Share

PERTEMUAN DENGAN CALON SUAMIKU

Bunda terus mengusap bahuku, sehingga perasaanku mulai sedikit tenang. Setelah itu, Pak Ustdaz Danu kembali berbicara.

"Alvin meminta Bapak untuk mempertemukan kalian lagi, apa Zahra mau?" tanya Ustdaz Danu.

Aku hanya menunduk, apakah siap aku melihat wajah itu lagi? Sementara cengkeraman tangan kekarnya, kini mulai terasa lagi setelah tahu kalau wajah yang kemarin aku temui adalah wajah pemerkosa itu.

"Besok, Bapak akan ke sini bersama Alvin, boleh?" tanya Ustadz Danu lagi.

Malam itu tanpa izin kak Alvin merenggut kesucianku, sekarang dia ingin menemuiku sebagai calon suami. Apakah ini salah satu ujian jalan hijrahku, ya Rabb?

Aku menatap Bunda yang sekarang ada di sampingku. Beliau tidak berkata apa-apa hanya tersenyum setengah mengangguk.

"Iya, Pak Ustadz. Boleh." Hanya itu yang bisa aku jawab.

Ucapan hamdallah terucap dari mulut Ustadz Danu. Setelah obrolan singkat, Ustadz Danu pun pulang.

Aku juga ingin tahu apa yang akan Kak Alvin jelaskan besok.

Kenapa dia menutup mulutku dengan kasar, ketika aku berontak menggigitnya?

Kenapa dia dengan begitu keras menampar wajahku hingga kesadaranku berkurang?

Dan kenapa sampai sekarang,  aku bisa merasakan setiap sentuhan tangannya yang melucuti pakaianku hingga tak sehelai benang pun menempel di tubuhku?

"Zahra!" suara Bunda mengejutkanku, dengan cepat aku mengusap kristal bening yang mengalir deras di pipiku.

"Bunda mau tanya. Apa tujuan Zahra saat memutuskan untuk hijrah, menutup aurat dan mulai mendalami ilmu agama?"

"Zahra hanya mengharapkan ridho Allah, Bun. Saat Pak Ustdaz menyuruh berta'aruf, Zahra ingin menyempurnakan beribadah dengan menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga yang baik, tapi... " ucapanku terhenti.

"Tapi ternyata calon suamimu adalah perenggut kesucianmu...."

Aku hanya mengangguk.

"Saat kamu mengakui kalau kamu sudah tidak perawan lagi, Alvin begitu mantap menjawab menerima kamu. Sekarang kamu tahu kalau Alvin pemerkosa itu, tidak kah kamu memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri?"

"Kesempatan? Ketika aku berusaha melepaskan tubuhnya saat mendekapku dari belakang, apakah dia memberiku kesempatan untuk berlari? Dia malah mendorongku kesemak-semak dan tidak ada ampun menyiksaku yang tidak berdaya."

"Mungkin banyak pemuda yang mau menikahimu. Kamu cantik. Namun, apakah ada yang mau nerima masa lalumu? Kalau memang ada, apa tidak akan menjadi masalah dimasa depan? Istikharahlah, Nak! apapun keputusanmu besok, Bunda akan selalu mendukung!"

****

Pagi sudah siap ketika mentari datang, ia menyambutnya dengan embun mengiringi.

Hari ini bersama Ustadz Danu, Kak Alvin benar-benar datang. Dia meminta maaf karena di pertemuan pertama dia meninggalkan kami begitu saja.

Berempat duduk di ruang tamu yang tidak terlalu luas, aku selalu di dampingi Bunda, Kami siap mendengar penjelasan dari Kak Alvin.

"Aku anak tunggal yang terlahir dari keluarga kaya harta, tapi miskin akan akhlak. Mereka memberiku kemewahan. Namun tidak kasih sayang, aku bahkan bisa ingat seumur hidup mereka hanya 5 kali kami bisa berkumpul dimeja makan, selebihnya mereka disibukan dengan pekerjaan." Kak Alvin menghela nafas sejenak.

Itu sebabnya, setelah puas menikmati tubuhku kak Alvin mengeluarkan uang dari dompetnya dan memasukannya dalam tas ku.

Malam itu aku seperti pelacur yang selesai mengerjakan tugas melayani pelanggan. Kak Alvin membeli kesucianku dengan uang.

"Dua hari sebelum malam itu, kedua orang tuaku meninggal dunia. Hidupku hancur, karena walau bagaimanapun mereka adalah orang tuaku. Aku sangat menyayangi mereka."

"Aku pergi menemui kekasihku untuk berkeluh kesah, tetapi sekali lagi takdir membuatku terluka. Aku melihat dia bercumbu mesra dengan pria lain diteras rumahnya. Aku sakit hati dan mabuk hingga malam itu aku melihat seorang gadis berjalan kearahku, lalu ku lampiaskan amarahku padanya."

Deg!

Jantungku serasa terhenti untuk pertama kalinya benteng keperawananku terenggut.

"Sungguh sakit Kak, kenapa kamu tidak menghiraukanku yang memohon belas kasihanmu."

"Aku benar-benar menyesal, Zahra! Sepulang dari sana aku kecelakaan dan koma selama 5 hari. Dan setelah sadar, aku berusaha mencarimu, aku ingin mempertanggung jawabkan perbuatanku, tapi kamu sudah pindah. Tidak ada warga yang tau kemana kamu pindah."

"Ayah dan ibu sengaja mengajakku pindah, cibiran masyarakat membuat aku semakin terpuruk. Mereka ingin aku memulai hidup baru dengan melupakan kejadian buruk itu. "

"Zahra, jadi apa keputusanmu?" tanya Ustadz Danu.

Aku menyeka airmata ini, mendengar penjelasan kak Alvin aku semakin bingung. Apakah aku harus merasa kasihan sementara dia tidak mengasihaniku malam itu.

"Boleh aku menjawabnya besok?" perlahan ku tatap wajah kak Alvin yang penuh airmata.

Kak Alvin mengangguk sembari menyeka matanya.

"Apapun jawabanmu, Aku mohon maafkan aku!" ucap kak Alvin memohon.

"Kalau begitu kami pamit pulang." Ustadz Danu beranjak dari duduknya, disusul kak Alvin. Mereka pun pulang. Meninggalkan banyak keresahan dalam hatiku.

Malam ini, di sepertiga malam akan ku guncang pintu langit dengan istikharah. Agar sang khaliq dapat membuka pintu jawaban akan takdirNYA yang penuh misteri ini.

Apakah aku harus menerima pemerkosa itu yang sudah hijrah sebagai suamiku? Atau tetap memaafkan tanpa harus menikah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status