“Yaaah … dia bengong … hey Chika. Aku tanya kamu bahagia gak sama suami kamu ini ?” tanya Terryn lagi. Ashiqa hanya mengangguk sambil mengingat-ingat kembali momen romantic mereka.
“Aku mungkin perempuan yang paling bahagia di muka bumi ini Yin.”
Ingatan Ashiqa terlempar jauh ke belakang saat malam pertamanya dengan Rama, dia memarahi Rama dengan menyebutnya Datuk Maringgih, saat itu Rama hanya tertawa mendengar omelan Ashiqa. Saat di resort waktu Ashiqa nyaris tenggelam seperti anggota Baywatch Rama melompat masuk ke dalam kolam renang menyelamatkan dirinya. Peristiwa yang paling heroik dan mengesankan, momen itu mereka dekat sekali secara fisik karena Rama menggendong Ashiqa kembali ke kamar hotel mereka. Yang paling fantastis adalah makan malam mereka di sebuah kapal yacht milik Rama dan menikmati malam indah kembang api.
“Wooyy … udah melamunnya. Kata orang siih ujian
Malam ini Ashiqa tidak bisa memejamkan matanya, sudah berkali-kali dia mengubah posisi tidurnya. Seperti ada yang kurang dan tidak nyaman padahal semuanya sama saja seperti biasanya. Pikirannya tertuju sosok laki-laki yang seharusnya ada di sampingnya saat ini, Ashiqa ingin menghirup lagi aroma parfumnya, mendengar suaranya dan hangat pelukannya.‘Apa ini yang dinamakan rindu yaa?’ keluh Ashiqa dalam hati. Dia menatap ponselnya, suaminya belum juga menelponnya kecuali saat Rama baru saja tiba di hotel tempat dia menginap.Tok … tok … tok …Suara ketukan di pintu kamarnya membuat pikiran Ashiqa tentang Rama memudar seketika.“Siapa?” tanya Ashiqa sambil turun dari tempat tidurnya.Ketukan itu terdengar lagi dan membuat Ashiqa semakin bergegas menuju pintu dan membukanya.“Bi Sri ? ada perlu apa malam-malam begini?” Ashiqa cukup heran asisten rumah tangganya menemuinya di malam yang hampir larut.“Nyonya besok ke kampus gak?” tanya Bi Sri agak ragu-ragu dan bersuara pelan. Dia menoleh
Ashiqa membeliak dengan sangat terkejut, perintah Kareena sangat jelas agar laki-laki itu berbuat hal yang tidak senonoh kepadanya. Ashiqa masih meronta dengan sekuat tenaga dalam pelukan laki-laki yang tidak dikenalinya itu.“Hentikan! Jangan kurang ajar kalian!!” bentak Ashiqa yang semakin berusaha menghentikan kegilaan ipar dan ibu mertuanya yang hanya berdiri dengan santai menikmati “pertunjukan” di atas tangga menuju kamar Ashiqa.“Apa kalian tidak takut dengan Rama? Dia tidak akan diam saja dengan perbuatan kalian!” ancam Ashiqa lagi. Dia merasakan tenaganya mulai berkurang dan tidak dapat lagi melakukan perlawanan pada laki-laki yang bernama Jack itu.“Yang Rama tahu nanti adalah, kamu kedapatan sedang berselingkuh dengan laki-laki ini dan laki-laki ini kabur begitu saja setelah kedapatan berbuat mesum bersama kamu di kamar tidur Rama. Selama ini Rama mendengarkan kata-kataku jadi tidak sulit untuk meyakinkan dia kalau kamu itu hanya ingin hartanya dia saja dan punya pria idama
“Bagaimana dengan ibu dan Kareena,Rama?” Ashiqa berusaha untuk duduk dan segera Rama membantunya dan memberi bantal di belakang punggungnya.“Tidak usah membahas mereka tidak ada lagi toleransi bagi mereka di rumah ini.” sahut Rama dengan acuh. Rautnya wajahnya terlihat sedih bercampur marah.“Aku akan meminta bi Sri membawakan makan malam untukmu.”“Tapi mereka akan tinggal di mana Rama?”Rama menatap Ashiqa sambil menghela napas.“Sayang, mereka punya rumah sendiri dan dua apartemen. Mereka tidak akan kesulitan menemukan tempat bernaung. Meski tunjangan dariku sudah ku hentikan tapi kontrak kerja Kareena masih panjang dan cukup untuk mereka. Yaa asal mereka tahu diri dalam menggunakan uang mereka.”Ashiqa terdiam dan tidak menanyakan hal itu lagi , dia menyibak selimutnya karena harus ke kamar mandi. Nyeri di sekujur tubuhnya dan pergelangan kakinya membuat gerakannya agak lambat.“Kau mau kemana?” tanya Rama mengulurkan tangannya kepada Ashiqa.“Aku hanya ingin ke kamar mandi saja,
“Udaah aah … gak perlu tahu detailnya bagaimana yang penting aku baik-baik saja dan pernikahanku masih aman. Aku minta kamu ke sini buat temenin makan bukan temenin puyeng.” Ashiqa mencubit pipi sahabatnya itu dengan gemas.“Kabar Kak Deva dan kak Aluna bagaimana ?”tanya Ashiqa untuk mengalihkan pikiran Terryn.“Masih seperti biasa teriakin aku babu kumal gitu, kak Aluna makin sibuk aja maklum dia kan kuliah di kedokteran.”Bi Sri keluar membawa cemilan dan kue-kue lainnya untuk Terryn juga minuman hangat.“Chik, kamu tahu gak kalau Arkhana itu ada di kota ini juga?” tanya Terryn hati-hati sambil mengangkat cangkir minumannya dan menyesapnya.Ashiqa berhenti mengunyah, mendengar nama itu disebut masih menyisakan dentuman di dadanya. Susah payah akhirnya makanan itu lewat dari tenggorokan Ashiqa.“Kenapa kamu bisa tahu ada Arkhana juga di kota ini Yin?” Ashiqa pura-pura tidak tahu dan ingin mendengar versi Terryn tentang Arkhana.“Tempo hari aku ke Rumah Sakit antaerin kak Aluna makan
Rama tertegun dengan apa yang telah dilakukan istrinya. Dia menatap Ashiqa yang masih menutup matanya meski wajahnya sudah menjauh dari wajah Rama. Ada raut kesedihan yang terbaca di kerutan sudut mata Ashiqa yang terpejam erat.“Hey … ada apa Sayang?” Rama kembali memeluk istrinya dan membelai kepalanya dengan lembut.Ashiqa menggigit bibirnya dia tak mungkin menceritakan tentang Arkhana ke suaminya . Dia tak mampu membayangkan jika Rama akan marah padanya lalu memulangkannya kepada orang tuanya. Perempuan ini sudah terlanjur cinta pada Rama.“Apa kau bertemu dengan ibu dan Kareena di jalan ? apa mereka berbuat yang tidak baik lagi padamu?”Ashiqa menggeleng pelan, Rama tak lagi bertanya dan memberi Ashiqa waktu, kelak jika dia sudah bisa menceritakan pasti akan diceritakannya tanpa Rama meminta.“Kau sudah berbuat nakal sore ini dan kau layak dihukum.” Rama memegang dagu istrinya dan mengangkat dagu itu dengan kedua jarinya.“A-aku dihukum?” tanya Ashiqa dengan sedikit terkejut.“Iy
Ashiqa nyaris melonjak dengan gembira ketika melihat hasil ujiannya mendapat nilai yang sangat memuaskan. Dia tak sabar untuk menunjukkannya kepada Rama suaminya. Segera langkahnya tertuju pada fakultas di seberang sana tempat Terryn belajar. Dia ingin menemui sahabatnya dan mengetahui hasil ujian Terryn. Ashiqa tahu Terryn juga akan meraih nilai yang tinggi karena selama ini dia dan Terryn selalu menjadi juara umum di sekolah mereka.“Yiiiin … Terryyyn …!” Ashiqa berlari kecil sambil menyongsong sahabatnya yang terlihat sama cerianya."Aku berhasil mendapat nilai terbaik!"“Chikaaa … nilaiku juga bagus semua!” mereka berpelukan dengan riang.“Apa rencana liburanmu Yin?” tanya Ashiqa dengan suka cita, kerja kerasnya selama ini terbayar dengan hasil yang tidak mengecewakan.“Aku ingin pulang kampung dulu Chik, aku kangen sama ibu. Kamu sendiri ?” mereka berjalan bersisian menuju tempat parkir mobil.“Entahlah, mungkin Rama akan mengajakku liburan , tapi belum tahu kemana.” Ashiqa meng
Makan malam telah tersedia, Ashiqa membantu bi Sri menata makanan di meja. Bi Sri dari tadi menatap Ashiqa yang sedari tadi yang lebih banyak diam.“Waaah … apa istriku yang memasak lagi malam ini Bi?” Rama menarik kursinya dan memandangi menu makanan yang menerbitkan seleranya.“Iya Tuan, Nyonya berbakat sekali dalam memasak hanya sekali lihat Nyonya langsung paham dan hasil tangannya pasti enak.”Ashiqa hanya terdiam saja dan ikut menarik kursinya. Dia menyendok nasi dan menurunkannya di piring Rama seperti kebiasaannya setiap kali makan bersama dengan suaminya. Tapi kali ini tanpa ekspresi, wajah Ashiqa dingin tanpa senyuman.Rama cepat menangkap keanehan istrinya tapi dia masih belum ingin bertanya. Ashiqa menatap jemari Rama dan tidak terlihat cincin pernikahan itu di jari Rama. Hal yang membuat Ashiqa semakin bertambah sebal. Dia tidak jadi mengambilkan lauk untuk Rama dan hanya mengambil untuk dirinya sendiri.“Sayang, aku sudah pesan tiket untuk kita liburan. Kita berangkat be
Ashiqa meninggalkan Rama yang masih meladeni basa basi Renata namun dalam sekejap Rama sudah mensejajarkan langkahnya dengan Ashiqa.“Sayang, tunggu, tunggu dulu!” Rama hendak memegang lengan Ashiqa tapi istrinya menghempaskan tangannya.“Gak denger apa kalo aku lagi kebelet pipis?” Ahiqa buru-buru masuk ke dalam Villa berlari ke dalam kamar mandi dan mengunci diri di dalam sana. Tidak, Ashiqa tidak benar-benar ingin buang air kecil. Dia sengaja mengurung diri di dalam sana dan matanya mulai berair, ada nyeri di dadanya yang sulit dijelaskannya.Rama duduk di ayunan besar yang tergantung di beranda samping mereka sambil berpikir keras bagaimana tiba-tiba Renata bisa muncul di kota ini bahkan bersampingan dengan villa mereka.“Wisnu, apa kau yang mengatakan pada Renata jika aku liburan di sini?” Rama tanpa basa basi lagi menelpon Wisnu asistennya.“Engh … saya tidak yakin Tuan, karena saya sedang rapat, seseorang dari Shine Sun memang menanyakan keberadaan Tuan dan saya memberitahunya