Share

BAB 2 : DILAMAR ATAU DIBELI?.

"Tapi, organ tubuhmu masih berfungsi dengan baik, kan?" Pertanyaan pria di hadapan Sarah seketika membuat Sarah menatap tidak percaya. Wajahnya langsung berubah menjadi pucat pasi. Bahkan, untuk sekedar menjawab pun rasanya sangat sulit. Suaranya tercekat di tenggorokan. Setelah menarik nafas dan menghembuskannya berkali-kali,

"Saya khawatir tuan akan kecewa. Karena itu, saya akan memberitahu tuan, bahwa saya memiliki banyak riwayat penyakit. Di antaranya..." Sarah pun membeberkan satu persatu jenis penyakit yang terkenal sangat menakutkan. Tapi pria di sampingnya, jangankan merasa takut, ia bahkan tidak memperdulikan apa yang di katakannya. Pria itu malah terlihat seperti sedang menahan tawa.

"Dasar wanita aneh," batin Alvaro dalam hati. la pun segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Wanita di sampingnya benar-benar membuatnya tidak bisa menahan tawa. Seketika ia lupa bahwa baginya wanita ini adalah orang yang menyebabkan rumah tangga sang kakak hancur. Dan kemungkinan besar, karena wanita ini juga, kakaknya mengalami kecelakaan hingga koma.

Sarah merasa sangat kesal, ternyata apa yang di sampaikannya hanya di tanggapi dengan kekehan pelan sang pria. Karena merasa lelah, Sarah pun berhenti bicara dengan sendirinya.

Setelah beberapa saat keduanya terdiam, Alvaro pun memecah keheningan dengan bertanya, "Apakah pria tadi pacar mu?"

"Lebih tepatnya mantan," jawab Sarah lesu. Ia tampak menghela nafas.

"Sebenarnya meskipun tuan menjual saya, tidak akan ada orang yang menangisi saya. Hanya saja, ayah akan mencari saya karena tidak ada lagi yang bisa memberikannya uang. Meskipun begitu, saya sangat menyayanginya. Saya ingin menemaninya dan menjaganya di masa tuanya. Karena, ayah adalah satu-satunya keluarga yang saya punya," ungkap Sarah. Akhirnya Sarah mengatakan apa yang paling di khawatirkannya, andai saja ia sampai di jual. Air mata menetes dari mata indahnya yang beriris cokelat.

Melihat itu, bukannya merasa kasihan, Alvaro malah terlihat heran dan tampak menahan amarah di wajahnya. Ia pun bertanya, "Jika kamu tahu betul bagaimana rasanya saat terpisah dengan orang tercinta, lalu bagaimana bisa kamu tega menghancurkan hidup wanita lain?" Alvaro mengerem mobilnya mendadak. Ia berkata dengan nada menekan di setiap kalimat yang di ucapkannya. Pandangannya beralih menatap Sarah dengan tatapan tajam.

"Apa maksud tuan?, saya benar benar tidak mengerti." Sarah bertanya dengan terbata-bata. Ia benar-benat merasa takut akan tatapan nyalang pria di hadapannya.

Melihat wanita di depannya ketakutan, Alvaro menghebuskan nafas kasar lalu ia kembali menatap jalanan dan melajukan mobilnya.

Setelah beberapa saat terdiam dan emosinya kembali mereda, ia kembali membuka suara dengan nada yang lebih bersahabat. "Tunjukan dimana rumahmu?" tanya Alvaro. Dan ia pun mengikuti arah yang di tunjuk Sarah.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di depan sebuah kontrakan kecil. Terlihat di teras seorang pria paruh baya sedang menikmati kopinya. Dan pria paruh baya itu adalah ayah Sarah, Adit Nazili.

"Tumben sekali, nak Kamu jam segini sudah pulang. Dan siapa pria yang ada di belakangmu?" tanya sang ayah. Dan pertanyaan itu membuat Sarah heran dengan apa yang ayahnya tanyakan. Ia pun bertanya, "Pria mana yang ayah maksud?" Ayah Sarah menjawab nya dengan memberi isyarat melalui tatapan matanya.

"Ya ampun tuan, ngapain tuan ikut turun? Saya kan tidak menawari tuan untuk mampir. Terimakasih telah mengantarkan saya, sekarang silahkan kembali ke mobil anda dan segeralah pulang!" Sarah mencoba mengusir sang pria dengan halus.

"Kamu mengusir saya? Seperti inikah kamu memperlakukan tamu, hmm? Tapi, sepertinya ayah kamu menyukai saya," ucap Alvaro seraya berjalan melewati Sarah dan langsung mendekati pak Adit. Pak Adit pun menyambut nya dengan baik dan mempersilahkan nya untuk duduk. Setelah itu, pak Adit meminta Sarah untuk membuatkan tamunya minum.

"Tidak perlu repot-repot, pak. Saya akan langsung mengatakan intinya saja. Begini, saya akan memberikan anda uang seratus juta jika anda bersedia untuk menikahkan putri anda dengan saya, bagaimana?" tanya Alvaro seraya meletakan selembar cek di depan pak Adit membuat mata pak Adit seketika membulat sempurna. Ia tak percaya putrinya pulang dengan membawa keberuntungan yang luar biasa. Tapi, bukan pak Adit namanya jika ia bisa merasa puas atas apa yang di berikan orang lain padanya.

Ia tampak berpikir sejenak. Beberapa saat kemudian ia pun berkata, "1 M bagaimana?" Pak Adit mencoba benegosiasi.

"Hmmm. Jika saya mau, saya bisa mengambil putri anda tanpa memberikan uang sepeser pun pada anda. Tapi, saya ingin menghargai anda sebagai orang tua yang telah membesarkan putrinya. Meskipun pada akhirnya, putri anda berakhir tidak... " Alvaro menggantung ucapannya, "lima ratus juta, final!" sambung Al. Mendengar penuturan pria di depannya membuat pak Adit gentar. Tanpa berfikir panjang ia pun langsung menyetujuinya.

Sarah ternyata sudah selesai membuatkan minum, dan kini ia tengah terpaku di pintu setelah baru saja mendengar apa yang di bicarakan dua pria di hadapannya. "Apa ini semua, ayah ingin menjualku?" tanya Sarah dengan suara menggebu gebu. Tubuhnya bergetar. Hingga gelas yang ada di tangannya hampir saja jatuh, tapi untungnya Al berhasil menahannya.

Melihat Sarah hampir saja tumbang, sang ayah langsung membantu putrinya untuk duduk. "Duduklah, nak," ucapnya.

Setelah melihat Sarah lebih tenang, ia pun kembali berkata, "Menikahlah dengannya Sarah. Ia adalah pria kaya, hidupmu pasti akan terjamin dan bahagia. Lihatlah olehmu, dalam sekejap mata ia memberikan ayah uang sebanyak ini. Karena selama ini, uang gajimu hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sudahlah, dengarkan ucapan ayah. Daripada kamu menikah dengan pacarmu yang kere itu, diminta mahar dua ratus juta saja, sampai sekarang batang hidungnya pun belum muncul. Ayah jamin, pasti tuh anak nyerah!"

"Apa maksud yang ayah katakan?" tanya Sarah menatap ayahnya penuh tanda tanya dan rasa tidak percaya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status