.Sesampainya di rumah, Rani menemui Aminah di kamarnya. "Bu, aku tadi melihat Jaka dengan seorang wanita dan anak kecil," kata Rani. "Apa Fatimah juga melihatnya?" tanya Aminah penasaran. "Tidak, Bu. Aku akan gunakan hal ini sebagai senjata untuk mengancam Jaka. Supaya dia mengizinkan kita bisa mencari pria untuk menghamili Fatimah," kata Rani senang. Aminah yakin, jika Fatimah tah
Fatimah hanya membalas pelukan anak itu, entah mengapa memeluk Shaka membuat Fatimah ingin punya buah hati. Namun, segera dia tepis hal itu. Dia tidak mau menyakiti Jaka, cukup keluarganya yang sudah menekan Jaka.Fatimah bermain dengan Shaka, karena Shaka menariknya ke ruang tengah. Disana sudah ada banyak mainan dan seorang babysister. "Fatimah pasti senang dekat dengan Shaka. Aku kasihan dengan Fatimah," ucap Aminah. "Memang ada apa, Te?" tanya Angga penasaran. "Suami Fatimah mandul, padahal Fatimah ingin punya anak. Bahkan dia tidak mau menceraikan Fatimah. Aku heran mengapa Fatimah masih bertahan padahal hatinya sakit," jawab Aminah.Mendengar hal itu, Angga merasa prihatin dengan keadaan Fatimah. Biar bagaimanapun anak adalah penting dalam berumah tangga. "Apa Nak Angga masih suka dengan Fatimah?" tanya Aminah saat melihat Angga melamun.
Jaka merasa aneh, anak kecil itu memanggil Fatimah dengan sebutan Mama. Jaka menatap Fatimah, mencoba mencari jawaban dari Fatimah. "Maaf, Mas. Ini Shaka putranya Angga.Dia sudah pisah dari Mamanya, entah mengapa saat melihat saya dikira Mamanya," tutur Fatimah agar Jaka tidak salah faham. "Baiklah, aku mau ambil berkas," ucap Jaka lalu masuk ke dalam kamar. Setelah itu Jaka langsung pamit ke kantor. Jaka merasa aneh, ada Angga dan putranya disana. Padahal baru semalam mereka bertemu. Jaka takut, jika Angga berusaha merebut Fatimah. Terlebih lagi saat ini mereka dalam masalah. Sepanjang perjalanan ke kantor, Jaka memikirkan Fatimah dan Angga. Dia tidak fokus dengan jalanan. Hampir saja dia menabrak seseorang. "Ah! Kenapa aku jadi memikirkan mereka!" Jaka mengusap wajahnya. Dia berusaha berpikir positif pada Fatimah. Sesampainya di kantor,