Share

Crime Revenge
Crime Revenge
Penulis: DM2112

1. The Beginning

Happy Reading . . .

~Jangan lupa tinggalkan support kalian dengan komentar.. Xoxo~

***

Roma, Italia

~

Di sebuah ruangan yang berukuran cukup luas, dengan penerangan yang hanya berasal dari sebuah lampu lantai yang menyala di sudut ruangan dan sinar bulan yang tidak terlalu terang karena terhalang oleh hujan yang turun dengan sangat lebat di luar sana, masuk menembus kaca-kaca jendela ruangan tersebut.

“Jadi, kapan kita akan memulai puncaknya?” Tanya seorang wanita dengan begitu angkuhnya. Sambil membawa segelas whisky, wanita itu mendudukkan dirinya di atas pangkuan sang kekasih yang sedang menghisap ‘weed’ yang baru saja dinyalakan.

“Aku masih belum bisa banyak bertindak,” Balas sang pria yang tak kalah angkuh juga.

“Tetapi kau sudah diberikan kekuasaan.”

“Baru satu Minggu yang lalu.”

“Intinya kau sudah menjadi bos dan kau penguasanya. Dan yang memberikan kekuasaan itu adalah Daddy-mu sendiri.”

“Diamlah! Aku sedang tidak ingin membahasnya.”

“Lalu, kau tidak tertarik dengan semua harta yang aku beritahukan kepadamu. Ayolah, aku sudah sangat tidak tahan dengan Gio sialan itu. Dia selalu memerintahku layaknya aku ini bukanlah adiknya.”

“Apa yang bisa aku dapatkan? Karena aku menginginkan lebih dari yang pernah kau ucapkan,” ucap pria itu dengan begitu angkuhnya.

“Nalla. Dia memiliki sesuatu yang sangat langka dan begitu berharga. Jika kau memiliki benda itu, kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan. Karena hartamu tidak akan pernah habis. Tepat di usianya yang ke 28, warisan itu akan diberikan kepadanya.”

“Bagaimana kau bisa tahu?” Tanya pria itu yang mulai tertarik dengan suatu hal yang baru saja didengarnya.

“Aku punya banyak mata-mata di rumah itu.”

“Mengapa harus di saat usianya yang ke 28 tahun?”

“Gio dan Corrie sialan itu sudah mengaturnya bersama pengacara mereka. Nalla harus berusia 28 tahun, baru ia bisa memilikinya.”

“Lalu, bagaimana bisa sesuatu itu direbut jika Nalla harus berusia 28 tahun?”

“Tidak perlu sampai 28 tahun. Jika kau ingin, saat ini juga kita bisa memilikinya. Itu juga, jika kau ingin mendengarkan aku untuk bisa menghabisi keluarga sialan itu saat ini juga.”

“Kau dan kebodohanmu itu memang saling melengkapi,” Cibir pria itu dengan seringai tawa kecilnya.

“Apa maksudmu?”

“Jika Gio sudah mengaturnya dengan pengacara, artinya warisan itu sudah memiliki hukum. Dan jika sudah seperti itu, maka satu-satunya cara untuk bisa merebut apa yang Nalla miliki, adalah menunggunya sampai berusia 28 tahun. Dan setelah itu, ia bisa memberikan apa yang kita inginkan secara hukum dan resmi. Walaupun itu pada akhirnya nanti, akan tetap ada paksaan dan perebutan.”

“Aku sudah tidak tahan dengan anak kecil sok pintar itu.”

“Jika kau memaksa ingin melakukannya sekarang, apakah kau sudah siap untuk bisa menerima resikonya nanti?”

“Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Ben. Aku sudah muak dengan keluarga itu.”

“Kita tidak boleh ceroboh dalam bertindak dan mengambil keputusan.”

“Jadi kau ingin bergabung denganku sekarang atau tidak? Karena aku sudah tidak tahan dengan semua ini!” seru Megan dengan rasa emosi yang sudah mulai memuncak.

“Akan aku pikirkan,” balas Benjamin dengan santai.

“Jika kau tidak ingin membantuku, aku akan datang kepada rivalmu.”

“Kalau begitu datanglah kepadanya. Kalau perlu memintalah kepadanya agar kau bisa dijadikan pelacur untuk mereka,” balas pria itu yang langsung bangkit dari duduknya, dan hampir membuat sang wanita terjatuh karena masih berada di atas pangkuannya.

“What the f**k?! Apa maksudmu?!” Seru wanita itu dengan emosi yang pada akhirnya meledak juga.

“Kau ingin datang kepada mereka, bukan? Maka dari itu datanglah, aku tidak akan melarangnya.”

“BEN!”

“Hubungan kita selesai.”

“Apa?”

“Hubungan kita selesai dan kau bisa pergi dari sini.”

“Tidak, aku tidak ingin kita selesai. Aku tidak mau!” Teriak wanita itu tidak terima.

“Diamlah! Suaramu sangat menggangu.”

“Aku tidak ingin kita selesai, Ben.”

“Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu lagi.”

Pria itu pun langsung meninggalkan wanita yang masih berteriak-teriak karena masih merasa tidak terima atas keputusan yang diucapkan oleh seorang pria yang bernama Benjamin Preston. Sedangkan wanita itu tidak terima dengan sang kekasih yang sudah memutuskan hubungan dengannya. Dan ia adalah Megan Hollie, adik dari seorang pengusaha retail yang bergerak di bidang perusahaan berlian terbesar di Italia.

Wanita itu ingin menguasai Hollie’s Shiner, karena merasa sakit hati atas setiap perlakuannya yang tidak pernah baik Megan ingin melakukan hal di luar akal sehat. Dan bersama kekasihnya yang seorang pemimpin kelompok pembunuh bayaran, Megan ingin menghabisi Gio dan juga istri beserta anaknya, yaitu Corrie dan Nalla. Wanita itu ingin membunuh keluarga Gio. Dengan menghabisi seluruh nyawa keluarga kakaknya sendiri, perusahaan itu pasti akan jatuh ke tangannya dan tanpa ada yang bisa menghalangi ambisinya itu.

Namun setelah sang kekasih memilih untuk mengakhiri hubungannya, Megan tetap tidak berhenti dengan rencananya itu. Ia tetap ingin melakukannya dengan menyewa kelompok pembunuh bayaran rival dari mantan kekasihnya, seperti yang diinginkan Benjamin. Megan ingin membuktikan jika dirinya yang sudah dicampakkan itu tetap bisa melakukan hal yang diinginkannya. Setelah keluar dari mansion mantan kekasihnya, Megan melangkahkan kaki menuju mobil sambil ia yang sedang menghubungi seseorang.

“Wow..., kau menghubungiku? Aku tidak terkejut lagi,” suara seseorang di ujung sana yang langsung menyapa pendengaran Megan.

“Kita bertemu sekarang juga,” balasnya dengan singkat tanpa menghiraukan sindiran itu.

“Kau tahu dimana tempatku, Sayang.”

Dengan cepat Megan mengakhiri panggilan tersebut dan ia bergegas memasuki mobilnya. Setelah berada di balik kemudi, ia langsung melajukan mobil menuju tempat yang sudah berada di luar kepalanya. Dari Roma, ia rela pergi menuju Santa Marinella ditengah malam dan di bawah guyuran hujan seperti ini hanya untuk membuat rencana kejinya itu menjadi kenyataan.

Kurang lebih selama satu jam ia mengendarai, akhirnya ia memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah bangunan rumah yang terlihat cukup mewah. Suara deburan ombak karena rumah tersebut tidak jauh dari pantai, langsung menyambut indera pendengaran setelah ia keluar dari dalam mobilnya.

Langkah kakinya itu memasuki sebuah rumah yang begitu dijaga dengan sangat ketat layaknya sang pemilik adalah sosok yang begitu penting di negara itu.

“Aku membutuhkan beberapa anak buahmu,” ucap wanita itu setelah ia melihat sosok yang sedang ia cari dan ternyata sedang sibuk dengan dua wanita penghibur di kedua sisinya.

“Ternyata kau datang cepat.”

“Langsung ke intinya saja.”

“Ayolah, tidak perlu terburu-buru. Aku memiliki banyak minuman, tinggal-lah sebentar di sini.”

“Bisakah kau usir jalang-jalangmu itu agar aku bisa sedikit leluasa,” balas Megan sarkastik.

“Well, kalian sudah mendengarnya, Ladies. Si bos sudah berbicara, dan kalian tahu apa yang harus dilakukan.” Ucap pria itu kepada kedua wanita dimaksudkan oleh Megan tadi yang kini sedang saling menatapnya tajam karena telah mengganggu kesenangannya itu. “Ayolah, sampai kapan tatapan tajam itu akan berakhir?” Sambungnya saat melihat perang tatapan tajam di antara wanita-wanita itu.

Dengan berat hati, akhirnya kedua wanita yang sejak tadi sudah menemani pria itu pun meninggalkan tempat itu.

“Kau ingin minum?”

“Tidak. Aku menyetir,” balas Megan singkat atas tawaran pria itu sambil mendudukkan dirinya di sofa.

“Ayolah, sejak kapan kau begitu memikirkan hal-hal seperti itu.”

Pria itu pun beranjak dari duduknya, lalu ia melangkah menuju sebuah bar dimana ia menyimpan segala macam dan jenis minuman alkoholnya.

“Atau kau ingin cocktail?”

“Cocktail buatanmu tidak enak, Vin.”

Pria yang dipanggil Vin itu langsung tertawa ketika mendengar ucapan Megan.

“Jadi, kau benar tidak ingin minum?”

“Vin, aku datang ke sini tidak untuk minum atau sekedar bermain-main.” Ujar Megan yang mulai cukup kesal.

“Baiklah. Kau ini selalu saja naik darah ketika berbicara denganku,”. “Memangnya apa yang ingin kau inginkan? Selalu saja, jika ada butuhnya kau baru datang kepadaku,” keluh Vin sambil mendudukkan dirinya di samping wanita itu.

“Benjamin tidak ingin membantuku, dan ia justru memutuskan hubungannya denganku.”

“Kau tahu pria itu memang bajingan, bukan?”

“Ini bukan waktu yang tepat untuk menyela-nya.”

“Lalu?”

“Aku sedang membutuhkan anak-anak buahmu.”

“Kau bisa memintanya kepada Jacob.”

“Huh?” Tanya Megan sambil mengernyitkan kening karena ucapan Vin yang membuatnya cukup bingung.

“Kau mengenalnya, bukan?”

“Anak buahmu itu?”

“Ya.”

“Kenapa aku harus meminta kepadanya?”

“Karena aku sudah menyerahkan kekuasaanku kepadanya.”

“Apa? Kau sedang tidak bergurau, bukan?” Tanya wanita itu dengan cukup terkejut.

“Tentu saja tidak.”

“Kenapa? Kau yang sudah membangun The Rogue’s, Vin. Lalu setelah semuanya sudah menjadi besar, kau rela menyerahkan kekuasaanmu itu?”

“Aku ingin berhenti. Hampir dua puluh lima tahun aku tidak terasa sudah berada di dalam lingkungan bisnis ini. Dan aku rasa ini sudah waktunya bagiku untuk berhenti dengan segala kekayaan yang aku miliki dan aku yakin tidak akan ada habisnya itu.”

“Jerk!” Cibir Megan yang membuat pria itu langsung dibuat terkekeh.

“Tetapi sudah semenjak aku bertemu dengannya, aku percaya dengan Jacob yang benar-benar menjadi anak buah yang bertanggung jawab. Buktinya saja setelah aku angkat menjadi tangan kananku, ia tetap menjadi pribadi yang sama seperti ketika ia menjadi penjaga pintu di depan sana. Aku percaya dengan pria itu, dia benar-benar bisa aku andalkan.”

“Karena hal itu kau bisa sampai menyerahkan kekuasaanmu kepadanya? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah lama menjadi pengikutmu.”

“Mereka tidak pernah bisa mengambil hatiku dengan cara kerja mereka. Aku bosnya, dan mereka harus menurut dan menerima apapun itu keputusanku. Kau tahu, satu kali aku menyuruh Jacob untuk ikut denganku melakukan eksekusi. Dalam jarak 5 meter, ia bisa menjatuhkan beberapa korban.”

“Dan kenapa kita jadi membahas anak buahmu?”

“Untuk meyakinkanmu jika anak buahku itu ternyata lebih hebat dari pada bosnya. Dan sekarang kau percaya jika Jacob orang yang hebat, bukan?”

“Ya sudah, yang terpenting dalam Minggu ini aku membutuhkan beberapa anak buahmu.”

“Untuk misi apa?”

“Mengambil hak milikku.”

“Dari Gio?”

“Kau tidak perlu tahu, karena hal itu bukanlah urusanmu!” Balas Megan sambil beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu.

“Kau ternyata masih sama arogannya seperti dulu, Meg!” Teriak Vin kepada Megan yang sudah menjauh.

“Dan kau pun tahu jika hal itulah yang menjadi salah satu alasan kita sampai bercerai.”

Melihat mantan istrinya yang masih saja memiliki sikap seperti itu, membuat Vin merasa tidak heran lagi kenapa pernikahannya dulu yang baru saja menginjak usia 3 tahun langsung hancur dengan seketika.

Namun Vin tidak pernah menyesal akan perceraiannya itu, justru ia merasa lebih baik dengan kehidupannya yang sekarang karena ia tidak harus menghadapi sikap arogan Megan yang menjadi salah satu alasan dan penyebab hancurnya pernikahan mereka.

***

To be continued . . .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status