Riani membawa ranselnya ke rumah sakit dan menemani kembali ayahnya di sana. Hati Riani sedikit resah, ia takut Kenzo melakukan hal yang buruk pada keluarganya. Riani menatap Andi yang sedang tertidur. Air matanya kembali menetes. Riani merasa sangat sedih karena ia tidak menemani sang ayah setelah operasi. Riani pun menghapus air matanya saat pintu kamar Andi dibuka oleh seseorang."Bu, tadi dokter sudah visit lagi. Hari ini Bapak Andi sudah boleh pulang ya?" Ucap seorang perawat sembari membawa kursi roda, obat dan juga surat kontrol agar Andi kembali memeriksakan dirinya seminggu kemudian."Boleh pulang?" Mata Riani berbinar. Setidaknya jika ia mengurus Andi di rumah, biaya yang dikeluarkan akan minim. Menunggu di rumah sakit seperti ini Riani harus membeli makanan dan minuman di luar."Iya. Bapak Andi boleh pulang hari ini. Saya lepas infusnya ya, Bu?" Perawat itu berucap dengan ramah. Riani mengangguk dan memeprhatikan perawat yang melepas infus dari tangan Andi. Andi yang sedang
"Sha, jangan tinggalin aku!!" Kenzo mengigau.Pria itu bermimpi tentang Shakila. Kenzo langsung terbangun dari tidurnya. Keringat terlihat membasahi piyama pria itu. Kenzo mengstabilkan nafasnya. Kemudian ia mengambil gelas berisi air mineral yang ada di atas nakas."Aku bermimpi Shakila lagi," Kenzo mengusap wajahnya kasar.Sekelebat ingatan tentang Shakilla kemudian melintas dalam memorinya."Sha, aku takut!!' Kenzo yang berusia sepuluh tahun gelagapan melihat jurang yang ada di bawah.Mereka memang tengah naik jembatan kaca yang ada di negara China. Di bawah jembatan itu adalah jurang yang sangat dalam. Shakilla dan Kenzo memang berteman dari kecil. Ibu Shakilla adalah sahabat dari ibu Kenzo. Shakilla maupun Kenzo sering kali bermain saat usia mereka kanak-kanak. Mereka pun sering berlibur ke luar negeri bersama."Zo, engga usah takut! Coba atur nafas kamu. Tarik dan lepaskan!" Shakilla memberi aba-aba."Baik," Kenzo menuruti perintah teman kecilnya itu."Bagaimana?" Tanya Shakill
Taksi online yang di tumpangi oleh Riani dan Andi sampai di depan gang menuju kontrakan kecil mereka. Ayah dan anak itu memang harus turun di depan gang karena mobil tidak akan masuk sampai halaman kontrakan. Perlu diketahui, gang itu terletak di sebelah sekolahan SMA yang merupakan sekolah Riani dan Kenzo di masa silam. Supir taksi segera membantu Riani dengan mengeluarkan kursi roda dari dalam bagasi. Supir taksi online itu juga membantu memangku Andi dari jok mobil ke kursi roda. Riani pun membayar ongkos plus memberi tip pada driver yang menurutnya sangat baik itu."Ini kebanyakan," supir taksi itu menatap ongkos yang dibayarkan oleh Riani."Sisanya tip dari saya, Pak. Terima kasih bantuannya," Riani tersenyum tulus."Sama-sama. Saya juga makasih ya? Semoga Bapaknya cepet sembuh," supir online itu dengan tulus mendoakan Andi."Iya, Pak," balas Riani dengan ramah.Supir taksi online pun pamit dan segera pergi untuk mengambil orderan dari penumpang yang lain. Riani kemudian mendoron
"Ibu gimana sih? Katanya si Riani engga bakal balik lagi ke rumah?" Omel Gita saat kini mereka sedang berjalan menuju pasar.Gita sendiri memang telah resign dari pekerjaannya dari super market. Ia mengira uang 800 juta yang dijanjikan Om Deni atau Kenzo akan segera mereka terima. "Mana Gita udah resign. Gimana sih, Bu?" Rengek Giga lagi."Ibu juga engga tahu Ta kenapa bisa jadi gini. Kenapa bisa tuh anak sialan balik lagi," Tuti mengusap wajahnya dengan kasar."Sekarang impian kita buat hidup senang musnah, Bu," Gita menghentak-hentakan kakinya ke tanah.Tuti semakin kalut saja. Dari mana kini ia bisa hidup? Uang yang ia terima dari Kenzo pun sudah habis digunakan untuk berbelanja, berfoya-foya, memanjakan Gita dan juga sebagian lainnya dipakai Tuti untuk bermain judi online.Di saat mereka tengah kebingungan, tiba-tiba ada mobil mewah keluaran terbaru yang berhenti tepat di hadapan mereka. Gita dan Tuti pun saling menyikut ketika melihat supir mobil antik itu turun."Ibu Tuti? Mari
Ini sudah hari ketiga Tuti dan Gita melancarkan segala cara agar Riani dapat kembali ke apartemen milik Kenzo. Bahkan Tuti pun sampai pura-pura akan menenggak racun serangga jika Riani tidak kembali kepada Kenzo. Tapi semuanya nihil, Riani masih tak bergeming. Ia tidak akan pergi ke mana pun, karena Riani ingin terus bersama Andi. Selain itu, tidak ada yang bisa Riani percaya untuk menjaga Andi. Alasan yang paling kuat adalah Riani sudah menyelesaikan perjanjian dengan Kenzo. Riani tidak sudi harus menjadi penghangat ranjang dan juga pelayan untuk Kenzo lagi. "Gimana ini, Bu? Si Riani engga mau balik ke apartemen Tuan Kenzo," Gita berkata dengan khawatir."Tenang aja lah, Ta! Tuan Kenzo engga akan laporin ibu. Dia cuma gertak kita," Tuti berkata dengan enteng."Bu, bukan itu. Dia kan janji bakal kasih kita hadiah kalau si Riani balik lagi. Kalau si Riani engga balik, dari mana kita dapet duit, Bu? Skincare Gita mau abis. Emang ibu rela kulit Gita item, kusam, berjerawat gara-gara eng
"Bapak!!' Riani langsung berdiri dan dengan isak tangis berhambur melihat Andi yang terpental dari kursi rodanya. Ia berjongkok di hadapan Andi yang tampak memejamkan matanya.Supir angkot yang menabrak pun turun dari angkotnya untuk melihat keadaan Andi yang saat ini tergeletak di jalanan. Kursi roda yang Riani sewa pun tampak hancur karena benturan itu. Semua orang yang ada di sana segera datang ke arah Andi dan membantu dengan semampunya."Jangan tinggalin Riani!" Riani menangis histeris melihat Andi yang tidak sadarkan diri. Kenapa ujian bertubi-tubi datang padanya?"Bapak!!!" Gita ikut menangis melihat keadaan Andi yang begitu pilu. Tampak darah keluar dari kakinya yang baru saja di operasi. Tak hanya itu, kepala Andi pun mengeluarkan banyak darah."Ayo, Ta! Kita pergi dari sini!!" Tuti menarik tangan Gita menjauh dari sana."Lepasin, Bu!!" Gita berteriak."Ayo, Ta! Kamu mau ibu di penjara, hah? Kita pasti lebih repot abis kejadian ini!!" Tuti berbisik dengan geram kepada Gita. G
Kenzo tersenyum penuh kemenangan saat sekretarisnya mengatakan ada kerabat dirinya yang bernama Riani meminta izin untuk bertemu. Usaha Kenzo kini berhasil membawa Riani dengan sukarela padanya. Sebenarnya Kenzo sudah tahu apa yang terjadi pada Riani, karena ia menyuruh orang untuk memata-matai wanita itu."Sudah ku bilang, kamu tidak akan lepas dariku!" Kenzo tersenyum dengan percaya diri.Tak lama pintu ruangan Kenzo diketuk oleh sekretaris yang membawa Riani di sampingnya. Kenzo memasang wajah angkuhnya melihat wanita yang ia benci itu. Dirinya belum puas bermain-main, jadi jangan harap Riani bisa pergi darinya."Kamu boleh pergi!" Usir Kenzo kepada sekretarisnya."Dan kamu boleh masuk!" Kenzo berpura-pura melihat lihat dokumen yang ada di atas meja."Kenzo, maksudku Tuan," Riani duduk di hadapan Kenzo."Ada perlu apa kamu ke sini?" Kenzo menyenderkan tubuhnya di kursi kerja miliknya. Pria itu terlihat menggerak-gerakan kursi itu ke kiri dan ke kanan."A-aku membutuhkan bantuanmu,"
Setelah dari kantor Kenzo, Riani datang kembali ke rumah sakit untuk mengambil barang bawaannya. Perawat mengatakan jika operasi Andi sudah berhasil dan pria itu kini berada di ruang pemulihan. Riani berjalan ke luar dari area rumah sakit. Perutnya terus berbunyi karena sedari pagi belum ada apapun yang masuk ke dalam lambungnya. Riani kemudian berjalan ke arah mall yang berada dekat dengan rumah sakit. Riani tidak ingin meratapi dirinya. Ia mempunyai uang tiga puluh juta yang diberikan oleh Kenzo. Bersedih pun tidak ada gunanya, mungkin sudah nasib Riani menjadi tahanan pria yang ia benci dari SMA.Riani masuk ke dalam mall. Riani memesan makanan dan segera makan dengan lahap. Setelah itu, ia membeli dua buah ponsel untuk dirinya dan untuk Andi. Riani memang akan mengatakan jika dirinya bekerja di tempat jauh dan harus kost pada Andi jika pria itu sudah siuman. Setelah membeli ponsel, Riani membeli baju-baju untuk dirinya dan Andi. Riani akan membuang semua baju-baju dirinya dan Andi