Share

Pembelaan Kontan

Kediaman utama keluarga Erlangga.

Semua keluarga sudah berkumpul. Mereka saling berbincang hangat. Membahas berbagai hal tentang keluarga juga bisnis yang mereka kerjakan saat ini. Terlebih beberapa dari mereka mempunyai bisnis yang sama.

"Chandra, di mana Ryu? Kenapa dia belum sampai?" tanya Widuri, yang tidak lain adalah ibu kandungnya. Wanita berusia lebih dari setengah abad tersebut masih terlihat segar dan cantik. Kulit putih khas negara asalnya, membuat kecantikan alami terus terpancar.

Widuri berjalan mendekati anak dan menantunya. Gaun berwarna hitam dengan bordiran putih yang melekat di tubuhnya menambah kesan mewah dan berkelas. Tidak heran, karena memang sejak kecil sudah bergelimang harta dan kemewahan.

Sedangkan, Chandra yang saat itu tengah mengobrol dengan sang istri seketika berhenti dan menoleh saat mendengar suara orang terpenting di keluarganya. Dia sedikit gelisah, saat melihat Widuri yang menatapnya penuh tanya. Apalagi dengan menanyakan keberadaan anaknya yang tak kunjung datang.

"Mungkin sebentar lagi sampai, Ma. Tadi dia bilang kalau sudah di jalan," jawabnga setelah beberapa saat diam.

Kening Widuri berkerut tipis. Jawaban yang di lontarkan Chandra terdengar sedikit meragukan. Terlebih dia tidak langsung menjawab.

Widuri melihat jam yang melingkar di tangannya. "Ini sudah setengah 9, seharusnya dia sudah datang sejak tadi," ucapnya.

Chandra mengangguk tipis, dia sebenarnya tidak tahu ke mana perginya Ryu. Padahal sudah satu jam yang lalu dia mengirimkan pesan jika sudah di jalan dan hampir sampai. Tapi, hingga sekarang belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya.

"Mungkin dia masih mencari wanita yang bisa di bayar untuk dibawa ke sini, Oma," celetuk Jacky dengan smirk yang terlihat sangat menjengkelkan.

Mendengar hal itu, sontak saja semua yang ada di ruangan tersebut menoleh ke arah Jacky. Beberapa dari mereka tampak mengerutkan keningnya. Terlebih kalimat yang dilontarkan Jacky sangatlah frontal.

"Apa maksudmu bicara seperti itu?" ketus Xia.

Jacky melirik Xia, menarik sebelah sudut bibirnya dengan tatapan semakin meremehkan. "Apa? Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya, Tante Xia."

"Kamu tidak tahu apapun, jadi diamlah!" sahut Xia semakin tidak terima. Bukan sekali dua kali Jacky melontarkan kalimat menyakitkan itu. Yang tidak lain, untuk menjatuhkan martabat Ryu dan keluarganya.

"Oh iya? Aku tidak akan bicara tanpa bukti, Tante. Bukannya sudah jelas dan tersebar luas. Jika anak kebanggaan keluarga Kaviar, merupakan seorang penyuka sesama jenis. Bahkan, di usianya yang sudah 30 tahun, dia sama sekali tidak terlibat hubungan spesial dengan lawan jenisnya."

DEG!!

Hati seorang ibu yang mendengar anak semata wayangnya di katakan seperti itu tentu sangat sakit. Begitu dengan Xia, dia menatap nanar keponakannya itu.

"Jangan asal bicara kamu, Jacky. Ryu itu normal! Dia hanya belum menemukan yang sesuai," lirih Xia.

Bukannya mereda setelah mendengar perkataan Xia, Jacky justru semakin menjadi. Dia sama sekali tidak peduli dengan perasaan wanita seusia ibunya tersebut. Dalam pikiran Jacky, hanya kehancuran Ryu dan perusahaan utama jatuh ke tangannya.

"Ya, yang Tante katakan memang benar. Dia belum menemukan yang sesuai. Aah ... lebih tepatnya, dia tidak pernah bisa menemukan yang sesuai, karena yang dia cari yang sama-sama tidak normal."

Suasana semakin tegang. Bahkan Xia yang sebelumnya menahan untuk tidak menangis karena pedasnya ucapan Jacky, kini terdengar isakan kecil dari bibirnya. Di tambah, anggota keluarga yang lain mulai berbisik dan menyindir tentang ucapan Jacky.

"Apa benar Ryu seperti itu?" tanya salah satu anggota keluarga yang lain.

Jacky mengangguk. "Ya, bahkan beberapa investor menarik saham mereka karena berita itu. Bukankah akan sangat merugikan jika terus dipertahankan?"

Xia dan Chandra menatap nanar ke arah Jacky. Mereka sudah berusaha untuk melupakan tentang masalah itu. Berharap tidak kembali di bahas, tapi semua sirna karena Jacky.

"Jaga bicaramu, Jacky! Kamu tidak tahu apapun." Chandra berkata dengan raut seriusnya. Sama halnya dengan Xia, dia sudah cukup geram dengan keponakannya itu. Tapi masih berusaha untuk tidak terpancing.

Di saat semua semakin tegang, tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu utama.

"Lalu, apa bedanya denganmu?"

Seketika semua mata beralih ke sumber suara. Mereka sedikit terkejut melihat kedatangan Ryu. Pria yang sedari tadi menjadi topik utama pembahasan panas tersebut, berjalan dengan gagahnya.

"Setiap hari pergi ke bar, keluar masuk hotel dengan wanita yang berbeda-beda, dan selalu memerintahkan asisten pribadi untuk mengerjakan pekerjaanmu," imbuh Ryu setelah sampai di depan Jacky.

Jacky hendak menjawab, tapi Ryu lebih dulu bersuara dengan tegas dan tanpa keraguan sedikitpun. Bahkan, tatapan matanya lebih tajam dari sebelumnya.

"Ah ... bukan hanya itu. Dua minggu yang lalu, kau ke Italia bersama salah satu anak dari kolega bisnismu. Menghabiskan waktu selama seminggu di sana. Membelikan wanita yang entah berstatus apa itu, sebuah apartemen mewah di pusat kota. Uang dari mana?" tanya Ryu di akhir kalimat panjang yang mengejutkan semua orang yang ada di ruangan tersebut.

"Omong kosong apa itu? Apa kau datang dalam keadaan mabuk?" elak Jacky dengan mengalihkan pembicaraan.

Ryu tersenyum remeh. "Omong kosong? Apa perlu aku tunjukkan sekarang semua buktinya?" tantang Ryu.

Wajah Jacky memucat, dia lupa kalau sepupunya itu sangatlah cerdas dan bisa melakukan apapun. Terlebih sejak awal mereka berdua memang bersaing.

"Bagaimana kalau wanita itu saja yang kubawa kemari. Biar dia sendiri yang mengatakan kebenarannya?" tawar Ryu yang melihat perubahan raut wajah Jacky.

"Sial" batin Jacky.

Kedua saling melayangkan tatapan tajam. Seperti singa dan haina yang berebut seekor rusa di tengah padang pasir. Tidak ada yang mau mengalah, mereka sama-sama ingin menjatuhkan lawan.

"Daripada kau sibuk mengurusi hidup orang lain. Lebih baik kau siapkan diri untuk mundur dari jabatanmu saat ini. Karena aku yakin, malam ini adalah malam terakhir kau menjabat di perusahaan utama," tukas Jacky setelah beberapa saat hening.

"Atas dasar apa kau bicara seperti itu?" sahut Ryu.

Jacky melipat kedua tangannya di dada. "Apalagi? Ya, karena kau tidak bisa memenuhi permintaan oma. Kau tidak bisa membawa seorang gadis yang akan menjadi pasanganmu. Yang itu artinya ...."

Jacky sengaja menggantung perkataannya. Tanpa mengalihkan pandangan dari Ryu yang bahkan tidak merubah ekspresinya.

"Siapa bilang?" seru Ryu. "Coba lihat di belakangmu!" imbuhnya sembari mengalihkan tatapan matanya ke seseorang yang sedari tadi berada di belakang Jacky.

Seketika semua menoleh. Dengan kompak, kening mereka berkerut melihat sosok gadis cantik dengan dress mewah di belakang Jacky. Terlihat jika gadis tersebut sangat berkelas. Terlebih saat senyuman manis yang memperlihatkan lesung di pipi kirinya. Membuat siapa saja akan jatuh hati pada pandangan pertama.

"Tidak mungkin!" elak Jacky dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status